chapter 51 Awal Yang Baru
Di hari itulah mereka merasakan kesedihan yang amat sakit.
Keesokan harinya, mereka semua berkumpul di pemakaman. Mereka akan memakamkan orang orang yang telah gugur dalam pertempuran. Terdengar suara tangisan dari keluarga korban yang gugur.
Nofel, Nadia, Dava, Arib, dan Akbar merasa sedih kehilangan Rasyid. Stevan, Naufal, dan Kevin kehilangan teman seperjuangan mereka. Orang tua Rasyid pun menangisi kepergian Rasyid.
Pak Presiden, Para Menteri, Komandan Tino, Orang tua Nadia, Orang tua Nofel, warga juga merasakan kesedihan.
"Hah... kejadian yang menyedihkan" Ucap Akbar yang meneteskan air mata. "Iya, dia mengorbankan diri untuk aku" Ucap Nofel ikut sedih. "Seandainya ini tidak terjadi, pasti kita sudah foto bersama" Ucap Arib. Mereka berencana akan berfoto bersama, tetapi Rasyid sudah tiada.
"Disetiap kemenangan pasti ada pengorbanan" Ucap Dava sedih. Dava merasa sedih, tapi tidak meneteskan air mata. Tidak mungkin Dava yang dikenal sebagai Psikopat, Pembunuh Berantai menangis didepan Sahabat dan temannya.
1 jam kemudian, mereka semua bubar satu per satu meninggalkan pemakaman. Mereka semua tidak pulang, tapi menuju ke tengah kota.
Di tengah kota, semua orang berkumpul. Nofel, Nadia, Akbar, Arib, Dava, Stevan, Naufal, Kevin, para Tentara, para Polisi, dan para Pasukan Elite yang selamat berkumpul diatas panggung.
"Saya disini ingin mengucapkan terimakasih kepada Nofel dan teman teman serta Tentara, Polisi, dan Pasukan Elite yang membantu dalam menyelamatkan kota ini. Walaupun banyak korban dan kesedihan, kita harus tetap kuat dan semangat" Ucap Pak Presiden.
"Saya juga ingin memberi penghargaan kepada mereka semua" Ucap Pak Presiden. Pak Presiden memberi Lencana Kepahlawanan kepada mereka.
"Kepada Profesor Dava, Saya ingin memberi anda Pangkat Sersan Pasukan Elite" Ucap Pak Presiden sembari memberi Lencana Sersan Pasukan Elite. Tiba tiba Dava menolaknya.
"Maaf ya Pak Presiden, saya menolaknya. Saya berterimakasih atas pemberian penghargaan Lencana Sersan Pasukan Elite, tapi saya tidak bisa menerimanya. Saya sudah senang mendapatkan Lencana Kepahlawanan dan saya senang menjadi Profesor terkenal. Jadi, yang berhak yang mendapatkannya adalah Nofel" Ucap Dava sembari menunjuk Nofel.
"Nofel lah yang menjadi Pahlawan yang sebenarnya. Dia yang telah membunuh 2 Zombie Raksasa dan dia yang paling berhak mendapatkan Lencana Sersan" Ucap Dava tersenyum kepada Nofel.
"Baiklah kalau begitu, saya akan menerima keputusan anda Profesor Dava. Jadi, Lencana Sersan Pasukan Elite akan diberikan kepada Nofel" Ucap Pak Presiden sembari memberikan Lencana Sersan Pasukan Elite kepada Nofel.
Dengan begitu, Nofel pun menjadi Sersan Pasukan Elite. Mereka semua bertepuk tangan yang meriah. Nofel dan lainnya turun dengan senang.
"Waw... hebat Nofel, selamat ya" Ucap Arib. "Wih, Sahabat kita menjadi Sersan ya. Selamat ya Nofel" Ucap Akbar. "Selamat ya Nofel" Ucap Nadia sembari tersenyum manis. "Hehehe... terimakasih, ini karena dukungan dari kalian" Ucap Nofel.
"Dava, kenapa kau tidak menerima menjadi Sersan?" Tanya Nofel. "Kan sudah ku bilang tadi, kalau aku lebih suka menjadi Profesor" Ucap Dava dengan santai. "Ok, kalau begitu" Ucap Nofel.
Tiba tiba Orang tua Arib, dan Orang tua Akbar mendekati Arib dan Akbar. Mereka pun mengobrol.
Orang tua Nofel dan orang tua Nadia mendekati mereka. "Selamat ya Nofel" Ucap Yudi dan Wilda. "Terimakasih Om, Tante" Ucap Nofel. "Akhirnya anak Ibu jadi Sersan" Ucap Vera sembari memeluk Nofel. Nofel pun membalas pelukan Ibunya.
"Bagus Nofel" Ucap Noran. "Terimakasih Ayah" Ucap Nofel. "Oh iya, hadiah spesial sesuai janji Ayah mana?" Tanya Nofel. Noran, Vera, Yudi, dan Wilda tersenyum bersama. Noran pun mendekati Nofel dan memegang kedua bahu Nofel.
"Nofel, sekarang kamu sudah dewasa. Kamu sudah menjadi Pahlawan dan juga kamu sudah menjadi Sersan di Pasukan Elite. Jadi, hadiah spesialnya adalah... menikah dengan Nadia" Ucap Noran sembari tersenyum kepada Nofel.
Nofel yang mendengar itu pun menganga terkejut besar, sedangkan Nadia hanya malu. Sahabat dan teman Nofel hanya terkejut.
"Gimana? Mau kan?" Tanya Yudi. "Ma-mau... mau sekali" Ucap Nofel dengan senang. "Hahaha..." Mereka pun tertawa. "Nadia, mau kan?" Tanya Wilda. "Ma-mau..." Ucap Nadia semakin malu.
"Bagus... 3 kali dapat kesenangan ya" Ucap Naufal. "Jadi iri aku, hahaha..." Ucap Stevan dan Kevin sembari tertawa. "Mantap!" Ucap Akbar dan Arib. "Bagus" Ucap Dava. Mereka pun tertawa bersama.
Tiba tiba muncul 1 orang laki laki dan 1 orang perempuan. Mereka seperti pulang dari daerah yang jauh. Dava yang melihat itu pun terkejut dan senang. Ternyata 2 orang itu adalah Orang tua Dava.
"Ayah!!! Bunda!!!" Ucap Dava teriak dan berlari menuju Orang tuanya. "Dava" Ucap Orang tua Dava. Mereka pun berpelukan.
"Apa yang terjadi disini?" Tanya Ayah Dava sembari melihat ke sekelilling. "Oh ini, ini ada kejadian" Ucap Dava. "Kejadian apa? Kenapa ada banyak kerusakan dan ada darah?" Tanya Bunda Dava. Dava pun menceritakan semua kejadian kepada Orang tua nya.
"Astaga, kamu ini. Makanya jangan ceroboh, kan kayak gini jadinya" Ucap Ayah Dava. "Hehehe... maaf Yah" Ucap Dava cengengesan. "Oh begitu, untunglah kamu selamat" Ucap Bunda Dava. "Iya, Bunda" Ucap Dava. Dava pun memperkenalkan Sahabat, Temannya, dan yang lain.
Tidak lama kemudian, datanglah 3 orang laki laki mendekati Nadia. Nofel yang melihat itu pun heran dan Nofel tidak mengetahui siapa mereka.
"Nadia, perkenalkan nama aku Jimmy" Ucap orang yang berdiri sebelah kiri bernama Jimmy. "Perkenalkan nama aku Budi" Ucap orang yang berdiri ditengah bernama Budi. "Perkenalkan nama ku Gavin" Ucap orang sebelah kanan bernama Gavin
"Iya, kalian mau ngapain ya?" Tanya Nadia bingung. "Kami disini ingin melamarmu, jadi pilihlah salah satu dari kami" Ucap mereka sembari mengulurkan tangan kepada Nadia. Nadia yang melihat itu pun bingung.
Nofel yang melihat dan mendengar itu pun kesal dan marah. Nofel pun mendekati mereka sembari mengeluarkan Samurai milik Rasyid di punggungnya.
Saat Nofel sudah sampai ditempat mereka, Nofel pun meletakkan Samurai di nadi tangan Jimmy, Budi, dan Gavin. Nadia, Jimmy, Budi, dan Gavin yang melihat itu pun terkejut.
"Jauhi tangan kalian dari calon istriku" Ucap Nofel dengan nada dingin dan datar. "Ser-san... Nof-fel" Ucap mereka ketakutan. Sedangkan Nadia hanya malu mendengar perkataan Nofel.
"Jauhi tangan kalian dari calon istriku. Jika kalian tidak menjauh, akan kupastikan tangan, kaki, kepala, dan badan kalian terpisah. Mau mati dengan perlahan lahan atau mati langsung" Ucap Nofel dengan nada dingin dan datar.
Mereka yang mendengar itu pun langsung lari terbirit birit meninggalkan Nofel dan Nadia. Nadia pun langsung memeluk Nofel dan mencubit pinggang Nofel.
"Aaww... sakit" Ucap Nofel kesakitan dipinggangnya. "Jangan mengancam seperti itu, kan bisa dengan cara yang baik" Ucap Nadia. "Iya, aku tahu. Tapi kalau pakai cara yang baik, mereka tidak akan pergi" Ucap Nofel.
"Iya sih, terimakasih ya" Ucap Nadia tersenyum manis. "Iya sama sama" Ucap Nofel ikut tersenyum. Nadia pun melepaskan pelukannya dam pergi ke tempat Orang tuanya.
"Dava, sini dulu" Ucap Nofel kepada Dava. Dava pun mendekati Nofel. "Ada apa?" Tanya Dava. "Kau tahu? Aku bertemu dengan 3 orang yang spesial dalam hidup mu di Surga saat aku pingsan kemarin. Aku bisa ke Surga karena Adikku memanggil ku untuk memberikan informasi tentang kelemahan Zombie Raksasa" Ucap Nofel. Dava yang mendengar itu pun bingung.
"Siapa mereka bertiga?" Tanya Dava. "Kau mau tahu?" Tanya Nofel balik. "Iya, aku mau tahu" Ucap Dava penasaran. "Mereka bertiga adalah Kakakmu, Adikmu, dan juga kekasihmu" Ucap Nofel. Dava pun terkejut.
"Serius?" Tanya Dava. "Iya, aku serius. Mereka bilang, kau harus tetap semangat karena mereka bertiga selalu mendukung mu. Jadi, kau jangan menyia nyiakan semangat dan dukungan dari mereka" Ucap Nofel.
"Baiklah kalau begitu, terimakasih Nofel" Ucap Dava. "Sama sama" Ucap Nofel. "Nofel, Dava buruan sini" Ucap Nadia. Nofel dan Dava mendekati Nadia.
"Ada apa?" Tanya Nofel. "Kita akan menerbangkan balon bersama sama karena kota kita sudah bebas dari serangan Zombie" Ucap Nadia. "Oh begitu ya" Ucap Dava.
Semua warga kota memegang balon masing masing. "Kita akan menerbangkan balon ini bersama sama. Kita hitung ya... satu... dua... tiga!!!" Ucap Komandan Tino.
Puluhan, ratusan, bahkan ribuan balon diterbangkan. Warna warni dari balon membuat indah langit. Mereka semua menatap balon yang terbang.
"Rasyid, Robin, Michael, Reza, Edi, Jonathan, William, Ikhsan, dan Rian semoga kalian tenang disana" Ucap mereka bersama sama.
Walaupun mereka merasakan kebahagiaan, tapi mereka tetap dilanda kesedihan yang amat sakit. Pengorbanan bagi mereka yang telah gugur akan dikenang selamanya.
1 Minggu Kemudian
Dimalam hari dan disebuah rumah, tepatnya di kamar. Terlihat sepasang suami istri yang sedang melakukan kegiatan masing masing. Siapa lagi kalau bukan Nofel dan Nadia.
Mereka sudah menikah 3 hari yang lalu. Nofel sedang membaca Novel di tempat tidur, sedangkan Nadia sedang mencari sesuatu.
"Senjata Pistol M1911 ku kemana ya?" Ucap Nadia. Nadia terus mencari senjatanya. "Kamu lagi nyari apa?" Tanya Nofel yang masih fokus sama Novel nya. "Aku lagi nyari senjata Pistol M1911" Ucap Nadia yang masih mencari.
"Yang ini kan?" Tanya Nofel sembari menunjukkan sebuah senjata, tapi mata Nofel masih fokus sama Novel. "Iya, ini dia. Kamu kok bilang dari tadi?" Tanya Nadia.
"Ya mana aku tau, kamu kan nggak nanya" Ucap Nofel, tapi mata masih fokus sama Novel. "Kan kamu harusnya bilang aja, kan nggak capek capek aku nyarinya" Ucap Nadia kesal. Nofel tidak menjawab karena masih fokus sama Novel nya.
"Nofel? Ih, kamu ini kok diam aja" Ucap Nadia yang mulai kesal. "Iya iya, maaf" Ucap Nofel sembari masih fokus sama Novel. "Nofel, aku mau sesuatu" Ucap Nadia. Nofel hanya diam dan masih fokus dengan Novel. Nadia yang masih kesal pun mengambil Novel punya Nofel.
"Eh, jangan diambil" Ucap Nofel sembari mengambil kembali Novelnya. Akan tetapi, ditahan oleh Nadia.
"Kamu kok cuekin aku?" Tanya Nadia. "Iya kan aku lagi membaca" Ucap Nofel. "Kan kamu bisa berhenti membaca dulu, terus dengarkan apa yang ku bilang" Ucap Nadia.
"Iya deh iya, mau bilang apa?" Tanya Nofel. "Nggak jadi" Ucap Nadia kesal dan membelakangi Nadia. Nofel yang melihat itu pun meminta maaf.
"Maaf ya, jangan marah dong" Ucap Nofel sembari mendekati Nadia. Akan tetapi, Nadia semakin menjauh. Nofel yang melihat itu pun langsung memeluk Nadia dari belakang.
"Maaf kan aku ya, aku salah" Ucap Nofel meminta maaf. "Aku salah, maaf kan aku. Kamu mau minta apa, nanti aku turuti" Ucap Nofel memohon. Nadia yang mendengar itu pun berbalik badan.
"Iya aku maaf kan, tapi janji jangan mengulanginya lagi" Ucap Nadia. "Iya, nggak akan ku ulangi lagi" Ucap Nofel.
"Kamu mau kan menuruti apa yang aku bilang?" Tanya Nadia. "Iya, mau" Ucap Nofel. "Aku mau es krim" Ucap Nadia. "Hah? Es krim? Nggak ada yang lain" Ucap Nofel.
"Aku mau nya es krim" Ucap Nadia. "Kalau mau es krim, besok bisanya. Sekarang sudah malam, mungkin udah tutup" Ucap Nofel. "Aku maunya sekarang" Ucap Nadia memohon sembari menggoyangkan lengan Nofel.
"Besok aja ya, sekarang udah tutup. Besok aku beliin lima es krim" Ucap Nofel. "Janji ya?" Tanya Nadia. "Iya, janji" Ucap Nofel.
"Yeyeye, asik" Ucap Nadia senang. Nofel yang melihat itu pun tersenyum. "Terimakasih Nofel" Ucap Nadia mencium pipi Nofel. "Sama sama" Ucap Nofel.
Tiba tiba Nofel mencium kedua pipi Nadia dan kening Nadia. Nofel pun berbaring di tempat tidur. Nadia pun terkejut dengan kejadian barusan.
"Udah, ayo tidur. Jangan terkejut kayak gitu" Ucap Nofel. Nadia pun malu dan tidur disamping Nofel. Nofel pun memeluk Nadia dan mengusap kepala Nadia.
"Nofel..." Ucap Nadia dalam pelukan Nofel. "Apa?" Tanya Nofel yang masih mengusap kepala Nadia. "Kamu nggak bakalan ninggalin aku kan?" Tanya Nadia sembari mengeratkan pelukannya.
"Nggak, nggak mungkin aku ninggalin kamu" Ucap Nofel. "Iya, tapi kamu malah cuekin aku tadi" Ucap Nadia. "Iya maaf, aku minta maaf" Ucap Nofel.
"Iya, aku maafin. Jangan diulangi lagi ya" Ucap Nadia. "Iya, nggak akan aku ulangi. Kalau aku ulangi lagi nanti aku janji lagi, hahaha..." Ucap Nofel sembari tertawa. Nadia yang melihat itu pun langsung mencubit pinggang Nofel.
"Aaww... sakit sekali" Ucap Nofel kesakitan. "Makanya jangan bercanda" Ucap Nadia. "Hehehe... maaf" Ucap Nofel.
"Pokoknya aku tidak meninggalkan mu, aku akan berjanji. Sekarang tidurlah" Ucap Nofel sembari menyuruh Nadia tidur. "Iya" Ucap Nadia sembari mengangguk. Mereka pun tertidur pulas.
Keesokan harinya, Nofel dan Nadia menuju ke Gedung Pasukan Elite. Nofel dan Nadia bergandengan tangan saat memasuki Gedung tersebut. Nofel menggandeng tangan kiri Nadia, karena tangan kanan Nadia ada es krim.
Semua orang melihat itu ada yang iri, ada yang biasa saja, ada yang senang, dan lain lain. Sahabat Nofel pun seperti itu juga.
"Wih... jomblo ku bergetar seketika" Ucap Akbar. "Jomblo ku meronta ronta, tolong..." Ucap Arib. "Jangan lebay" Ucap Dava kesal. Dava kesal dengan kelakuan dua Sahabatnya itu.
"Mau es krimnya dong" Ucap Arib. "Eeitss... enak aja. Beli dong" Ucap Nadia sembari memakan es krimnya. "Kan ada 4 lagi tu" Ucap Akbar sembari menunjuk es krim yang tersisa 4 lagi.
"Nggak mau, beli lah. Ini es krim karena Nofel ada janji beliin es krim" Ucap Nadia. "Hah... yasudahlah, nggak apa" Ucap Akbar menghela nafas.
Nofel dan Dava hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka bertiga.
Sekarang peralatan Senjata mereka sudah bertambah. Nofel dengan Senjata Handgun G18, SPAS12, Sniper AWP, Handcannon, dan Samurai milik Rasyid.
Arib dengan Senjata Bazoka, Shotgun M1014, Handgun M500, Dagger, dan Airsult Rifle AK 47 milik Rasyid.
Akbar dengan Senjata Airsult Rifle Scar L, Sub Machigun MP50, Handgun Desert Eagle, Knife dan Katana, dan Shotgun Double Barrel.
Nadia dengan Senjata M1911, dan Handgun USP milik Rasyid. Nadia tidak sanggup menggunakan Senjata besar seperti Nofel dan lainnya.
Sedangkan Dava Senjata nya hanya seperti biasa. Dava dengan Senjata Airsult Rifle XM8, Airsult Rifle Famas, Shotgun M1187, Double Raffier, dan Shield.
"Sekarang mari kita bekerja" Ucap Nofel mengajak mereka. "Baik Sersan" Ucap mereka. "Bisakah kalian untuk memanggilku tidak menggunakan Sersan" Ucap Nofel. Nofel mau saja dipanggil Sersan, kecuali Sahabat dan Istrinya.
"Kau kan Sersan, ya kami panggil Sersan saja" Ucap Dava. "Iya, tapi aku nggak mau dipanggil Sersan dengan kalian. Kalau sama orang lain sih nggak apa" Ucap Nofel.
"Ok lah, kalau begitu" Ucap mereka. "Sudah, mari kita pergi sekarang" Ucap Nofel.
Mereka pun pergi ke tengah kota bersama para Tentara, Polisi, Pasukan Elite dan lainnya.
Hari itu adalah hari untuk mereka bekerja membangun kembali kota yang sudah hancur. Semua warga kota bekerja sama. Mungkin kira kira membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun kembali kota itu.
Walaupun itu akan membutuhkan waktu yang lama, mereka akan tetap membangunnya. Kota itu pun bersih dari serangan Zombie. Kota itu tenang dan damai.
Selesai
Kata kata bijak:
Terkadang dalam suatu Persahabatan terdapat Perbedaan Pendapat dan Pola Pikir Berbeda
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro