Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Pernyataan Perasaan***

❄❄❄

Satu Minggu Sebelumnya

"Bagaimana menurutmu? Disimpul secara diagonal seperti ini terlihat bagus." Natsu mempraktekannya dengan jemari, "tapi, Yori bilang kalau diberi bentukan kepingan salju itu lebih menarik sebelum diikat dengan rambai-rambai."

Kedua gadis itu berjalan di sepanjang lorong sekolah menuju loker yang berada di awal koridor. Sejak menginjakkan kaki dari peron hingga perjalanan menuju sekolah, Natsu tidak henti-hentinya berceloteh tentang rajutan syal yang sedang ia buat. Rencananya akan diberikan kepada Nishimura Kaito, orang yang dia sukai selama ini.

Natsu telah mempersiapkan ini sejak musim semi tahun ini, hingga saat salju tipis mulai menghiasi pinggiran jalanan Kyoto, dia baru membicarakan fase akhirnya bersama Matsu.

Matsu adalah temannya, lebih tepatnya sahabatnya sejak dia Sekolah Dasar di Ine—desa tempat mereka tinggal, terletak di pinggir sebelah utara Kyoto—hingga sampai saat ini. Mereka menyewa dorm yang tidak jauh tapi juga tidak dekat dengan sekolahnya karena biaya di sana jauh lebih murah.

"Katanya warna biru cocok untuk gambaran musim salju, tapi membentuk kepingan salju itu rumit. Jadinya aku menyarankan kepada Yori...." Natsu berhenti berbicara saat menyadari Matsu yang ternyata sedari tadi membaca buku Sejarah Jepang sambil berjalan, "Matsu!" teriak Natsu seketika.

Matsu tersentak dan hampir menjatuhkan bukunya. "Ada apa?"

"Jadi dari tadi kamu gak dengerin aku bicara apa?" tanya Natsu jengkel.

Matsu mendesah. "Dengar," jawabnya santai, lantas melanjutkan jalannya.

"Habis kamunya baca buku terus. Memangnya kamu ingat aku tadi bicara apa?" Natsu mengejar temannya yang sudah berada di tempat loker. "Matsu-chan!" Merasa tidak ditanggapi, Natsu mengguncang bahu temannya itu.

"Natsu stop!" Matsu berdecak, "Yori menyarankan kamu buat syal warna biru muda karena melambangkan musim dingin, dia ingin membuat ukiran kepingan salju pada syal itu tapi kamu tidak menerima usulannya karena itu terlalu rumit, lalu kamu bicara tentang Nishimura dari sepanjang peron dan terus mengharapkan jika dia menerima syal kamu tahun ini." Matsu mengucapkannya secepat kereta yang mereka naiki hari ini, "puas?"

Natsu mengerjapkan mata untuk beberapa kali. "Sugoi[1]! Kamu mendengar semuanya?" Tatapnya tidak percaya. "Jadi kamu sebenarnya baca buku itu sambil mendengarkanku bicara?"

"Kau ini ngomong apa?" Matsu menggelengkan kepala lalu mengganti sepatunya menjadi sepatu sekolah.

"Kali ini menurutmu gimana?" Natsu tersenyum, "aku pasti diterima, kan?"

"Memangnya syalmu kali ini bagus?"

"Pastinya!"

Matsu tertawa, lebih tepatnya mendengus. "Sudah tujuh kali ditolak, kan? Ini pasti yang kedelapan kalinya."

"Matsu!" pekik Natsu dengan wajah memerah. "Seharusnya kamu mendukungku! Kali ini jangan sampai gagal lagi!" Gadis itu mengepalkan tangan di depan dada seolah bersiap untuk melakukan pertempuran dan memenangkannya.

Sekali lagi Matsu mendengus. "Kalau begitu, Ganbatte Natsu-chan!" Matsu menunjukkan kepalan tangannya, tapi disertai dengan suara yang begitu lesu.

Natsu menggembungkan pipi mendengar ucapan semangat dari Matsu yang membuatnya tidak bersemangat sama sekali. "Terserah kau saja." Natsu kemudian membuka loker untuk mengganti sepatunya.

Napasnya berhenti sesaat dan bola matanya berputar. "Haish, surat ini lagi!" Natsu kembali menemukan surat yang sudah dia ketahui siapa yang mengirimnya. "Menyebalkan! Inilah yang menyebabkanku ditolak tahun kemarin."

Dengan sigap, Natsu meremuk kertas itu tanpa membacanya.

"Surat dari dia lagi?" tanya Matsu sedikit mendongakkan kepala. Natsu mengangguk, tanpa aba-aba, gadis itu melempar surat itu di tempat sampah.

Ekor mata Matsu menyaksikan bagaimana perjalanan kertas itu masuk ke keranjang sampah, sebelum kemudian menghela napas panjang. "Kamu tidak mau baca suratnya?" Pertanyaan retoris yang seharusnya tidak perlu ia tanyakan.

"Gak akan!" Natsu duduk di samping Matsu, lalu mengenakan sepatunya. "Kenapa dia terus-terusan masukin surat itu ke lokerku, sih? Tidak ada kerjaan."

Matsu menatap temannya lama, begitu lama sampai-sampai Natsu merasa risih.

"Kenapa kamu ngelihatin aku kayak gitu?"

Matsu menggeleng, kemudian berdiri. "Semoga beruntung untuk syal tahun ini!" Dia meninggalkan Natsu menuju vending machine.

❄❄❄

"Syal ini bagus!" Natsu cekikikan seraya mencium syal yang baru saja diselesaikannya. "Akan segera ku berikan kepada Nishi-kun saat liburan musim dingin minggu depan." Dia terus-terusan mencium syal itu karena merasa begitu bangga dengan hasil yang dia selesaikan selama tiga musim ini.

Natsu mulai membayangkan akan aroma seorang Nishimura Kaito yang akan menempel pada syal ini jika laki-laki itu menerimanya. "Harus diterima, harus diterima!"

Yori yang sedari tadi menahan tawa melihat tingkah temannya, kini membiarkan dirinya melepaskan tawa itu. "Kali ini jangan sampai gagal, ya!"

Natsu mengangguk yakin. "Pasti!"

"Palingan masuk ke dalam kotak kardus lagi," cibir Matsu seraya menyeruput Ocha[2] hangat.

"Matsu-chan, kau sangat suka menjatuhkan orang."

"Iya, Matsu memang penyihir." Natsu membenarkan ucapan Yori sebelumnya, lalu menatap sinis pada Matsu yang terlihat biasa saja. "Lihatlah ekspresinya yang tidak merasa bersalah sama sekali. Dasar Sosiopat."

Matsu mengabaikan ucapan Natsu karena pandangannya saat ini mengarah pada meja paling pojok di kelas. Matanya membulat untuk beberapa saat.

"Ngomong-ngomong, kau tidak membuat syal untuk seseorang? Kau pandai membuat syal, tapi aku tidak pernah melihatmu membuatnya untuk orang lain?" tanya Natsu pada Yori.

Seketika terdengar suara seseorang berdeham keras.

Mereka berdua memalingkan pandangan pada sumber suara. "Tsuda? Kenapa dia?" bisik Natsu pada Yori. Yori mengatakan tidak tahu dan mulai menjawab pertanyaan Natsu barusan. Akan tetapi, Natsu tidak terlalu mendengarkan karena fokusnya masih terarah pada Tsuda yang tersenyum geli melihat Kobayashi.

"Tapi... kali ini dia tidak gangguin kamu, kan?"

"Hah?" Telinga Natsu baru terfokus pada saat Yori menanyakan hal demikian. "Kau bilang apa?"

"Kamura, dia tidak lagi mengirim surat-surat aneh padamu, kan? Takutnya, Nishimura pakai alasan itu lagi untuk nolak kamu."

Natsu mendesah saat menangkap inti pertanyaan Yori. "Entahlah, semoga saja Nishimura menerimaku kali ini. Surat dari Kamura masih terus bermunculan di loker setiap pagi."

"Itu harus dihentikan!" sergap Matsu tiba-tiba. Sesaat, mereka menatap Matsu secara bersamaan. "Surat itu benar-benar menganggumu, Natsu. Jika kau biarkan itu terus berlangsung, maka tidak menutup kemungkinan jika Nishi-kun menggunakannya lagi sebagai alasan."

Natsu berpikir, pernyataan Matsu barusan ada benarnya juga. "Baiklah kalau begitu, jika kutemukan surat itu lagi pagi besok, maka aku akan menegur Kamura-kun."

❄❄❄

Natsu mengembuskan napas, jengah. Dia langsung merobek kertas berwarna kuning yang ia temukan di loker pagi ini. "Jika kudengar Nishimura menggunakan surat ini sebagai alasan menolakku lagi. Maka aku tidak akan mengampunimu!"

Dengan cepat, Natsu mengganti sepatunya, lalu berjalan menuju kelas tergesa-gesa. Dia langsung melemparkan tasnya begitu saja ke meja, kemudian menghampiri tempat duduk Kamura.

Kamura mengangkat wajah dari buku bacaan ketika menyadari seseorang tengah menghampirinya. Ujung telinganya memerah saat menyadari seorang Natsunawa Oichi sedang bersedekap menatapnya tajam.

"Oic—"

BRUGGH!

Natsu menghentak meja Kamura begitu saja. Bukan hanya Kamura, beberapa siswa yang ada di sana bahkan kaget mendengarnya.

"Kita ketemu di atap gedung sekolah!" perintah Natsu, kemudian pergi begitu saja.

Mendapati Kamura yang ternyata tidak mengikutinya, Natsu berbalik badan. "Sekarang!" teriaknya, yang refleks membuat laki-laki itu berdiri.

Natsu mendesah kesal dengan kaki mengetuk-ngetuk ketika menunggu kemunculan Kamura yang cukup lama. Dia semakin jengkel saat melihat kemunculan Kamura yang begitu lambat padahal laki-laki itu mahir berolahraga.

Dengan gontai dan sorot mata sayu, Kamura berjalan menuju Natsu yang sudah mengangkat dagu.

Natsu mengangkat dagu bukan karena harus menatap tubuh Kamura yang begitu menjulang, tapi dia ingin menyiratkan pada laki-laki itu bahwa saat ini dirinya sedang marah.

"Kamu kenapa terus-terusan kirim surat di lokerku?" Natsu tanpa berbasa-basi. "Waktu itu kan aku udah minta berhenti."

Kamura terlihat gelagapan. "Anu—"

"Kalau Kamura-san ternyata menyukaiku, aku minta maaf, aku tidak suka Kamura-san," ucapan Natsu barusan membuat Kamura membulatkan mata.

"Ta—"

"Aku suka Nishimura Kaito. Siswa kelas sebelah. Jadi maaf dan mohon...," Natsu mengatupkan tangan, "berhenti mengirim surat itu karena itu benar-benar menggangguku. Kau tahu? Gara-gara surat itu, aku kemarin ditolak olehnya. Sekarang aku tidak mau ditolak lagi." Natsu pergi begitu saja.

"Sekali lagi, jangan pernah kirim surat-surat aneh itu lagi," peringatnya sebelum masuk ke pintu gedung sekolah.

Setelah beberapa langkah menuruni anak tangga, Natsu memegang dadanya dan bernapas lega. Dia kemudian berlari menuju kelas dan langsung menyinggahi tempat duduknya.

"Sudah selesai?" Matsu tersenyum.

Natsu mengangguk dan mengembuskan napas panjang. "Aku harap, minggu depan aku akan menjadi pacarnya Nishimura."


-----

[1] Hebat

[2] Teh hijau

❄❄❄

-WINTER-

HAYOO ada yang heran kenapa hari ini update? Itu karena kemaren author baru update bagian prolog aja. Hehehe.

Gimana awal ceritanya? Kelanjutannya minghu depan ya. Kalau gak Selasa pasti Rabu.

Oh iya, Author lagi berduka cita karena member senior di grup kepenulisan author sudah berpulang di rahmatullah🙏

Doakan semoga amal ibadanya dapat diterima dan ditempatkan di sisi terbaik. Aamiin.

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro