Gomen Nasai, Nishimura-kun!***(End)
❄❄❄
Mungkin ini akan menjadi syal yang terakhir, Natsu tahu pria itu akan menerimanya. Syal putih salju dengan ukiran kepingan salju pada beberapa rajutannya. Dulu, Matsu menyarankan warna ini untuk digunakan Natsu dalam pembuatan syalnya. Namun, sekarang Matsu tidak dapat menyaksikannya sama sekali.
Entah mengapa Natsu kembali merasakan kehadiran sosok Matsu. Ingatannya terus menghantuinya dan terus berputar bagai kaset yang rusak. Dalam benaknya Natsu bertanya-tanya, apakah Natsu senang mendengar jika akhirnya perjuangannya selama sembilan tahun ini tidak sia-sia? Atau justru berbalik seperti Yori?
"Suatu hari nanti ada saatnya seseorang menyesal, dan sesal itu terjadi saat semua sudah pergi darinya. Seperti itu juga dengan Nishimura-san, suatu hari dia akan menyesali apa yang telah ia lakukan selama ini saat menyadari bahwa detak jantungmu sudah tidak sama lagi seperti dulu."
Itulah yang dikatakan Matsu di loteng rumah Natsu saat mereka lulus SMP. Hari-hari sebelum mereka berangkat ke Kyoto.
Matsu benar, ada saatnya orang menyesali perbuatannya seperti Natsu menyesali kepergian sahabanya ke Tokyo. Tapi apa Yori benar? Apa Matsu juga benar bahwa perasaan Natsu tidaklah sama lagi. Natsu tidak tahu, karena ia masih menyayangi Nishimura dan itu akan selalu.
Langkahnya sudah semakin dekat. Natsu bahkan sudah dapat melihat siluet tubuh Nishimura dan kamera pada lehernya.
Hari ini, seperti tahun sebelumnya, Natsu meminta Nishimura untuk bertemu di tempat ia akan menyerahkan hasil rajutannya.
Untuk beberapa saat, gadis itu terhenti sebentar. Pandangannya ragu. Ia menelan ludah melihat Nishimura yang telah melambai kepadanya.
Detak jantungnya mulai tak karuan, tapi kali ini rasanya berbeda. Ia justru merasakan kejanggalan.
Dengan kaku, Natsu membentuk lengkung senyum pada wajahnya, kemudian lanjut melangkah menuju tempat laki-laki itu berdiri sekarang.
Perasaan seorang perempuan ... lima langkah lagi ... tidak akan pernah berubah ... tiga langkah lagi ... kepada pria yang disukainya ... dua langkah lagi ... meskipun suatau hari nanti ... satu langkah lagi ... akan berganti ... berganti?
"Natsu-chan." Nishimura menatapnya lurus, bola mata mereka sempat saling bertemu meskipun Nishimura langsung mengalihkannya ke tumpukkan salju yang jatuh di tanah.
Natsu mengamati syal di tangannya dengan seksama. Lama mereka hanya terdiam.
"Ku-kukira kau tidak datang!" Nishimura kembali berbicara duluan, tersenyum ganjil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Natsu terdiam, entah mengapa matanya mulai berkaca. Merasakan air yang hangat di pelupuknya. Sembilan tahun ia menunggu hari ini terjadi, dan sekarang benar-benar terjadi.
Nishimura tersenyum ke arahnya, menerimanya dengan baik. Semuanya seperti mimpi. Tapi entah apa yang Natsu rasakan sekarang. Kepingan salju yang indah perlahan jatuh ke tanah dan hancur membentuk butiran yang lemah.
"Itu untukku?" Nishimura kembali berbicara guna memecahkan kecanggungan yang ada diantara mereka. Natsu melirik ke arah syal yang ditunjuk oleh lawan bicaranya.
"An-anu Nishimura-kun ...," Natsu menghela Napasnya pelan, "aku ingin membicarakan sesuatu!"
Nishimura tersenyum, dan itu membuat Natsu menelan ludahnya, "katakanlah apa saja yang ingin kau katakan. Yang pasti kali ini aku akan menerima syal buatanmu itu."
Natsu semakin mencengkram syal itu kuat. Matanya terbuka, terbuka dalam artian yang berbeda. Dia menginginkan Nishimura, tapi dia juga menginginkan orang itu dan membutuhkan kehadirannya.
"Sudah sembilan tahun aku menantikan ini, Nishimura-san." Natsu menghembuskan napas, perlahan berusaha bersikap lebih tegap, "dan hari ini juga, ketika sakura berserakan untuk yang kesekian kalinya, ketika kembang api berdentuman untuk yang kesekian kalinya, ketika daun memerah berterbangan untuk yang kesekian kalinya, dan ketika salju jatuh untuk kesekian kalinya, tentang perasaanku kepadamu ...," perlahan Natsu memejamkan mata, setetes air keluar dari kelopak matanya, mengalir ke pipinya, menggantung di dagunya, dan jatuh bersama salju. "Entah mengapa semuanya berubah."
Pernyataan Natsu barusan langsung mengubah air wajah Nishimura. Matanya membulat tak percaya, detak jantungnya mulai tak karuan, napasnya memburu.
Rasanya waktu terhenti. Dan hanya salju yang bergerak, perlahan turun.
Nishimura menggigit bibirnya. "Ap-apa maksudmu Natsu-chan?" Ia bertanya tak percaya, dan Natsu semakin terisak.
"Maaf, tapi semuanya sudah tidak sama lagi, perasaanku sudah tidak sama seperti yang dulu," Natsu menyeka air matanya, "aku masih menyayangimu, tapi...dalam artian yang berbeda, detak jantungku sudah tidak sama lagi saat di dekatmu...ak-aku minta maaf, Nishimura-kun!" Natsu menundukkan tubuhnya, mengulanginya lagi dan lagi sebelum akhirnya Nishimura menghentikannya.
Dengan mata yang basah, Natsu melihat Nishimura yang tersenyum nanar dan menggeleng pelan, "tidak! Tidak! Kau tidak salah, Natsunawa Oici. Seharusnya akulah yang tahu kalau hal seperti ini bisa saja terjadi."
Natsu menatap tak percaya. Dia ingin menjelaskan sesuatu, namun Nishimura menduluhinya, "ini semua kesalahanku. Aku terlalu pengecut untuk menyatakan perasaanku padamu sebelumnya padahal aku telah diberi kesempatan sebanyak delapan kali dalam delapan tahun." Ungkapnya lirih, "yang kulakukan hanya memendam perasaanku karena aku terlalu takut akan menyakitimu nantinya. Padahal nyatanya aku melukai perasaanmu...juga perasaanku sendiri."
Natsu tersendat. Seketika ia memeluk tubuh besar Nishimura secara tiba-tiba. Gadis itu meneruskan isakkannya dalam dekapannya pada laki-laki itu. Sementara Nishimura, ia membeku untuk beberapa saat, merasakan tetesan air matanya jatuh melintasi pipinya.
Dengan sigap laki-laki itu mengelapnya dan langsung membalas pelukkan Natsu tak kalah eratnya. Ia menepuk-nepuk bahu Natsu yang bergetar hebat.
"Di sini aku yang tersakiti, tapi kenapa malah kamu yang menangis sesenggukkan?" Nishimura terkekeh hambar, membuat Natsu melepaskan pelukannya dan mengelap air matanya dengan punggung tangan.
Saat ia berhasil menetralkan kondisinya, Natsu kembali bertanya. "Kamu tidak apa-apa?"
"Daijoubu desu!!" Nishimura tersenyum lebar. "Kalau begitu, semoga kau beruntung." Ucapnya pada Natsu.
Dengan wajah yang memerah, Natsu mengangguk pelan. "Sekali lagi aku minta maaf."
"Ah, menyebalkan! Padahal aku ingin sekali mendapatkan syal!" Gerutuan Nishimura membuat Natsu terkekeh pelan.
"Kalau begitu aku pergi." Pamit Natsu, "Jaa!" Nishimura membalasnya dengan anggukkan sekali.
Natsu kemudian berbalik, berjalan meninggalkan Nishimura. Di antara tahun-tahun sebelumnya, Natsu tidak pernah merasa selega ini.
"Natsu!" Panggil Nishimura tiba-tiba. Natsu menoleh dan menemukan laki-laki itu memegang kameranya. "Hanya hal-hal yang kusukai yang bisa aku foto." Tanpa aba-aba, Nishimura memotret Natsu begitu saja.
Natsu tersenyum lebar. Ini pertama kalinya Nishimura menangkap gambar Natsu secara langsung.
❄❄❄
Natsu berlari kencang tak tahu arah, hanya berbelok-belok lemah jika menemukan jalan yang bercabang. Dengan perasaan penuh, dia berlari sambil tersenyum. Musim salju begitu penuh dengan kejutan. Ia tidak akan pernah percaya jika perasaannya sudah berubah terhadap Nishimura.
Karena yang ada di otaknya hanya Nishimura, namun sekarang yang ada di hatinya hanyalah ....
Natsu terhenti melihat pemandangan yang ada di depannya. Ia menahan napas, menahan degup jantung. Jembatan yang dipenuhi oleh tumpukkan salju, pembatasnya yang dingin, serta pria yang sedang melempar salju ke arah sungai yang membeku. Melemparkan emosinya.
Ada dia di sana.
Natsu berjalan mendekat, langkahnya barpadu dengan gemersik tumpukkan salju, membuat pria itu menoleh. Lama. Pandangan mereka saling bertemu. Mata Natsu yang sembab, bertemu dengan mata pria itu yang ternyata juga berair.
"Apa yang kau lakukan di sini? Udaranya sangat dingin, jangan menyiksa dirimu seperti ini." Natsu berjalan mendekatinya, tangannya gemetar memasangkan syal itu ke leher laki-laki di depannya. Laki-laki itu hanya terdiam menatapnya tidak percaya, menatapnya dengan kerutan samar di dahinya. Natsu tahu pria itu menantikannya, ia mengerti tatapan itu karena ia juga menantikannya.
"Kamu di sini ... Natsu-chan."
Natsu tersenyum menikmati degup jantung yang menyiksa, "kamu...tidak memanggilku Oichi lagi?"
Laki-laki itu tersenyum, namun menggeleng. "Tidak, aku tidak boleh memanggilmu seperti itu. Kau kan ... atau jangan-jangan ...."
Natsu menatap laki-laki itu lama, dia merasakan dirinya kembali, dan merasakan...Matsu yang juga kembali.
"Aku menolaknya." Pernyataan natsu membuat laki-laki itu tak berkedip, "aku menolak orang yang kukejar-kejar hingga ke Kyoto, hanya karena cowok aneh yang bernama kamura Nisigaki."
Seketika mata laki-laki itu kembali berkaca-kaca.
"Maaf baru menyadarinya sekarang."
Laki-laki itu menggeleng kuat, "itu bahkan tidak masalah sama sekali." Laki-laki itu membekap mulutnya, "seharusnya kau tahu lebih awal."
"Tahu tentang apa?"
"Tahu kalau aku sebelumnya mengenalmu sejak SMP. Aku melihatmu menangis di taman belakang sekolahmu. Kamu Gadis Musim Panas yang aku ceritakan selama ini, Oichi-chan."
Natsu membulatkan mata, "tapi aku tak pernah bertemu denganmu sebelumnya."
Laki-laki itu tersenyum hangat, "aku mengenalmu karena Matsu. Dan aku jatuh cinta saat itu juga." Laki-laki itu kembali tersenyum melihat kebisuan Natsu. Natsu tak akan pernah mempercayai hal ini, dulu saat pertama kali mendapati surat di lokernya, Natsu kira itu pemberian Nishimura. Namun, saat mengetahui itu pemberian kamura, Natsu justru membenci laki-laki itu.
Kebencian yang semakin meluap-luap setelah gossip-gossip menyebar tentangnya dan Kamura. Natsu bahakn masih ingat jika tahun lalu dia masih membenci Kamura bahkan tak dapat membayangkan betapa jijiknya dia jika harus berpacaran dengan laki-laki aneh itu.
Namun, hanya setahun seluruh presepsinya berubah. Ia mengira perasaannya terhadap Nishimura takkan pernah berganti, namun ternyata berganti. Ia mengira Matsu akan selalu bersamanya, namun ternyata meninggalkannya. Dan ia begitu membenci Kamura, namun ternyata dia menyayanginya.
"Jadi aku yang mendapatkan syalmu tahun ini?" Ia menggenggam syal yang sudah mengikat lehernya.
Natsu mengangguk sekali.
"Itu artinya kau menyukaiku?" Senyum jahilnya mulai terlihat.
Natsu mencibir, namun dia juga mengangguk.
Laki-laki itu tertawa, tertawa lebar seraya berjalan mendekati Natsu. "Arigatoo!" Dia memeluk Natsu, merangkulnya erat. "Aishiteru, Oichi-chan!" Ia mengecup dahi Natsu pelan.
Natsu tak dapat menyembunyikan wajah merahnya. Ia membalas pelukan itu, "Aishiteru Mo, Kamura Nisigaki." Ungkap Natsu dengan menenggelamkan wajah pada dada bidang Kamura.
"Apakah tidak ada balasan kecupan di dahiku?"
"Tidak sampai!" Cibir Natsu, "lagian kamunya ketinggian."
Kamura kembali tertawa lalu menundukkan badannya sedikit, "sekarang bisa kan?"
Natsu menggembungkan pipi, bergumam kesal, kemudian mulai melancarkan kecupannya. Namun, belum sempat mendarat di dahi Kamura, laki-laki itu malah berbalik mencium tepat di bibir Natsu.
"KAMURA!!!!!!!" Teriak Natsu geram dengan wajah yang semakin memerah.
Kamura menutup mulutnya dengan tangan kanan. Wajahnya juga memerah, tak percaya jika dia nekat melakukan hal itu.
❄❄❄
~*Selesai*~
Y
U
K
I
-Everything I started From out met in AUTUMN, and everything I completed at the end on the WINTER-
Arghhhhh setelah berabad-abad akhirnya cerita ini aku tamatin juga🙃🙃
Sebenernya sudah lama selesai, cuma yaaa ... wkwkekekw🤭
Jangan marah yaa Author juga dapet adzab pembaca pada lari kok😭😭
Oke, thank u ya bagi kalian semua yang udah ngikutin YUKI sejak zaman bahula. Makasih juga bagi yang udah nanyain endingnya mana dan kasih concern lebih ke cerita ini.
Semoga kita bisa bertemu di cerita-cerita selanjutnya😉🎋🎋
Note : ada epilog kayak bisa. Doain updatenya sebelum ceritanya lumutan(meski udah lumutan) agahagahhahaha🙃
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro