Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19. Operasi Rania

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرّ َحِيم

Happy reading!

***

Tidak!
Kenapa?
Kenapa aku harus memohon pada-Nya?
Mengapa?
Coba jelaskan kepadaku mengapa hal itu harus kulakukan?

Tubuhku merosot di tangga darurat lunglai tak berdaya. Kepalaku berdenyut dan perutku terasa mual. Aku menjambak rambutku kasar tak peduli tetapi buruknya keadaanku sekarang. Hatiku begitu kalut. Aku berjalan tanpa arah dan kehilangan peganggan.

Kepada siapakah aku bisa bersandar?
Kepada siapakah aku dapat mencurahkan kekalutanku?
Kepada siapa? Katakan! Tolong jawab aku!

Bunda....
Aku rindu. Mendadak aku ingin pelukkanmu. Aku rindu nasihatmu. Kemanakah aku harus pergi sekarang. Aku pembawa kematian bagi sekitarku. Aku adalah maut yang hidup di bumi. Aku benci diriku sendiri. Bunda, mengapa melahirkanku dengan takdir seperti ini?

Seharusnya aku mencegah Rania. Harusnya aku menoleh saat dia memanggilku. Rania bodoh! Aku membencinya dengan sepenuh hatiku. Aku tak akan memaafkannya seumur hidupku. Mendadak bayangannya tersenyum menghantuiku. Air mataku kembali berderai. Dadaku sesak dan kejadian beberapa saat yang lalu terasa terputar di kepala.

Pandanganku mendadak buram terhalang air mata. Pelupukku tak lagi mampu menahannya. Kupukul dadaku keras-keras untuk bisa berhenti menangis. Sudah lama sekali aku tak merasa sesakit ini. Isakku keluar tanpa izin. Aku terlihat begitu lemah. Dan aku membencinya.
Kaki lemas tak bertenaga. Aku kehabisan energi untuk bisa bernapas. Hidungku berair dan tanganku bergetar hebat. Aku melihat bekas darah Rania masih melekat pada tanganku. Mataku menatapnya nanar.

“Dokter Zoya, Rania lupa bawa data pasien!”

“Dok-ter Zoya ... Rania salah bawa pasien.”

“Dokter Zoya, senyum dong!”

Aku menggusap kasar tanganku. Air mataku terus berguguran tak terbendung. Aku benci celohennya. Benar-benar membenci dirinya. Dia selalu pelupa akan sesuatu, suka termenung tiba-tiba, dan ia suka mencampuri urusanku. Rania juga selalu mengejek diriku tanpa sepengetahuanku. Ia suka menggerutu di belakangku.

Namun, Rania selalu ada di sisiku. Langkahnya selalu berada di belakangku mengikuti kemana pun aku pergi. Dia menemaniku pergi ke setiap kamar pasien. Dia mengunting setiap benang yang dijahit. Dia juga selalu meletakkan secangkir kopi panas di meja kerjaku.

Aku membencimu Rania. Namun kamu tak membiarkan satu orang pun masuk ke ruanganku saat aku sedang tak ingin diganggu. Kamu tahu dan dapat membaca semua keinginanku. Kamu membuatku terbiasa denganmu. Mengapa kamu melakukan ini semua, Rania? Aku baru tersadar kamu satu-satunya yang berada di sisiku setiap saat.
Rania, aku merindukamu.

Mendadak aku rindu wajah gelagepanmu menuruti semua perintahku. Terkadang aku ingin merangkulmu sambil berjalan bersama seperti yang Alisha lakukan padamu tapi, egoku melarang semuanya. Aku ingin makan bersama denganmu dan pergi berjalan-jalan menghabiskan waktu bersama seperti yang orang-orang lakukan tapi aku terlalu sibuk dengan duniaku.

Andai aku dapat memutar waktu, aku tak akan bersikap acuh tak acuh. Andai, sungguh sakit rasanya berharap pada kata andai. Jika aku boleh bertukar nasib, bolehkan aku bernasib bahagia sekali saja?

Tuhan?

Hah, aku tertawa disela isakku. Haikat bajingan! Harusnya kutampar saja dia. Tapi, mengapa perkataanya terniang-niang dikepalaku? Apakah aku harus bersujud pada-Nya? Bukankah ini semua karena-Nya. Dia mainkan kuasa atas makluknya yang tak berdaya. Tidak! Aku tak ingin lemah.

Pertama Bunda, Tuhan ambil ia dari sisiku. Kedua Pak Wahab, Tuhan jadikan aku pedang kematian. Dan sekarang Rania. Rania, kali ini aku akan berjuang. Perjuanganku kali ini adalah untukmu. Kamu akan baik-baik saja, Kan? Rania, aku akan melakukan semuanya untukmu. Aku benar-benar serius kali ini. Karena aku pernah kehilangan dan tak akan kubiarkan kamu menjadi salah satunya.

Aku akan memulai perangku dengan-Nya. Dan kita akan membuktikannya. Aku lebih percaya pada sesuatu yang dapat kulihat dengan kedua mataku daripada sesuatu  yang tak terlihat. Bantuan medis akan menolong Rania. Rania tak akan apa-apa. Apa yang harus kukhawatirkan? Dokter Jailani ada di dalam. Dia dokter syaraf nomor satu di RS ini. Lalu, mengapa aku harus begitu gelisah? Profesor Ali juga di dalam mengiring operasi berjalan. Ada begitu banyak orang berkompeten di samping Rania. Aku percaya mereka.

Kutarik napas panjang. Semua air mata akan berhenti di sini. Daguku terangkat dan kutegakkan punggung. Kuhapus semua bercak air mata yang jatuh berguguran. Zoya, kamu wanita yang kuat. Kamu itu tangguh! Zoya tak akan menjadi lemah. Mataku terpejam sambil mengucapkan mantra.

“Aku adalah Zoya. Dan semua akan baik-baik saja.”

Aku melangkah keluar pintu darurat dan kembali untuk melihat kondisi Rania yang masih diopeasi. Langkahku terhenti ketika seorang dokter magang menubruk tubuhnya sampai aku hampir terpental karna terdorong olehnya.

“Dokter Zoya!” katanya saat sadar ia telah menabrakku.

“Kamu punya mata kan? kala—“

“Dokter Zoya, Pasien kritis! IGD kekurangan Dokter! Ayooo!”

Dokter magang itu langsung menarik tanganku dan berlari ke IGD. Tanpa sempat berkata apa-apa aku sudah diseret olehnya. Kami berlari menuju IGD dan setelah sampai di IGD. IGD terlihat sangat kacau. Pasien terlantar dimana-mana, ah mungkin maksudku bukan terlantar namun, ah, terlihat benar-benar kacau. Ada begitu banyak dokter yang kukenal sedang sibuk mengobati puluh pasien yang datang.

Ternyata ini malam yang ceria, oh bukan. Sambutan pagi yang indah di IGD. Ini bukan malam lagi tapi pagi hari bahkan jam tanganku sudah menunjukkan dua dini hari. Aku lagi-lagi menghela napas panjang sampai aku benar-benar siap menghadapi semua ini.

Zoya, ayo selamatkan mereka.

“Pasien dengan luka tusuk akan datang 5 menit lagi, Dok.” seru seorang perawat yang berada di nurse station selepas menerima teleponan. Namun sekarang yang ada di depan mataku bukan hanya satu namun ada 3 pasien. Ah, IGD malam ini benar-benar penuh kejutan.

“Dokter Zoya! Pasien muntah darah!” Dokter magang itu mengoyangkan lenganku dan menatapku nanar meminta pertolongan. Jubah putihnya tampak sudah penuh dengan bercak darah menolong pasien. Ia menariku ke arah salah satu bankar di IGD.

“Pasien sudah lanjut usia dan mengalami kecelakaan motor 15 menit yang lalu, Dok. Tempurung lututnya pecah dan barusan mengalami muntah darah.” jelasnya sambil menyerahkan stetoskop padaku. Aku langsung mengukir asal rambutku dan menyingsingkan kedua lengan bajuku.

Rania, aku akan kembali sebentar lagi.

***

Sudah berjam-jam operasi dilakukan namun belum ada kabar apapun sampai saat ini. Untuk ukuran operasi saraf jangka waktu operasi yang dilakukan memiliki rentang yang cukup panjang. Operasi saraf pada Rania akan berorientasi pada otak diperlukan ketelitian yang luar biasa tentunya. Itu mengapa ahli saraf adalah orang-orang paling sabar di dunia kedokteraan.

Bona duduk gelisah bersama Alisha dan Haikal. Ketiganya tampak gusar diam tanpa suara. Warna lampu pada ruang operasi masih merah. Haikal melirik pada lorong kosong di sampingnya. Hening. Ia tak melihat keberadaan Zoya selepas ia berbincang tadi.

Benarkah hati Zoya begitu keras? Haikal terheran sejenak, apakah Zoya benar-benar tak percaya Allah?

Alisha duduk dengan dzikir tiada henti dari mulutnya. Ia begitu kaget sampai dan langsung tancap gas ke Central Medika ketika mendengar kabar Rania kecelakaan. Walaupun sudah salat hatinya masih tak tenang. Air matanya terus menggenang. Pikirannya ikut kacau. Seandainya dia tak mengusulkan pergi ke villanya maka seharusnya semua ini tak terjadi. Alisha terisak tanpa suara.

“Alisha....” parau suara Bona memanggil Alisha. Alisha makin tertunduk menutup wajahnya serapat mungkin. Kedua pria ini mendadak binggung bukan kepalang tak tahu harus berbuat apa. Suasana pun mendadak menjadi hening. Hanya dipenuhi isak tangis Alisha.

Sesaat kemudian mendadak monitor lampu berubah menjadi hijau dan pintu ruang operasi terbuka. Dokter Jailani keluar sambil membuka maskternya. Bona, Alisha, dan Haikal sontak berdiri.

“Rania? Baga-“ Baru saja Alisha ingin menyerbu dengan puluhan pertanyaan mendadak menjadi bungkam seribu kata.

***
Assalamualaikum semua!
Gimana kabarnya?
Kini aku harus kembali selepas hiatus dengan lama update da akhirnya kalian semua tahu siapa aku hihi

Enggak ada yang mau bilang
Selamat datang kembali ni? Wkwk
Monggo, dibaca ulang ya Zoyanya hhi biar inget lagi.

Aku punya info kemungkinan aku berniat ini novel buat terbit tapi aku bakal tamatin dulu sesuai perjanjian di swp. So, kalian udah bisa nabung dari sekarang dan sabar menunggu!

Kangen bgt sama readers swp yang kece-kece deh! Kalian kangen Zoya ya? Dokter galak hihi
Atau kalian kangen aku?
Hahaha

Sampai jumpa kamis nanti!
Btw, Medan lagi ujan. Eh rumah aku deng lagi ujan. Kota kalian gimana cuacanya?
Assalamualaikum semua!
💙💙💙

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro