Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Seseorang Mengubah Pandanganku***

🌸🌸🌸

Para siswa kelas tiga berada di dalam aula, menunggu satu persatu nama mereka dipanggil. Para orang tua sudah ada di dalam, duduk di kursi masing-masing. Natsu sudah berjumpa dengan orang tua Matsu, bertemu Bibi Shimizu dan juga memberikan salam kepada Ibunya Kamura. Seperti sebelumnya, Kamura justru malu-malu melirik wajah Natsu, hal itu membuat Natsu jengkel.

Namun, yang membuatnya kecewa adalah ibunya yang tidak datang hari ini. Natsu mencari sosok mereka di antara kerumunan orang tua hari ini, namun hasilnya nihil.

"Oichi-chan, kau tidak apa-apa?" Kamura di sampingnya bertanya. Natsu hanya menggeleng pelan, di sampingnya juga Matsu yang merangkul bahunya menepuk-nepuk pundaknya pelan.

"Setidaknya kami di sini." Matsu tersenyum. Natsu membenamkan kepalanya ke pundak Matsu. Para siswa sudah memilih tempat masing-masing di aula. Seperti biasa, Natsu memilih duduk di samping Matsu, Yori juga duduk di samping kanan Matsu. Ia menatap kosong bangku para orang tua.

Jika boleh, Natsu ingin duduk di dekat Bibi Simi saja, karena ia sudah sangat dekat dengannya dan sudah menganggapnya ibunya sendiri. Namun, yang benar-benar Natsu inginkan adalah berada di samping ibunya sekarang, ia benar-benar rindu keluarganya terutama Oto-san.

Mengingat tahun lalu, saat ia pulang ke rumah dan mendapati ibunya yang tiba-tiba bersikap dingin kepadanya. Ibunya tahu alasan kepergiannya yang sengaja meninggalkan Ine, mungkin Nishimura dan Matsu memang alasan yang digunakannya untuk hal lain. Namun, alasan Natsu yang sebenarnya adalah Oto-san.

Dengan air mata yang tak dapat ditampung lagi Natsu meminta maaf, dia memeluk ibunya. Natsu sadar jika da egois, tapi dia masih tak dapat menerima kenyataan tentang Oto-san. Seharusnya Natsu sadar, jika Oka-san dan yang lainnya juga tak dapat menerima kenyataan itu.

Tapi Natsu memilih untuk menjauhkan diri dari Ine dan menambah beban Oka-san.

Oto-san menjadi korban tabrak lari saat Natsu baru saja lulus dari sekolah menengah pertamanya dulu. Saat itu keluarga Nishimura benar-benar pindah ke Kyoto dan itu membuat Natsu bersedih karena ia harus kehilangan Nishimura.

Sempat ia berpikiran jika dia harus mengejar Nishimura ke Kyoto dengan mengambil SMA yang sama dengannya. Tapi Natsu tahu jika itu bukan alasan yang logis. Namun, secara mengejutkan beberapa hari setelahnya, Oto-san dikabarkan meninggal begitu saja.

Natsu terpukul, meski Oka-san terlihat tegar namun Natsu tahu jika Oka-san lebih terpukul. Keadaan keluarganya mulai berubah, tidak sehangat dulu. Oji-san jadi pendiam, Oka-san juga sama, sedangkan Nene terus menanyai kemana Oto-san pergi.

Singkat cerita Oka-san kembali berkerja dan pulang cukup larut demi memenuhi kebutuhan Nene yang akan bersekolah dan Natsu yang akan melanjutkan SMA.

Hal yang benar-benar membuat Natsu ingin pindah ialah sifat Oka-san yang sekarang menjadi Oka-san yang baru. Menjadi orang yang tidak Natsu kenali.

Beberapa malam Natsu kadang mendapati Oka-san yang meringkuk di balik futon dan menangis. Itu membuat Natsu kembali menangisi kepergian Oto-san secara mendadak.

Saat pendaftaran SMA, Natsu bertekad untuk mengambil SMA yang ada di Kyoto. Bukan hanya Nishimura, tapi dorongan keluarga yang membuat Natsu benar-benar ingin pergi.

Natsu mengajak Matsu untuk mendaftar di tempat yang sama. Matsu awalnya kaget, tapi setelahnya dia ikut karena SMA yang akan mereka masuki memeiliki beberapa alumni di Universitas Tokyo. Itulah kesempatan bagi Natsu untuk melepaskan diri dari kekacauan keluarganya selama tiga tahun belakangan. Dan munngkin akan berlanjut hingga ia lulus Universitas.

Kini, Natsu hanya mempunyai Matsu. Itu juga yang menjadikan alsan Matsu berat meninggalkan Natsu pergike Tokyo. Entah apa jadinya Natsu tanpa Matsu.

"Oichi-chan ini untukmu!" Tiba-tiba Kamura yang duduk di sampingnya membawa rumpunan bunga sakura yang terikat dan memasangkannya di rambut Natsu. Natsu hanya dapat menyaksikan Kamura memasangkannya tanpa berkata apa-apa.

"Hanya untuk Natsu saja?" Matsu bertanya kecewa. Kamura mengangguk, "iya!"

Matsu memanyunkan bibir, lalu "Kamura-kun ... kamu hari ini tampan!" Ucapnya malu-malu. Natsu terkekeh geli, sebelumnya Matsu tidak pernah memuji seorang pria kecuali ayahnya.

Kamura memasang ekspresi datarnya, "terima kasih!" ucapnya dingin, membuat raut wajah Matsu tampak lebih kecewa.

Natsu menyikut perut Kamura kuat membuat pria itu mengaduh kesakitan, "menyebalkan!" Gumamnya. Kamura hanya tertawa mengacak rambutnya.

Saat acara dimulai, Natsu hanya melamun. Mengandai-andai kedua orang tuanya datang ke sini, menatapnya lulus meskipun tidak sepuluh ataupun dua puluh terbaik namun itu sudah penuh arti. Bahkan, Natsu rela jika ibunya mau setelah ini dirinya pulang dan tidak usak kuliah sekalipun, menetap menjadi perempuan berpendidikan sebatas SMA saja. itu tidak apa-apa asalkan hubungan mereka berdua kembali seperti semula.

Ucapan selamat datang pembawa acara, kata sambutan kepala sekolah, menyanyikan lagu Kimigayo, serta tari sambutan Khas kota Kyoto, semua itu Natsu lewatkan. Dirinya hanya terfokus kepada masalah yang sekarang bergulat di dalam pikirannya. Berandai-andai, berharap-harap.

Aku ingin Oka-san tersenyum saat melihatku naik di atas panggung nanti, aku ingin Oto-san tetap hidup dan menyaksikan kedua putrinya tumbuh.

"Oichi-chan, kau tidak apa-apa?" Kamura menatap Natsu khawatir.

"Kami perhatikan dari tadi kau hanya melamun." Yori muncul di balik Matsu.

Matsu menepuk-nepuk bahu Natsu, "aku mengerti Natsu, sudahlah tidak perlu kau pikirkan. Ibumu pasti bangga denganmu." Matsu tersenyum, "ayahmu juga."

Natsu menekan seluruh emosi yang berusaha menguasai dirinya sekarang. Ia menarik napas panjang, tidak terasa matanya sudah berkaca-kaca dan ia dapat mengatasinya untuk tidak menangis kali ini. Saat menyadari Kamura memerhatikannya lamat-lamat, Natsu mulai bersua.

"Ada apa?" Ia menatap lurus mata dalam Kamura, pria itu tersenyum menggeleng pelan.

"Mau kupeluk?"

Natsu membulatkan matanya, "ap-apa?" Kamura tertawa pelan, berbisik lirih ke telinga Natsu.

"Aku bercanda!" Dia tersenyum.

"Mengapa hanya denganku kau sering bertingkah konyol seperti ini?" Natsu bertanya kesal.

"Berarti kau istimewa." Kamura tersenyum jahil.

"Dasar!! Kau ...."

"Hei-hei, nama para siswa akan dipanggil satu persatu ke depan!" Matsu menghentikan mereka. Pandangan seluruh siswa sudah teralihkan kepada Pak Yamamoto yang mulai memanggilkan nama-nama siswa, siswa dipanggil sesuai dengan urutan lulusan terbaik di sekolah ini. Seketika Natsu merasa tidak pantas duduk di antara dua orang pintar ini.

"Sebaiknya kita bertukar tempat duduk, Matsu." Natsu menawarkan.

"Lho, kenapa?" Justru Kamura lah yang protes.

"Nama kalian akan dipanggil secara berurutan, dan untuk kami siswa yang biasa-biasa saja harap segera menyingkir." Akhirnya Natsu bertukar tempat dengan Matsu, terlihat Matsu yang tersenyum sumringah dan berbisik pelan di telinga Natsu 'perhatikan orang-orang di depanmu.'

Sekilas Natsu melihat ke arah Kamura yang mulai berekspresi datar dan melihat ke arah yang ditunjukkan Matsu. Kelang dua baris di depan Natsu, ada pria yang mengalungkan kamera di lehernya.

'Terima kasih Matsu!' Natsu balas berbisik. Tiba-tiba moodnya kembali baik.

"Dan saatnya, seperti tradisi sekolah ini pada tahun sebelumnya, kami akan memanggil siswa dari urutan dengan lulusan terbaik." Suara Pak Yamamoto justru membuat ketegangan semakin memuncak di dalam aula kelulusan.

Yori sudah mencengkram tangan kanan Natsu sekeras mungkin dan hal senada juga dilakukan Matsu pada tangan kirinya. Air muka mereka tak lain seperti orang yang mendapatkan dignosis penyakit berbahaya. Sementara Kamura, hanya melipat tangan di depan dada dengan ekspresi datarnya.

"Dan seperti sebelumnya juga, sang lulusan terbaik akan memberikan pidato singkat di depan para orangtua mereka." Senyum manis yang dipasang Pak Yamamoto tak dihiraukan para siswa kelas tiga, mereka sibuk berdoa untuk diri mereka masing-masing. Seperti mereka bertiga sekarang, saling berpegangan tangan sambil menutup mata mendoakan satu sama lain.

"Siswa dengan lulusan terbaik, yang memiliki nilai rata-rata akhir 9,63 sekian-sekian adalah ...." Natsu tak henti-hentinya mengucap 'Matsu-Kamura, Matsu-Kamura, Matsu-kamura,' mendoakan mereka. Dan sebelum Pak Yamamoto menyebutkannya, Natsu tak sengaja mengucapkan nama 'Nishimura', ia membuka matanya, suara pak Yamamoto mulai terdengar keras.

"Kamura Nisigaki!!!!"

Seluruh siswa spontan menghadap ke arah barisan mereka dan bertepuk tangan kencang, Natsu berteriak saat nama temannya yang jenius itu disebutkan, namun suaranya tertutupi oleh teriakan adik kelas yang meneriakkan nama 'Kamura Nisigaki'.

Terlihat Kobayashi yang datang ke barisan mereka lalu menyambut Kamura, Matsu yang tak kalah terharunya ikut memeluk pria itu, dan Natsu melihat Nishimura yang sedang memotert barisan mereka, tepatnya ke arah Kamura, Kobayshi, dan Matsu. Apakah dirinya masuk di lensa itu?

Dari dulu ia ingin gambarnya menjadi bagian dari kamera itu.

Tes.

Ada apa ini? Di antara ramainya riuh para siswa berteriak, Natsu ... menangis? Telinganya seketika menuli tak dapat mendengarkan apapun, bising riuh teriakan, gemuruh tepuk tangan, gerakan yang penuh ke arah mereka. semuanya seketika terasa melambat seperti gerakan yang dibuat P-E-R-L-A-H-A-N. Pandangan Natsu berputar-putar seperti gasingan.

Hingga akhirnya saat Kamura mulai bangkit dari tempat duduknya, semua kembali normal. Laki-laki itu hanya memasang ekspresi datar saat namanya disebut, saat semua berteriak sorak-sorai, saat Kobaysahi dan Matsu memeluknya. Tetapi pria itu tersenyum sekilas ke arah Natsu sebelum akhirnya maju ke depan.

Hal itu yang membuat Natsu kembali normal. Mengapa air matanya menetes?

Entah mengapa ia merasa akan ada hal yang berubah hari ini. Natsu kembali terduduk, kesadarannya belum sepenuhnya pulih, ia masih bingung dengan keadaan barusan. Kepalanya masih pusing.

Seketika Natsu meijat pelipisnya berusaha kembali fokus pada temannya yang sudah berada di Mimbar atas panggung. Hingga akhirnya rasa pusing itu hilang, seolah terbawa angin musim semi.

Hari yang aneh.

"Kamura Nisigaki," Pak Yamamoto menyalaminya, "selamat!" ia memberikan piala tahunan serta sertifikatnya, Natsu kesal dengan ekspresi Kamura yang itu-itu saja, padahal adik kelas banyak yang memintanya untuk tersenyum.

Entah karena masih belum fokus atau tak sadarkan diri hingga beberapa detik kemudian Natsu tersadar, dialah satu-satunya siswa 3-A yang duduk sementara yang lain masih berdiri memerhatikan lulusan terbaik yang merupakan teman satu kelasnya. Akhirnya Natsu berdiri kembali.

"Silakan Kamura, sampaikan ucapanmu di depan sini!" Pak Yamamoto mempersilakan. Kamura berjalan ke mimbar, memperbaiki posisi mike dan mulai memberikan kata-katanya.

"Tidak banyak yang ingin kukatakan," baru kalimat awal yang Kamura katakan, adik-adik kelas sudah berteriak kegirangan, "aku hanya ingin berterima kasih untuk kedua orang tuaku, Oka-san yang selalu membimbingku dan Oto-san sosok yang menjadi panutanku sejak kecil." Kamura masih memasang ekspresi datarnya, terlihat ibunya yang berlinangan air mata dan ayahnya yang ada di sampingnya menggenggam erat tangannya. Natsu hanya merasa pilu saat kembali mengetahui kedua orang tua teman-temannya lengkap hadir, sementara dirinya tidak satupun.

"Tiga tahun aku menempuh pendidikan di SMA ini, dan sama sekali tidak pernah merasakan mempunyai seorang teman. Kecuali satu orang itu..." tiba-tiba Kamura menoleh ke arah Natsu membuat detak jantungnya menjadi berkejaran, kalimat yang secara tiba-tiba begitu mencanggungkan. Beberapa siswa juga menoleh kearahnya mengikuti sorot mata Kamura.

"Kami berteman tidak lebih hanya empat bulan. Sebelum mengenalnya, hidupku terasa itu-itu saja, monoton. Aku tidak pandai bersosialisasi ataupun berbicara banyak, dan yang aku bisa hanyalah menulis, merangkai kata-kata." Nishimura masih tak melepas pandangannya dari Natsu,

Natsu berusaha tetap bersikap senormal mungkin meskipun berkali-kali menahan napas dan menelan ludah. Ia hanya memberikan isyarat kepada kamura untuk tersenyum, "dan setelah mengenalnya, kehidupanku menjadi jauh berbeda...untuk pertama kalinya ada orang yang membuatku tertawa keras." Natsu tak mampu menahan rasa harunya, tangannya mulai membekap mulutnya, menyembunyikan senyuman kecil.

"Dan semua ini, aku persembahkan hanya untuk..." bibir Kamura mulai membentuk sebuah senyuman. "Natsunawa Oichi. Terima kasih!" Semua orang bertepuk tangan riuh, terutama siswa kelas 3-A, hanya saja adik-adik kelas terdengar seperti mengerang kecewa.

Tsuda, Itsumo, Yamaguchi bersorak riang ke arah Natsu yang hanya terdiam menutup mulutnya dengan kedua tangan. Wajahnya tak dapat menyembunyikan rona merah. Yori bahkan mendorong-dorong tubuh Natsu kedepan-belakang, "sudah kukatakan dia hanya memilihmu!" Yori berteriak kencang. Natsu hanya menibasnya tak peduli, lalu menangkap wajah pucat Matsu.

"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya seketika, Matsu hanya menggeleng lalu duduk di kursinya.

"Nomong-ngomong Kamura-san," Pak Yamamoto kembali melanjutkan. "setahu kami kau akan melanjutkan pendidikanmu di Universitas Tokyo bukan?"

"Memang begitu." Kamura menjawab, "tapi setelah berpikir untuk kedua-ketiga dan seterusnya ... seseorang yang mengubah pandanganku." Kamura tetap tersenyum, kembali melirik ke arah Natsu, "aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di Universitas Kyoto."

🌸🌸🌸

-SPRING-

KONICHIWAA!!!

Wah, setelah bertekat untuk konsisten, ternyata Author harus mengakui jika Author masih inkonsisten.😭😭

Maaf banget, manteman. Karena kembali menghilang akibat kehilangan motivasi yang sebenarnya itu bukan tanggung jawab para readers🙃

Dari foto ini :

Waktu dalam keadaan hiatus sampai gak tahu ujungnya, Author tiba-tiba melihat kalo YUKI ada di peringkat pertama. Ini mungkin yang bikin author kembali update wkwkwkwk. Rasanya ini seperti peringatan dari Wattpad untuk balik update🤭🤭

Author akan berusaha sebaik mungkin setelah ini.

Mohon dukungannya semuaaaa🎋🎋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro