Yukidaruma***
❄❄❄
Salju sudah menipis di jalanan, tapi tetap saja cuacanya masih dingin bagi Natsu. Musim ini masih sangat panjang, menyebalkannya lagi, saat ini dia salah bawa sweater. Sweater Matsu selalu kebesaran di tubuhnya yang mungil.
"Aku harus ke mana, ya?" sebenarnya Natsu ingin ke tempat Yori saja mengingat jika kembali ke dorm, Matsu akan kembali berpikir yang tidak-tidak.
Namun, mengetahui kemungkinan reaksi Yori yang sama, Ia kembali berjalan tidak tentu arah, hingga dirinya sampai di jembatan jalan.
Saat itu pula, Natsu kembali teringat hari di mana dia menguntiti Nishimura. Natsu melebarkan pandangan terhadap sungai yang mengalir dan mencoba memantapkan hati ketika keinginannya untuk menemui Nishimura mulai timbul.
Tanpa berpikir dua kali, Natsu berjalan menuju rumah Nishimura. Sampai ia berada di suatu perumahan dua tingkat dengan pintu geser sebagai gerbang masuk utama dan beton kokoh pada dasar lantai duanya.
Natsu langsung membuka pagar kayunya tanpa menekan bel terlebih dahulu. Ia berjalan melewati pekarangan depan yang tidak luas, tetapi dia tahu rumah ini memiliki pekarangan yang lebar di bagian belakang.
Natsu berhenti sesaat. Merasakan posisi di mana Nishimura menerima syal dari perempuan yang tak ia kenal sama sekali sebelum akhirnya kembali memantapkan hati.
"Bibi." ia mengetuk pintu rumah. Hal ini sudah menjadi kebiasaannya karena dia sudah familiar dengan keluarga yang tinggal di rumah ini.
"Bibi Simi," ia mengetuk lagi, "Bibi Shimizu, Ohayoo!"
Seorang perempuan cantik yang muncul setelah menggeser pintu rumah. "Ah! Si mungil Natsune."
"Bibi Shimizu, ohayoo gozaimasu." Natsu menundukkan badannya.
"Ya ampun Natsune-chan, kenapa selama liburan ini tidak datang ke rumah, padahal ada yang kangen lho," gurauan Bibi Shimizu selalu berhasil membuat merah pipi Natsu.
"Ayo masuk! Pasti mencari—"
"Iya, Bi. Natsu mencari Nishi-kun!"
"Dia di halaman belakang." Bibi menunjuk ke pintu belakang. "Biasa..."
"Memotret langit?" Natsu menanggapi langsung. Bibi Shimizu hanya tersenyum, berarti iya. "Padahal langit masih bersalju seperti ini, apa cantiknya memfoto langit?"
"Kau pergilah, Bibi mau lanjut masak."
Natsutersenyum lalu menundukkan kepala berterima kasih.
❄❄❄
"Apa yang kamu foto? Awan lagi, ya?" suara itu muncul secara tiba-tiba dari belakang Nishimura, firasat tidak enak mulai menyelinap dalam dirinya.
"Padahal langit lagi mendung."
Tidak salah lagi, saat ia menoleh ke asal suara, Natsu sudah berlari-lari kecil ke arahnya sambil menyunggingkan kuluman senyum. Sweater birunya yang kebesaran ikut bergoyang-goyang ditiup angin. Perpaduan yang sangat kontras mengingat warna salju yang netral.
"Siapa yang suruh kamu ke sini?" sahut Nishimura dingin sebelum kembali fokus ke lensa kameranya.
Natsu mengidikan bahu, pura-pura berpikir, "eum, aku sendiri!" jawabnya sambil melihat Nishimura yang masih sibuk pada lensa kameranya.
Nishimura mendesah, berusaha tidak menghiraukan Natsu.
"Nishi-kun, tidak mau main lempar bola salju?" Natsu mengepal-ngepalkan salju di balik kedua tangannya. Nishimura masih tidak peduli. Menurutnya kepingan salju yang jatuh dari langit lebih menarik untuk diperhatikan dibandingkan Natsu.
Merasa dirinya tidak diperhatikan, Natsu mengubah gumpalan salju tersebut menjadi lebih besar. Ia membuat bentuknya menjadi bola salju sebesar kepalan tangan. Dengan cekatan, ia menumpuknya menjadi empat tingkatan, bersamaan ranting kayu yang ditancapkan pada kedua sisi samping tingkatan membentuk tangan.
"Nishi-kun!" panggilnya tanpa menoleh ke manapun, tatapannya juga masih fokus pada bagian hidung boneka salju yang bingung mau ia apakan.
Tidak ada jawaban. Nishimura masih tidak memedulikannya.
"Nishi-kun, untuk apa memfoto langit yang mendung?" Natsu menyusun rangkaian mulut boneka salju. "Lebih baik kamu foto boneka salju ini." Natsu masih fokus pada bagian kepala bonekanya. Berbeda halnya dengan Natsu, Nishimura justru terus memfokuskan diri pada pekerjaannya.
"Sudah jadi," Natsu melanjutkan membuat boneka salju yang kedua. Sekarang gerakannya lebih cepat dibandingkan yang pertama.
Nishimura mengerutkan dahi, merasa aneh. Dia rasa Natsu tidak menyukai salju, tapi kenapa sekarang ini gadis itu bisa buat boneka salju secepat itu?
Matanya seakan tersihir, mengikuti gerakan Natsu yang berjalan membawa dua boneka salju itu ke meja kayu yang juga sudah penuh dengan tumpukkan salju.
"Tada! Lihatlah!" Natsu menatap ke arah Nishimura yang masih kebingungan.
Nishimura tidak merespon.
"Aku membuat boneka ini untuk Nishi-kun. Yang ini kamu." Natsu menunjuk boneka yang memiliki empat tumpukan. "Dan yang ini aku." Jarinya beralih pada boneka salju dengan tiga tingkatan.
Nishimura diam untuk waktu yang lama, mencoba mencerna apa yang terjadi barusan.
"Cih!" Laki-laki itu memalingkan wajah enggan, membuat Natsu menjadi heran. "Seperti anak kecil saja."
"Kenapa? Nishimura tidak suka, ya?" Terdapat raut kekecewaan di wajah Natsu. Akan tetapi, hal itu tidak mendapat hirauan dari Nishimura yang sudah kembali fokus dengan objek langitnya.
"Kalau begitu, aku buat boneka untuk Matsu juga deh." Natsu kembali jongkok di tempat sebelumnya, mulai mengambil tumpukan salju dan mengepal-ngepalkannya.
"Sudah, tidak usah buat boneka salju lagi," teriak Nishimura. Sempat beberapa detik Natsu mengangakan mulutnya.
"Kenapa?"
Nishimura tidak langsung menjawab, "bodoh! Terserah kau saja." Dia kembali membelakangi Natsu, membuat Natsu mengembuskan napas berat.
Natsu kembali mengepalkannya menjadi bentuk lain, bola salju, kemudian melemparkannya ke arah Nishimura yang membelakanginya.
Brugh, tepat di bahunya.
"Hentikan!" Nishimura menatapnya jengkel.
Natsu terkekeh pelan. "Kenapa sih? Kau tidak suka boneka salju, sekarang tidak suka main bola salju. Aneh, Nishi-kun tidak bisa bersenang-senang, ya?"
Nishimura melotot tajam, melangkah cepat ke arah Natsu dengan tatapan membunuh.
Natsu menelan ludah.
"Aku tahu caranya bersenang-senang!" Uap putih yang keluar mengenai pipi merah Natsu. Jarak mereka sangat dekat sekarang. "Aku cuma tak senang melihatmu memainkan salju seperti itu!"
"Ke-kenapa?" Natsu gugup, ragu-ragu untuk bertanya. Jarak mereka sangat dekat bahkan mereka dapat merasakan embusan napas masing-masing.
Nishimura memalingkan wajahnya sebentar sebelum kembali menatap Natsu.
"Kau itu tidak tahan dingin dan sekarang kau terkena flu," bisiknya pelan. Seketika Natsu mematung di tempat, dia tahu? Kenapa bisa? Dari mana dia tahu?
"Ini!" Nishimura menyelipkan selembar kertas ke tangan Natsu. "Ayo masuk! Di luar dingin." Nishimura berjalan ke dalam rumah, meninggalkan Natsu yang membeku di tempat.
Perlahan Natsu melihat kertas foto hasil jepretan Nishimura yang tadi diselipkannya di tangannya.
Foto dirinya yang sedang menghias wajah boneka salju.
Deg! Itu foto pertamanya.
Andai Nishimura tahu betapa berbunganya hati Natsu saat ini, seakan ia benar-benar melupakan kejadian hari itu.
❄❄❄
"Natsu-chan, ayo makan dulu," ajak Bibi Shimizu. Setelah Natsu kembali ke dalam rumah, Nishimura tak lagi terlihat. Pasti di dalam kamarnya. Natsu menyimpan foto itu ke dalam saku sweater-nya.
"Tidak perlu, Bi, Natsu pulang saja!"
"Kau ini, sudah baru datang hari ini, sekarang mau pergi begitu saja? Setidaknya makanlah dulu di sini, lagipula Nishimura masih kangen sama si mungil Natsu-chan." Bibi kembali meremas-remas pipi Natsu, membuat Natsu sempat mengaduh dengan wajah yang bersemu merah. Bukan karena cubitan Bibi Shimizu, melainkan perkataannya barusan membuat Natsu menjadi salah tingkah.
"Ibu jangan asal bicara." Nishimura baru saja keluar dari kamarnya setelah mendengar perkataan ibunya. "Siapa yang rindu dengan gadis payah." Perkataan tajam Nishimura membuat Natsu yang sudah terbang tinggi kembali jatuh ke tanah.
"Kau ini, tidak mau mengaku pula." Ibunya kembali menggoda Nishimura, membuat Nishimura menghela napas jengah.
Nishimura berjalan ke meja makan dan meraih sumpitnya.
"Hei payah, ayo kesini! Katanya mau ikut makan, dasar lamban!" Suara tajam itu membuat Natsu kembali bergidik.
"Apa yang barusan kau katakan? Perkataanmu menyakitinya." Bibi Simizu mencolek dagu Natsu, tersenyum konyol sebelum ikut menuju meja makan. Natsu hanya mengekorinya dari belakang.
"Sekarang Natsu kelas berapa?" tanya Bibi Simi yang mengambil sawi rebus dan meletakkannya ke mangkuk Natsu.
"Sudah mau lulus, sama seperti Nishi-kun." Natsu melirik Nishimura, tapi laki-laki itu hanya fokus pada acar dan kare.
"Oh iya, kalian satu angkatan ya?"
"Ibu sudah lama bertetangga tapi baru tahu sekarang." Sahut Nishimura menimpali. Bibi Simi hanya memanyunkan bibir. "Itu karena Natsu terlihat begitu mungil dibandingkan denganmu!"
Natsu terkekeh. Perbedaan di antara Natsu dan Nishimura sangat jauh berbeda, mulai dari tinggi badan Nishimura yang menjulang sama seperti Kamura, tubuh Nishimura yang tegap dan proporsional jika dibandingkan dengan Natsu yang sering dibilang 'si mungil' oleh Bibi Shimizu.
"Bibi perhatikan, sepertinya kalian berdua semakin dekat."
"Tidak!" sergah Nishimura cepat dan santai, ia mengatakah hal itu dengan sangat ringan sambil mengaduk nasi tanpa melihat lawan bicaranya.
Natsu hanya terdiam, menelaah hal benar yang dikatakan Nishimura.
"Ah, Nishimura tidak usah bohong," Bibi Shimizu memukul kecil lengannya, "bukannya seminggu yang lalu baru mendapatkan rajutan syal dari Natsu-chan?"
Seketika saja baik Natsu maupun Nishimura sama-sama tersedak. Natsu menepuk-nepuk dadanya sementara Nishimura mengambil air minum.
"Ibu hentikan!" Nishimura melototkan mata kepada ibunya, tetapi Ibunya tidak memedulikan.
"Kau tahu betapa senang ia mendapat syal biru muda itu darimu? Dia langsung mengenakannya." Natsu hanya diam mendengarkan, tangannya mulai bergetar, kembali ia mencoba menahan segalanya.
"Ibu tak usah melebih-lebihkan!" peringat Nishimura lebih keras lagi. Namun, ibunya masih terus bercerita. "Katanya ia sangat menyukai syal itu, bibi yakin ia suka karena itu buatan Natsu-chan." Natsu masih diam, berusaha memaksakan seulas senyuman. "Dia sangat memuji rajutan tanganmu, dan mengatakan kalau ia juga menyukai pembuatnya, seharusnya Natsu-chan datang lebih awal untuk menyaksikan reaksi itu!"
"Ibu!" Brak, Nishimura melemparkan sumpit di tangannya ke meja, ia menatap tidak enak ke arah Natsu yang mencoba tersenyum.
Ibunya terlonjak. "Ada apa kau ini?"
"Sebenarnya bukan aku yang memberi syal itu, Bi!" Natsu berkata pelan.
Bibi Shimizu membisu, menatap bergantian Nishimura yang memalingkan wajahnya dan Natsu yang menundukkan wajahnya.
"Bukan Natsu yang membuat syal itu?"
Natsu mengangguk pelan.
"Orang lain yang memberikannya." Natsu berusaha menatap wajah Bibi Simi. Tak pernah terpikir sebelumnya jika suasana akan secanggung ini.
"Ni-Nishimura ayo katakan kalau ini semua tidak benar!" Nishimura enggan bersua. "Tidak mungkin Natsu-chan tidak membuatkanmu syal."
Natsu menggeleng pelan, "sebenarnya sudah dibuat," Natsu melirik Nishimura, "tapi Nishi-kun tidak mau terima."
Bibi Simi membulatkan matanya.
Dalam hati, Natsu rasanya ingin menangis, tapi konyol rasanya jika tiba-tiba menangis di depan Nishimura padahal dia bukan siapa-siapa.
Jadi Nishi-kun memang menyukai gadis itu.
Sekarang harapannya kembali menguap ke udara. Ini yang kedelapan tahun, dan Yori benar, tidak ada perkembangan pada dirinya maupun perasaan Nishimura. Lama mengenal seseorang ternyata tidak menjamin dia akan menyukai kita.
Tiba-tiba Natsu kembali merasakan panas di matanya, "jangan, jangan didepan Bibi!" Seketika Natsu langsung bangkit dari tempat duduknya. "terima kasih atas makananya Bi." Natsu menundukkan kepalanya dalam, menyembunyikan mata merahnya.
"Tapi Natsu—"
"Nanti kapan-kapan Natsu berkunjung lagi!" Natsu berlalu begitu saja tanpa mendengarkan kata tunggu dari Bibi Simi.
Dapat ia rasakan sesak di dadanya yang membuat matanya tak lagi dapat menampung air mata.
❄❄❄
-WINTER-
Semoga kalian lanjut ke chapter berikutnya😊😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro