☆. Day 7; Secret Theme
Last day : Free !
Pinky Promise !
Nagumo Tetora × Readers
"Misi Padang Merah ..."
Kingdom AU
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
GADIS itu melangkahkan kakinya, memasuki lebih dalam padang bunga yang dipenuhi warna pink dan merah, gaun berenda yang digunakan gadis itu bahkan berwarna selaras dengan sekelilingnya. Ah, tak salah para rakyat menyebut bahwa dirinya secantik bunga Mawar.
(Name) namanya, seorang putri mahkota yang beberapa kali menolak lamaran putra mahkota dari Kerajaan lain. Ia terus berkata jika ia menunggu seseorang yang akan pulang suatu hari nanti.
Memori tersebut masih tersimpan dengan jelas kala itu. Saat sang pemuda meminta izin padanya untuk menjalankan misi berperang membela negeri asalnya, dan letaknya cukup jauh, maka dari itu ia menyempatkan diri menghampiri sang putri untuk mengatakan salam perpisahan.
"Aku, Nagumo Tetora, meminta izin untuk ikut serta berperang!"
Tangan kanan diletakkan pada dada kiri, tatapannya begitu lekat melukiskan keteguhan dan keseriusan didukung dengan senyuman lebar dilukis. Ia benar-benar serius, pikir (Name) ketika melihatnya, bersamaan dengan kereta yang datang membawa angin menerbangkan surai indahnya.
Senyum lebar pemuda itu memudar melihat sang gadis diam membisu, namun Tetora dapat melihat buliran bening terbendung dalam kedua mata sang puan. Sekali lagi, kedua sudut bibir Tetora terangkat dengan pelan, melukiskan sebuah senyuman hangat.
"Aku akan kembali, (Name)."
Tetapi, bukannya sang empu tenang dengan ucapannya. Buliran bening yang berusaha keras tak dikeluarkan gadis itu justru keluar dari bendungannya. Pemuda yang melihat pun menariknya ke dalam dekapan.
(Name) mengangkat kepala menatap sang pemuda, "Teto— Tetora-kun, kau yakin?" tanyanya dengan ragu, anggukan semangat di dapatkannya.
Tangan pemuda itu beralih menghapus buliran bening yang membasahi pipi sang puan, "Jangan menangis, (Name). Aku janji akan kembali. Karena itu, maukah kau menungguku?"
Tetora mengangkat jari kelingkingnya di hadapan sang puan, dengan senyuman hangat yang setia ia lukiskan. Dengan ragu, gadis itu membalas tautan jari kelingking sang pemuda, dengan netra menatap lekat pemuda di hadapannya.
"Kau janji, 'kan?"
"Tentu!"
Detik berikutnya, pemuda itu bergegas menaiki kereta bertepatan dengan pintu masuk yang tertutup, kereta pun bersiap untuk berangkat. Namun, sebelum makin menjauh dari sang puan, Tetora melambaikan tangannya yang dibalas oleh sang gadis.
Lambaian tangan sang gadis berhenti, dikarenakan kereta yang telah melaju menjauh darinya. Tangan tersebut berpindah pada dadanya, ia masih merasa ragu, tapi ia juga tidak boleh berburuk sangka.
"Tetora-kun adalah pemuda yang baik, aku yakin ia akan menepati janjinya!"
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
4 tahun berlalu.
"Nona," panggil seorang pelayan memasuki kamarnya.
Gadis yang tengah merajut tersebut menolehkan kepala dengan raut bertanya seraya menunggu pelayan itu melanjutkan kata-katanya.
"Ada surat dari Nagumo Tetora untuk anda, apakah Anda ingin meneri—"
"Cepat berikan kepadaku," potongnya cepat sang empu dengan wajah dingin, detik selanjutnya raut tersebut berubah cemas, "Ah, aku tidak bermaksud ...,"
Pelayan itu mengulas senyum, menghampiri (Name) dan memberikan surat putih tersebut, "Saya paham, Nona pasti sangat menunggunya."
Sang empu terdiam, perlahan rona merah menghiasi pipinya, sementara pelayan yang paham dengan Nona-nya tertawa pelan.
"Baiklah, saya izin untuk pergi. Selamat membaca suratnya, Nona Nagumo."
Pipi sang gadis semakin memerah, ia ingin berteriak namun pelayan tersebut sudah keluar meninggalkannya sendiri di kamar ini.
Dasar ..., gumamnya seraya membuka amplop yang dipegang dan mengeluarkan kertas di dalam, membacanya dengan teliti tanpa melewatkan satu kata pun di dalamnya.
Selama 4 tahun, mereka bertukar surat menanyakan kabar satu-sama lain. Walaupun beberapa kali sang puan mendapat kabar bahwa kepulangan sang pemuda akan diundur, gadis itu akan selalu menunggunya. Bagaimana pun, pemuda itu tetaplah penghuni setia di hatinya.
Helaan napas dikeluarkan, raut bingung jelas terlukis pada paras manisnya, ia kembali melipat kertas surat tersebut dan memasukkannya ke dalam amplop awal. Netra indah memandang luar kerajaan yang memperlihatkan negerinya, namun karena saking lekat tatapan gadis itu, kaca yang ditatap memantulkan bayangan dirinya.
"Misi padang merah? Apa maksudnya?" gumamnya seraya menatap bayangan dirinya.
Pintu kamar terbuka tiba-tiba, membuat gadis itu terkejut dan menoleh dengan cepat dengan pertanyaan ada apa dilontarkannya.
"Ada penyusup yang memasuki taman Mawar Anda, Nona!"
"Eh?"
"Saya serius, Nona!"
"Lalu aku harus apa? Bukannya kalian bisa mengurusnya?"
Yap, pengawal tersebut menepuk kepala menghadapi ketidak pekaan Putri Mahkotanya, setelah menghela napas pengawal tersebut berkata lagi. Mengatakan suatu kata yang membuat sang putri terkejut tidak yakin.
──────────
Irisnya dengan lekat memandang setiap sisi taman Mawar miliknya, masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar meski pengawal itu hanya menyuruh dirinya untuk pergi ke sini.
Gaun berenda miliknya terlihat menyatu dengan warna merah pink Mawar di bawahnya, benar-benar memperlihatkan jika ialah Putri Mawar yang sebenarnya.
Sama dengan nama Pinky Promise yang dibuatnya bersama sang pemuda.
Beberapa menit gadis itu berada di sana dan tidak mendapati batang hidung seorang yang dimaksud pengawal tadi, ia menghela napas dan memendam perasaan berharapnya tadi.
Yang dikatakan pengawal benar, ya? Pikirnya memandang jalur masuk ke taman memperlihatkan pengawal yang tadi menghampirinya.
Ia memang kecewa, namun sebuah suara yang terdengar familiar mengejutkannya yang refleks menolehkan kepala memandang asal suara.
"Ah, apakah Anego sudah menunggu lama, ssu?"
"Tetora-kun!!!"
Sang putri menerjang peluk pada sang pemuda yang masih mengenakkan seragam tentara, bahkan lengkap dengan coretan buatan di pipinya.
Pemuda itu membalas balik pelukan tersebut, membalas pelukan dan kata rindu dilontarkan yang pasti sudah selama 4 tahun menyelimuti gadis tersebut.
"Te-Tetora-kun benar-benar pulang!" seru (Name) dengan senyum lebar terlukis.
Tetora mengelus pelan surai sang gadis, "Aku di sini, (Name). Untuk menepati janjiku, ssu."
Pemuda itu bisa merasakan bagian depan pundaknya yang basah, ia tahu bahwa sang puan tengah menangis sekarang. Tetapi, ada satu hal lagi yang ingin Tetora sampaikan.
"(Name), maaf, bisa menjauh dulu?" tanyanya memegang pundak gadis itu dengan kedua tangan, anggukan kecil pun didapatinya.
Sang gadis menghapus jejak air matanya yang turun, kemudian memiringkan kepala bingung memandang sang pemuda yang berlutut di hadapannya tengah mencari sesuatu.
"Selama empat tahun aku pergi berperang, aku tak pernah melupakan putri paling lembut hatinya yang pernah kutemui,"
"Cantik, seperti bunga Mawar. Selama beberapa bulan lamanya saling bertukar surat menanyakan kabar, itu tetap tidak cukup untuk mengobati rasa rindu yang dirasakan putri di hadapanku,"
"T-Taichou berkata jika lelaki sejati harus melakukannya langsung, bukan mengatakannya lewat surat, jadi ...,"
Tetora mengeluarkan dan membuka sebuah kotak hitam berisi cincin indah dengan ukiran bunga Mawar dan kristal di tengahnya, " Aku menyukaimu— tidak, bahkan lebih. Aku mencintaimu, (Name). Maukah kau menerimanya?"
1
2
3
Pipi sang empu memerah pekat seperti bunga Mawar merah di bawahnya, "T-Tetora-kun?"
Bahkan pemuda itu pun, rona merah juga menghiasi wajahnya, "A-aku tahu ini terlalu tiba-tiba, ssu!"
(Name) menarik sudut bibirnya melukis senyum lebar, kedua tangannya menyusul memeluk sang pemuda, "Iya! Aku menerimamu, Tetora-kun!"
— Fin.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
1075 word.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro