Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 57

(Zedi P.O.V)

Aku meregangkan sedikit kakiku. Sakit tho pukul orang tua ni. Baru je aku nak pergi dekat diorang berlima--

"Budak tak guna! " Mr. Kim menyumpah seranah.

Aku mengeluh lantas menoleh, "Terima kasih atas pujian tu, saya dah dengar banyak kali dari mulut orang lain, "

Mr. Kim bangun dengan agak payah.

Aku bercekak pinggang dan mengeluh sekali lagi, "Haih, dah nampak tanda- tanda nak pergi ni, "

Mr. Kim tersenyum sinis dalam diam. Dia bersuara perlahan, "Kau yang akan pergi harini, "

"Haa apa? " serius aku tak dengar apa yang orang tua ni cakap.

Mr. Kim terus mengambil sebatang kayu disebelahnya lalu dia baling ke arahku. Aku pula tak sempat nak elak. Dah kena! Terduduk aku dibuatnya. Sakit siot.

"ZEDI! " diorang berlima menjerit kerisauan.

Aku bangun, "Heh, this is nothing! Aku dah bersedia fizikal dan mental sebelum datang sini, " aku terhuyung- hayang sikit.

Aku terus berdiri menghadap Mr. Kim. Mr. Kim memberi pandangan yang penuh dendam terhadapku.

Aku menyoal perlahan, "You kill my parents and destroy my whole family. Why do you hate Alessio so much? What did we ever do to you-- "

"EVERYTHING! LEVIEZ AND MELIYA DESERVE IT! AFTER EVERYTHING THEY'VE DONE TO ME! THEY BETRAYED ME! " Mr. Kim menjerit dengan penuh lantang.

Aku terkedu, "What do you mean? "

Mr. Kim menunduk lalu mengusutkan rambutnya...

28 tahun sebelumnya,

Daeho dan Leviez berehat di bawah pohon, menikmati makanan mereka waktu rehat. Inilah tempat mereka sewaktu rehat. Di bawah pohon bersebelahan dengan padang bola. Mereka berdua kurang gemar berehat di kafeteria kerana terlalu ramai.

"Time flies, we're gonna graduate soon. We only have 2 months left, " Leviez bersuara penuh lembut. Memang dia pewaris Alessio yang merupakan kumpulan mafia terhebat di Itali. Namun personaliti dia dapat daripada belah ibunya. Orang yang sangat lembut.

Daeho memandang Leviez yang tersenyum di sebelahnya, "So you gonna go back to Itali after our graduation? "

Leviez ketawa perlahan lalu kakinya dilunjurkan, "I have no choice. To be honest, I wanna stay here with you guys. Playing around without worry about anything, "

"That's impossible. There is no way your father are gonna let you have that kind of life. Our family chose this academy just for us. The only heir of mafia's clan can enter this academy, " Daeho bersuara mendatar.

Leviez menunduk sambal tersenyum tawar, "I don't wanna be the next leader of Alessio, "

"Neither do I, " Daeho membalas perlahan.

"But it's too late to go back. After our graduation, we have to go back to our home. And learn everything about that world, " Daeho menyambung.

Mereka berdua terus terdiam. Memerhati semua gelagat orang sekeliling mereka. Ada yang main bola sepak, macam berperang pun ada. Ganas noh. Tapi logik juga sebab semuanya bakal jadi ketua mafia. Akademi ni pun bukannya ramai sangat. Cuma kawasan dia je besar.

"But I have no regret come to this academy! " Leviez menjerit teruja.

Daeho terus berhenti melihat sekeliling lantas Leviez di sebelahnya dipandang. Daeho menjongketkan keningnya.

"I met you and Meliya here. You guys are my bestfriends that I love so much. You guys are dear to me, " Leviez tersenyum manis.

Daeho terkedu lantas dia pun tersenyum, "Me too, "

******

6 tahun berlalu...

Daeho keluar dari bilik perjumpaan itu. Dah lama masa berlalu. Dia pun dah dilantik menjadi ketua kumpulan Kim 3 tahun lepas. Dia baru je selesai berjumpa dengan ketua mafia yang lain, yang berlainan negara. Seperti biasa, habis je perjumpaan, dia terus keluar dari situ. Tak nak bergaul dengan ketua yang lain.

Ya, hanya dia je yang keluar. Yang lain masih di dalam, menghabiskan masa berbual. Sedang Daeho mengelamun sambal berjalan, dia dipanggil. Dia terus berhenti berjalan. Dia terkedu. Suaru tu... Suara yang lama dia tak dengar...

Daeho terus memandang belakang dan terkejut apabila Leviez dan Meliya berjalan ke arahnya.

"Lev... Mel... " Daeho tak mampu berkata- kata. Sahabat lamanya yang dah bertahun tak bersua, akhirnya munculkan diri.

Leviez berlari ke arah Daeho lalu tubuh sahabatnya dipeluk erat, "BRO I MISS YOU SO MUCH! " Leviez menangis.

Daeho perlahan- lahan membalas pelukan Leviez. Air matanya turun perlahan- lahan, "I miss you too, Lev, "

Meliya berdiri di tepi mereka, tersenyum melihat mereka berpelukan. Setelah beberapa minit berlalu, mereka berdua terus meleraikan pelukan itu. Mereka tersenyum.

"Finally, I found you, " Leviez bersuara tenang.

Daeho keliru melihat dua sahabat lamanya disini, "How did you come here? I thought only mafia leaders can enter this place-- "

Meliya ketawa besar, "Daeho, did you forgot? Three of us are the heir of our own family? "

Daeho memandang Meliya, "Mel... " Daeho meneliti wajah wanita yang dia sa--

"How come you left early! Not only 6 months ago but also today! " Leviez menepuk bahu Daeho sedikit kuat.

Daeho tersentak, "What? What do you mean? "

Meliya dan Leviez memandang sesama sendiri. Daeho memandang kedua- dua sahabatnya silih ganti. Apa yang diorang nak cakap ni?

"Actually Daeho... The meeting 6 months ago was for Meliya and my debut as mafia leader. Both of us already become the leader one years ago but we only invited family members and our clan members. Sorry bro, " Leviez menunduk sedikit.

"Nah that's okay but why did you announced it a bit late? The other leaders need to know about it, " Daeho bersuara kehairanan.

'"Urm it's because we want to get used to it. I mean, it's kinda hard to be a leader so I thought maybe we should get used to it first then we will announce it. So the other leaders won't look down on us, " Meliya bersuara dengan penuh keyakinan.

Daeho mengangguk. Jadi 6 bulan lepas dia terlepas lah masa dua sahabat dia diperkenalkan sebagai ketua baru. Itulah padah bila asyik berambus awal- awal. Daeho memandang Leviez, kawan dia langsung tak berubah. Dari dulu percakapannya masih lembut dan sopan.

Meliya pun sama. Masih lagi dengan perangai dia macam dulu. Hidup teramat yakin dan suara lantang je.

"And one more thing. Actually we want to announce it today but seems like you miss it. You should stay for a while after the meeting and be friends with the other leaders! " Meliya membebel.

Daeho ketawa perlahan, " Sorry but I don't have any intention to be friend with them, "

Leviez dan Meliya mengeluh. Memang dari dulu macam tu. Daeho memang takkan berkawan dengan orang lain di akademi kecuali diorang berdua.

"Oh what is it about? The news that you guys announce today? " Daeho menyoal, tak nak kena bebel lagi. Entah mengapa, hati dia tak tenteram. Hati dia menjerit untuk tidak mendengar tentang berita baru itu.

Leviez dan Meliya memandang antara satu sama lain. Meliya tersengih lalu tangannya dengan Leviez disatukan. Meliya mengangkat tangan mereka yang bersatu itu dan menjerit, "WE'RE GONNA MARRIED IN 2 MONTHS! "

Daeho terkedu. Wait what? Married? Lev and Mel...

"Actually we want to tell you earlier but you never attend any mafia's party beside the meeting, " Meliya bersuara gembira.

Daeho termenung. This is joke right?

Meliya memberi sekeping sampul surat yang berwarna kuning keemasan. Nampak mewah. Daeho terus ambil dan buka sampul itu. Daeho terkedu melihat jemputan perkahwinan dua sahabatnya. Jadi, diorang tak bergurau...

"We want you to attend our wedding and we don't accept no as your answer. You need to be in our wedding, " Meliya menepuk bahu Daeho.

Daeho terus memandang Leviez, meginginkan jawapan. Leviez pula hanya menunduk, tak sanggup memandang muka Daeho yang jelas dikhianat.

Leviez bersuara perlahan, "You are our beloved friend. There's no way our wedding are gonna be amazing without you, bro, "

"And if you still busy on that day, we're not hesitate to change the date. Understood? " Meliya bersuara lantang.

Daeho memasukkan kembali jemputan itu ke dalam sampul, "Yes, I will definitely come, "

Meliya bersorak gembira. Leviez pula hanya tersenyum tawar.

"I can't wait for us to get married! " Meliya menjerit.

Daeho hanya mendiamkan diri. Jadi betul lah ada satu lagu tu nyanyi yang, 'Only love can hurt like this... '

"Okay guys, I have to go to England. My sister are gonna graduate tomorrow. I have to attend her graduation day or else she'll be sad. Bye! " Meliya terus berlari meninggalkan Leviez dan Daeho.

"Bro-- " Leviez memegang bahu Daeho.

Daeho terus menepis, "How could you do this to me? I'm your beloved friend? What kind of bullshit is that? "

Leviez terdiam.

"Lev, you knew it right? And you don't forget about it, right? " Daeho memandang Leviez.

"Yes-- "

Bam!

Leviez terhentak di dinding belakang, ditolak kasar oleh Daeho.

"THEN WHY?! You know that I love Mel so much! I love her more than everything! I even sacrifice my happiness just to be with her! I gave up on my dream for her! I do everything just for her! And this is what you did to me? AS MY BESTFRIEND, YOU BETRAY ME! " Daeho menghentak badan Leviz dengan kuat.

Leviez tidak mampu menahan air matanya, dia terus menangis, "I'm sorry, bro. I have to obey my parents. Meliya's and my parents already set our marriage before I can even do anything. And this is all happen because Meliya wants to marry me. I don't even know that she love me. Please believe me, bro, "

Daeho menggenggam penumbuknya, "I gave up from being a scientist because I want to be an amazing mafia leader. I want to amaze her parents. I want her parents know that I can take care of her. I want her to be mine. Until now, I never give up no matter how the others think about me. I do everything on my own. And yet you, can marry her easily just because of your parents? How easy... "

"Daeho... Please--"

Daeho terus merentap lantas Leviez jatuh ke bawah. Daeho terus pergi tanpa memandang sahabat lamanya atau senang dipanggil, bekas sahabatnya.

******

Daeho memakai suit warna hitam di hari perkahwinan Leviez dan Meriya. Dia melihat Leviez dan Meriya yang tersenyum gembira di atas pelamin. Sakit.. Sakit hatinya bila wanita yang dia sayang selama 10 tahun diambil begitu saja. Lebih- lebih lagi bekas sahabat dia yang mengahwini wanita yang dia sayang.

Daeho menggenggam pergelangannya. Dia mengundur, mahu keluar dari situ. Sakit hatiya melihat mereka berdua bahagia dan dia merana sendiri.

Buk!

Daeho terlanggar seorang wanita dan dia sempat mencapai wanita itu. Cantik... Wanita ini kelihatan seiras dengan...

Meliya!

"Urm... can you let me go? " wanita itu bersuara penuh kelembutan.

Daeho terus sedar lantas dia melepaskan wanita itu dengan perlahan. Daeho menundukkan kepalanya sedikit tanda kemaafan.

"It's okay, it's also my fault, " wanita itu menundukkan badannya dengan anggun seperti seorang puteri.

"You are Kim Daeho, right? " wanita itu menegur dengan ayu.

"Yes, miss... "

"Merida, you can call me Merida. Urm, actually I'm Meliya's twin, " Merida tersenyum manis.

Daeho terkedu. Jadi, inilah adik perempuan Meliya yang graduate 2 bulan lepas. Daeho terus tersenyum.

"I see, looks like it's fate, " Daeho tersenyum manis. Ni kalau ketua mafia yang lain nampak ni, mahu ternganga diorang. Mana taknya, Daeho ni tak pernah nak senyum langsung. Ni tiba- tiba tersenyum.

Merida tersenyum, "You look better when you smile, Mr. Kim, " penuh ikhlas kata- katanya.

"Daeho, call me Daeho, " Daeho tersenyum. Memang lain betul perangai kembar Meliya.

"Isn't it rude? " Merida menyoal risau. Takut sebab dia panggil macam tu, kang berperang keluarga Kim dengan Lions.

"No it's not, " Daeho tetap senyum.

"I thought only family members and close friends can call you like that, " Merida menyoal perlahan.

Daeho ketawa perlahan lantas dia pun mengambil sekuntum bunga ros merah di poket bajunya, "Then how about we know each other more? " bunga itu pun diberi kepad Merida.

Merida menyambutnya dan tangannya ditarik perlahan oleh Daeho. Daeho mencium belakang tapak tangan Merida penuh lembut. Merida terkejut, dia memandang Daeho yang tersenyum.

"Can you give me chance to know more about yourself, my princess Merida? " Daeho menyoal.

"Ye-- yes, " Merida menahan malu.

Daeho tersenyum, dia mendengar muzik klasik. Dia melihat semua pasangan yang menari bersama. Dia terus tersenyum memandang Merida.

"Shall we? " Daeho menyoal.

"Huh? " Merida bingung.

Daeho ketawa kecil lantas tubuh Merida ditarik perlahan dan didakap. Merida sekali lagi terkejut.

"Wait Mr.Kim-- "

Daeho memotong, "Call me Daeho, "

Merida menunduk, "Daeho... "

Daeho tersenyum, "I like it, "

Merida terus memandang Daeho dan Daeho memegang Merida dengan erat. Mereka terus menari dengan anggun. Kesemua tetamu memandang mereka. Jelas mereka berdua menarik perhatian. Bukan perhatian tetamu je. Malah perhatian keluarga kedua belah pengantin dan juga pasangan pengantin itu sendiri.

Ada yang terpesona. Keluarga Lions pula terdiam melihat anak bongsu mereka yang kelihatan cocok dengan ketua Kim itu.

"All of them look at us, " Merida bersuara malu.

Daeho ketawa kecil, "They are amaze with your beauty, my princess, "

Merida menunduk malu, "Can you stop calling me princess? It doesn't suit me at all, "

"Then how about my queen? " Daeho menyoal nakal.

"Wait-- " Merida memandang Daeho yang jelas lagi tinggi daripada dia.

"Wow, that's more suit to be honest. You deserve it, my queen " Daeho berbisik di telinga perlahan.

Merida malu dan kedengaran beberapa gadis menjerit teruja. Daeho tersengih lantas dia memandang Leviez di pelamin itu. Jelas yang Leviez terkejut. Daeho tersenyum sinis lalu tarian itu dilajukan.

"Wait Daeho, don't be too fast! I can't catch up with you, " Merida kalut.

"Don't worry, my queen. I would never let you fall, " Daeho mengeratkan pegangan tangannya dan pelukannya di pinggang Merida.

"Wait... Isn't this dance are supposed to be for the bride and groom? " Merida soal kalut. Dia tak patut menari tarian ni masa perkahwinan kakak dia sendiri.

"We can practice it so that you won't do any mistake during our own... " Daeho terus berhenti bercakap. Seujujurnya, dia pandai menari tu pun sebab dia practice untuk menari dengan Meliya. Malangnya wanita yang dia sayang dah berpunya. Tak dapat kakak, dapat adik pun boleh.

Merida malu bila paham akan maksud Daeho. Daeho terus melepaskan Merida. Tarian itu pun berakhir.

"I hope we can meet again, my queen, " Daeho mencium hujung rambut Merida yang panjang itu.

Merida memegang rambutnya yang dicium Daeho itu. Pemergian Daeho dipandang sehinggalah hilang kelibat lelaki itu.

"Daeho... I finally meet you, " Merida bersuara lantas tersenyum.

******

Akhirnya setelah 3 tahun berlalu, Daeho dan Merida dikahwinkan atas kehendak mereka. Kedua belah keluarga pula tak menghalang malah memberi sokongan. Kecuali Leviez dan Meliya.

Puan Alisa menangis terharu melihat anak bongsunya yang bahagia di atas pelamin bersama lelaki yang dicintai. Tuan Ezra memeluk bahu isterinya.

"Saya gembira, bang. Anak- anak kita dapat jodoh yang sayang mereka seadanya, " Puan Alisa menangis.

Tuan Ezra mencium dahi isterinya, "Aku pun gembira. InsyaAllah lepasni diorang akan bahagia dan sentiasa dilindungi oleh suami diorang, "

Kalaulah Tuan Ezra dapat tahu apa yang akan jadi dekat kedua anak perempuannya nanti...

Leviez dan Meliya hanya duduk di meja makan saja.

"Abang, we should do something. Takkan nak biarkan je hidup adik musnah? " Meliya menggoncang tangan Leviez.

"Darling, kita tengok dulu macam mana Daeho layan adik. Kalau teruk, kita sendiri akan bawa lari adik daripada Daeho dan paksa dia lepaskan adik, okay? " Leviez memujuk.

Meliya menunduk lalu mengangguk. Dia dah tahu yang Daeho menaruh harapan dekat dia. 2 tahun lepas, suaminya beritahu tentang itu. Dia sangat terkejut. Dan sekarang ni, mereka berdua takut yang Daeho akan balas dendam tentang apa yang diorang buat dekat Merida, adiknya.

Di atas pelamin pula, Merida dan Daeho tersenyum gembira. Tapi senyuman mereka mempunyai makna yang berbeza.

Merida tersenyum bahagia. Bahagia lelaki yang dia cintai dah jadi miliknya. Sebenarnya, dia dah lama suka dekat Daeho. Dia jumpa Daeho sewaktu graduasi Meliya di akademi. Sejak mereka berumur 17 tahun, dia pendam perasaan dia sendiri. Akhirnya lelaki yang dia cinta dah jadi suaminya yang sah.

Bagi Daeho pula, senyuman itu adalah kepuasan. Nampaknya dia dah berjaya step pertama. Dia takkan lepaskan sesiapa yang hancurkan hidup dia. Tangan Merida di sebelahnya dicium. Merida terus malu dan membuatkan Daeho tersenyum manis.

Daeho terus memandang Leviez dan Meliya yang jauh darinya. Dia tersenyum sinis. Mereka berdua memandangnya dengan tajam sekali. Nampaknya kakak dan abang iparnya dah benci dia. Jadi terpaksalah dia tunda sekejap misi dia untuk hancurkan keluarga ini.

Daeho sempat memandang Aurora, adik kepada Leviez. Aurora, budak yang dia dah sayang macam adik sendiri. Dah besar dah dia. Dulu masa dia berumur 13 tahun, Aurora baru je berumur 8 tahun. Cepat je masa berlalu. Budak yang dia anggap macam adik sendiri dah ada tunang, akan brrkahwin tak lama lagi.

Daeho tersenyum tawar melihat Aurora yang dah menjadi seorang wanita yang matang, 'You've grown up well, little girl,'

Daeho memandang Merida di sebelahnya. Nampaknya Merida ni anak emas keluarga Lions. Tengok jelah cara layanan mertua dia terhadap isterinya. Sangat berbeza dengan layanan terhadap Merida, kakak iparnya. Lebih- lebih lagi Tuan Ezra yang memanjakan isterinya manakala kakak iparnya dipaksa untuk berdikari dari dulu.

Jadi, dia kenalah layan isterinya dengan baik untuk beberapa tahun ini. Butakan mata semua pihak dan dalam diam. Lepas tu, terus menyerang tanpa belas kasihan. Musnahkan semuanya!

Daeho tersenyum, "My queen I'm happy to have you as my beautiful wife. As long as you stay with me, I don't need anything else, "

Merida tersenyum, "Me too, I love you so much, Daeho, "

Daeho tersenyum, "I love you more than everything in this world, " Daeho terus mencium dahi Merida.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro