Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hanabi***

🔆🔆🔆

"Meskipun sudah lama mengetahui siapa itu Karin, aku tak pernah bertemu dengannya dari dekat."

Yamaguchi mendelik, "kau serius?" Natsu balas dengan anggukkan.

"Aku akan menyatakan perasaanku kepadanya!" Cepat Natsu mengatakannya. Yamaguchi terhenti, "m-maksudmu?"

"Hari ini aku akan menyatakan perasaanku kepadanya! Aku akan mencoba untuk yang kesekian kali."

"Natsu-chan, kau bahkan tak tahu seperti apa Karin dan Nishimura."

"Aku yakin Yamaguchi-san. Mungkin sebelumnya kita tidaklah berteman dekat, tapi aku meyakini dirimu! Kau yang pertama kali mengenalkanku kepada Karin, arigatoo!" Natsu tersenyum.

Sejenak Yamaguchi merasa sedikit lebih baikkan meski masih khawatir. Dibandingkan dengan Natsu, Yamaguchi jauh lebih dekat dengan Yori.

"Masalahmu dengan Matsu, aku sudah mendengarnya. Bertabahlah. Sebenarnya aku iri, persahabatan kalian itu keren."

Untuk pertama kalinya Natsu merasa tenang saat ada seseorang mengungkit kembali permasalahannya tentang Matsu. "Terima kasih." Natsu berbisik lirih.

"Acaranya sudah akan dimulai Natsu. Kurasa sebaiknya kita berpisah, kau carilah Nishimura-San. Aku tidak mau mengganggu." Yamaguchi melambaikan tangan menghilangkan diri di balik kerumunan. Sekarang Natsu sendiri, meskipun kenal beberapa wajah tapi Natsu sedang malas bersosialisasi. Pestanya cukup aneh, yang perempuan berpakaian Yukata tapi yang laki-laki memakai jas. Dan Natsu rasa sang penggelar acara nanti justru memakai gaun yang indah.

Belum selesai Natsu berkhayal, ia sudah mendapatkan Karin yang benar-benar memakai gaun yang amat-sangat ... entahlah. semua orang bertepuk tangan saat kemunculannya. Mengucapkan selamat ulang tahun sambil memberi kado, dan Karin memberikan senyuman termanis yang pernah ada.

Sekarang entah mengapa Natsu merasakan keterpojokkan di sini. Biasanya tepat hari ini ia selalu mendengar ucapan selamat ulang tahun dari orang lain hanya untuknya, tapi untuk kali ini dirinya seolah terlupakan. Dirinya terasa asing, tak dikenal.

Dada Natsu sesak, sesak karena kenyataan dia merindukan Matsu. Dan kembali saat mengingat Matsu telah pergi meninggalkannya ke Tokyo, rasa sesak itu semakin menjadi.

Perlahan Natsu mencoba menghilang, ia akan berlari dari tempat ini. Namun, ingatannya akan ucapan Nishimura tiga hari yang lalu, 'tapi Natsu-chan datang kan?' membuatnya terpaksa menetap dan menyembunyikan diri di pojok ruangan. Semua ini hanya demi dirimu, dirimu yang belum terlihat sampai sekarang.

"Selamat ulang tahun!!" Seseorang berbisik di sampingnya. Seketika Natsu merasa senang karena ada satu orang yang mengingat hari jadinya di antara kerumunan semua orang.

Natsu menoleh senang, "terima ...." semua rasa senangnya lenyap saat mengetahui siapa orang yang mengucapkannya barusan.

"Lama tidak melihatmu. Lebih tepatnya kamu yang lama tidak melihatku." Orang itu tersenyum, entah itu apa tapi itu senyum termanis yang pernah Natsu lihat dari bibirnya.

"Aku tidak butuh ucapan darimu." Perkataan dingin Natsu membuatnya terdiam.

"Sebenarnya aku tak ingin datang ke sini, tapi setelah mengetahui Oichi-chan ada di sini.."

"DIAM!!" Kepala Natsu terasa berat dan berlinang, ia berlari menuju ke kamar mandi berusaha menenangkan diri.

"Matsu kau dimana?" Natsu berlari tak jelas ke arah toilet rumah Karin, ia menyeka satu tetesan air mata yang tiba-tiba jatuh begitu saja.

Natsu merasa begitu amat tak berdaya.

Dan orang yang dibutuhkannya saat ini...justru menghilang entah kemana.

Selama di Toilet, Natsu hanya menghabiskan waktu meratapi perempuan yang terlihat lemah tak berdaya di cermin. Perempuan itu tidak menangis, matanya tidak sembab sama sekali. Hanya air mata yang jatuh setetes tadi dan ia sudah menghapus dari pipinya.

Natsu mencengkram erat wastafel toilet rumah Karin, tangannya gemetar. Alasannya bertahan di tempat ini hanyalah Nishimura. Dan pria itu tidak terlihat selama satu jam Natsu berada di sini.

"Otanjobi Omedeto ...," tiba-tiba Natsu bernyanyi pelan, "Otanjobi Omedeto ...," lalu ia tidak dapat melanjutkannya lagi, hanya sebatas situ dan napasnya mulai tersendat-sendat. Tenggorokannya terasa tercekik dan matanya mulai memerah.

Setengah jam setelahnya, Natsu keluar dari toilet, dan Nishimura masih tidak terlihat. Natsu hanya dapat melihat Karin yang berada di ruangan yang dikelilingi oleh para siswa lainnya.

Tak lama kemudian, Natsu melihat kue yang sangat besar di atas trali akhirnya datang. Seperti suatu hal yang dapat ditebak, semua orang menyanyikan lagu selamat ulang tahun sambil bertepuk tangan.

Natsu berpura-pura merasa lagu yang dinyanyikan itu untuknya, setidaknya itu membuat hatinya sedikit lebih tenang. Meskipun depmikian, ada satu hal yang sangat mengganggu pandangan Natsu, hal yang langsung membuat Natsu berpindah posisi dengan mata tak berkedip. Natsu maju lebih dekat untuk melihatnya lebih jelas.

Nishimura Kaito ... yang membawakan kue ulang tahun itu, dengan kamera yang menggantung di lehernya.

Telinga Natsu seketika menuli saat mendengar seluruh ruangan bergema dengan sorak-sorai meneriaki mereka berdua. Mata Natsu merabun saat Nishimura memotret Karin yang membacakan harapannya di dalam hati. Siluet Karin yang tergambar di atas sinar lilin itu, meniup lilin setelah kalimat harapannya selesai.

Semua bertepuk tangan.

🔆🔆🔆

"Kau tahu Matsu, apa yang kuharapkan saat meniup lilin tadi?" Natsu menoleh ke arah sahabatnya yang juga menatapnya.

"Apa?" Matsu bertanya sambil menarik selimut lebih dalam.

"Aku berharap saat ulang tahunku tahun depan tepatnya saat kita sudah lulus nanti, aku bisa mengajak Nishimura kencan sambil duduk menikmati kembang api yang indah di bawah pepohonan." Natsu tersenyum menerawang atap dormnya. Mata Natsu yang bersinar dapat terlihat oleh Matsu.

"Kalau begitu berusahalah! Aku yakin kau pasti bisa, meskipun kencannya akan kacau balau!" Matsu terkekeh, membuat wajah Natsu memerah.

Natsu memukul kecil lengan temannya.

"Bagaimana denganmu sendiri Matsu-chan? Apa yang kau harapkan saat Oktober nanti?" Terlihat Matsu mengulum senyumnya. "Aku akan membuat harapan agar pernyataan perasaanku diterima oleh seseorang."

"Apa? Kau menyukai seseorang rupanya? Siapa?" Natsu membulatkan mata.

"Nanti kau tahu sendiri saat aku sudah menyatakan perasaanku."

"Memangnya kapan kau akan menyatakannya?"Natsu semakin penasaran.

"Saat kelulusan nanti."

"Lama sekali!" Natsu mendengus, namun Matsu tersenyum simpul, "aku akan menantikannya."

🔆🔆🔆

Gemuruh tepuk tangan memecahkan suasana sekaligus membuyarkan lamunan Natsu. Begitu banyak kenangan indah saat hari ulang tahunnya bersama Matsu.

Natsu menarik napas, kembali geram melihat Nishimura yang terus berada di dekat Karin. Rasanya Natsu ingin menarik Nishimura menjauh dari sana dan langsung menyatakan perasaannya, tetapi tidak bisa karena semua orang sudah telalu larut dalam kemesraan mereka berdua.

Natsu pura-pura tak peduli, toh mereka berdua juga tidak ada hubungan sama sekali. Natsu meyakini hal itu.
Hingga detak jantung Natsu terasa berhenti saat Karin menyuapkan potongan pertama kepada Nishimura, semua orang berteriak kegirangan.

Natsu hanya dapat terdiam menyaksikan semuannya berlanjut, Hal-hal yang menyakitkan berikutnya. Namun bodohnya, Natsu masih tetap menyaksikannya.

Saat Nishimura tersenyum kepada semua orang, mengeluarkan kotak kecil dari sakunya. Kotak kecil berwarna merah yang berisikan liontin kepingan salju, Natsu tahu itu. Kalung yang seharusnya menjadi miliknya, bukan seharusnya tapi seandainya.

Lalu adegan menyakitkan selanjutnya, saat Nishimura mengeluarkan liontin itu dari kotaknya dan memasngkannya di leher Karin sama seperti ia memasangkannya di leher Natsu saat itu, bedannya kali ini ia tak melepaskannya lagi.

Natsu merasakan sakit yang begitu menusuk dalam hingga ia kesulitan bernapas, matanya mulai berembun tak tahan menyaksikan semuanya terjadi.

Hingga adegan final, saat semua orang berseru, berteriak 'ucapkan tiga kata ajaib Nishimura-san!' teriakakan yang begitu menggema di ruangan yang penuh dengan orang-orang. Jangan lakukan ini, jangan lakukan ini ... Natsu menggigit bibirnya sekuat mungkin, memohon datangnya sedikit keajaiban.

Perlahan Nishimura menggenggam tangan Karin, menciumnya lembut. Wajah Karin terlihat begitu merah, lebih merah dari wajah Natsu yang sealu terlihat merah. Natsu menggenggam Yukatanya kencang, menahan tangnnya yang gemetar. Jangan lakukan ini ... kumohon ....

Seluruh ruangan hening seketika, Nishimura menatap wajah Karin sambil tersenyum malu-malu. Dan menyebutkan kalimat yang begitu menyayat setiap lapisan hati Natsu.

"I Love You!" Ucapnya pelan, yang sepersekian detik kemudian disambut dengan teriakkan yang begitu ramai dari semua orang-orang dalam ruangan.

Natsu tidak bergeming, ia hanya terdiam mematung. Memperhatikan setiap jengkal kejadian setelahnya-dan setelahnya. Hingga ia merasakan tubuhnya terhimpit, terdorong kebelakang, hingga Natsu kembali berada di bagian belakang semua orang dan semua pemandangan menyakitkan itu tertutupi sudah oleh orang-orang yang ikut merasakan kebahagiaan atas semua yang terjadi.

Sementara orang yang terluka, silakan menunggu di belakang atau jika perlu pergi dari sini.

Tanpa menahan kakinya yang sudah membeku, Natsu berlari tak tentu arah mencari pintu keluar, mencari jalan melarikan diri dari semua yang terjadi, dari semua kenyataan.

Tangannya yang gemetar masih mencengkram Yukata birunya sambil berlari sekencang mungkin, meski pada akhirnya larinya mulai melambat, semakin lambat, sebelum akhirnya menjadi berjalan biasa dan akhirnya berhenti. Natsu menepuk-nepuk dadanya yang begitu sakit, mendekap mulutnya yang ingin berteriak namun tak dapat berteriak.

Pelan, Natsu berusaha melanjutkan jalannya sambil memegangi pembatas jalan untuk menopang tubuhnya, menahan kakinya yang gemetaran.

Kembang api sudah meletup disana-sini menghiasi langit malam kota Kyoto. Natsu hanya menerawang kosong, berusaha untuk terus berjalan tanpa menghiraukan dentuman ataupun keindahan kembang api sama sekali.

Tahun lalu Natsu menemaninya memotret langit yang dihiasi oleh ledakkan kembang api. Namun tahun ini, dia menemaninya menyatakan perasaan untuk orang lain.

Mengucapkan harapan saat meniup lilin hanya kebohongan belaka, sekarang Natsu tak akan pernah mempercayai hal itu lagi. Semua hal yang telah ia perjuangkan, satupun tidak ada yang berhasil.

Semua sudah selesai. Saat inilah baru Nishimura memintanya untuk berhenti.

Natsu kali ini akan berhenti, benar-benar berhenti.

Dengan gentar, dia berjalan lunglai hingga ia merasakan genggaman tangan yang menahan lengannya. "Kenapa berlari? Bukankah itu sama sekali tak menyelesaikan masalahmu?" Suara beratnya membuat Natsu menghembuskan napas kuat.

"Pergilah! Kau membuatku semakin kesal!" Natsu menyentakkan tangannya, berbalik badan lalu melanjutkan berjalan. Sayup-sayup terdengar suara letupan kembang api, sayup-sayup juga terdengar suara langkah pria itu berjalan mengikutnya.

Natsu kembali berhenti, memejamkan mata namun tidak menoleh. Ia menarik napas panjang berusaha menenagkan diri. Suara langkah pria itu juga terdengar berhenti.

"Kenapa berhenti?" Suaranya dari belakang terdengar lagi.

"Aku bilang berhenti mengikutiku!"

"Aku tidak mau!" Jawabnya keras kepala. Natsu hanya dapat menghela napas sebelum melanjutkan jalannya.

Setelah beberapa lama pria itu berbicara kembali, "aku kira kau tadi menangis."Ucapnya dengan nada yang sama. Natsu tak menghiraukan dirinya.

"Aku senang kau tidak menangis!"

"Apa pedulimu?"

"Aku selalu peduli padamu ... Oichi-chan."

Natsu kembali menghentikan langkahnya. Ia menghadap ke samping, tepatnya menghadap ke arah kembang api. Tangannya memegangi pembatas jalan, menerawang kosong.

"Apa aku terlihat bodoh?" Pertanyaannya yang mengalir begitu saja sempat mengagetkan pria itu.

"Tidak sama sekali." Lalu keduanya kembali terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Rencananya aku akan mengajaknya berkencan hari ini, tepat saat ulang tahunku." Natsu mencengkram erat pembatas jalan itu.

"Benarkah? Keren." Kamura menatap Natsu yang tak membalas tatapannya.
"Tapi itu sudah tak berarti lagi sekarang." Natsu masih menatap lurus kedepan, "semuanya sudah tidak ada artinya lagi, Matsu, Nishimura, kau..." Natsu mengerutkan dahinya tidak mengerti, "sembilan tahunku terbuang sia-sia."

"Sembilan tahun? Dan semua sudah tak berarti lagi? Benarkah?"

"Ya."

"Kalau begitu menangislah." Kamura berusaha menahan dirinya.

"Menangisi dia?"

"Bukan, tapi menangisi sembilan tahun kebodohanmu."

Natsu terdiam lama, "sekarang aku mau pulang, kembang apinya mulai membosankan, sampai jumpa." Natsu kembali melanjutkan jalannya.

"Kau ingin pergi lagi?" Natsu tetap berjalan tak menanggapi Kamura. "Mungkin Matsu sudah meninggalkanmu, mungkin juga Nishimura sudah mengkhianatimu. Tapi kau masih punya aku Oichi-chan! Kenapa kau berhenti menyembunyikan kasedihanmu padaku."

Natsu tetap meneruskan jalannya, kali ini ia tak ingin percaya dengan siapapun. Semuanya hanya semu baginya.

"Kau menyalahkan pohonnya hanya karena kau jatuh menginjak ranting yang rapuh! Kau tahu? Aku selalu berusaha ada untukmu, tidakkah kau merasakan hal yang sama betapa sakitnya saat tak dihiraukan orang yang amat kau sayangi?"

Tiba-tiba langkah Natsu terhenti. Sejenak ia berpikir sebelum membalikkan kembali tubuhnya.

"Aku mengerti! Aku juga merasakan." Natsu berkata lirih, menahan air di sudut matanya. Kamura langsung berlari menghampiri tempat Natsu.

"Kalau begitu ...," Kamura menarik lengan Natsu dan membiarkannya jatuh kedalam pelukannya, "kau bisa menginjak ranting yang lain pada pohon yang sama!" Kamura memeluk Natsu erat, seolah tak ingin melepaskannya.

Dan Natsu membiarkan dirinya menumpahkan segala emosinya di bahu Kamura. Ia menangis, terisak, dengan air mata yang begitu deras mengalir dalam pelukan pria itu.

🔆🔆🔆

Y

U

K

I

-SUMMER-

Author maaf banget atas telattttt updatenya dan g sesuai jadwal🥺🥺

Author sempat mengalami kondisi kurang percaya diri dan udah dihukum dengan kehilangan dua pengikut😭😭

Maaf yaa🙏🙏🎋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro