Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gomen Nasai, Kamura-kun!***

❄❄❄

Dua hari sebelum pemberian Syal, Natsu sedang ada di dormnya. Rencananya ia akan pergi ke minimarket, membeli bubble tea untuknya dan Yori. Dia ingin memperbaiki masalahnya dengan Yori yang semakin memburuk.

Jika boleh jujur, Natsu tidak pernah menyangka kalau tahun ini dia berhasil dalam masalah asmara namun gagal total dalam masalah persahabatan. Mungkin kalimat 'ketika kau mendapatkan sesuatu yang kau inginkan, kau juga harus melepaskan apa yang tak ingin kau lepaskan' ada benarnya.

Natsu menguncir rambutnya dengan pita lalu memakai sweater dan pergi.

Namun, apapun itu, apapun yang sudah terjadi, setidaknya usahanya selama ini tidak dinilai sia-sia. Lagi, tiba-tiba Natsu merasakan seandainya Matsu ada di sini.

Natsu membuka pintu dormnya, kemudian refleks membelalakkan mata.

"Kamura-kun?" Ia tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat saat ini.

"Oichi-chan ...," terdengar suara Kamura yang begitu parau, seperti ia sedang menahan tangis. Natsu mengerutkan dahi tidak mengerti. Satu bulan belakangan Kamura menghindari Natsu, tidak ingin berbicara lagi dengannya, namun hari ini? dia mendatangi Natsu dengan keadaan yang terlihat memprihatinkan.

"Jangan berdiri di luar udaranya dingin! Ayo masuk!" Natsu menarik lengan Kamura, Namun pria bertubuh tegap itu hanya berdiam diri di tempat, menatap Natsu dengan tatapan terluka. Natsu menautkan alis semakin tak mengerti.

"Kamura-kun ... ada apa?" Detak jantung Natsu mulai tak karuan, ia merasakan firasat buruk yang akan terjadi.

"Mengapa?" Suara Kamura yang mematung di ambang pintu mulai terdengar. Ia menundukkan kepala mencengkram helai rambutnya, "mengapa selama ini kau selalu mengabaikanku, Oichi-chan?" Terdengar suaranya yang semakin bergetar.

"Kamura-kun, ada apa sebenarnya?"

"Aku menyukimu, Natsunawa Oichi. Aku menyayangimu selama ini, sejak awal aku bertemu denganmu, sejak aku mengenalmu di kelas satu SMA, sejak itulah hidupku terasa ... terasa lebih ... berwarna." Kamura menatap Natsu dengan terluka, Natsu hanya terdiam dengan sorot mata yang bercampur aduk antara tidak percaya dan tidak mengerti.

"Semenjak mengenalmu aku menjadi sosok yang lebih berani, selama tiga tahun lebih aku mengirimkan surat itu padamu, dan kau tidak pernah peka akan hal itu. Kau justru membenciku," Kamura mengepalkan tangannya, "dan itu semakin membuatku terjatuh."

"Kamura, kau tidak harus melakukan ini. Kita bisa berteman, tidakkah itu cukup?"

"Berteman?" Kamura tertawa hambar, "akhirnya tiga tahun kemudian orang yang kusukai menjadi temanku, lebih tepatnya menjadi teman pertamaku. Dan saat itu pula, Oichi, aku mulai menanam harapan itu kembali."

Natsu tersentak, menggeleng tak percaya. Dia mengerti jika Kamura menyukainya, tapi dia tak tahu jika laki-laki itu masih belum menyerah.

"Belum sempat aku menyatakan perasaanku yang sebenarnya kepadamu, tapi kau sudah terlebih dahulu menolaknya. Tidak apa, aku masih akan mencoba, aku akan selalu ada untukmu, akau akan membuatmu nyaman, aku menolak pergi ke Tokyo karena hanya ingin selalu di dekatmu." Kamura yang terlihat semakin hancur meneruskan kalimatnya dan menuntaskannya.

"Dan saat mengetahui bahwa kau sudah menjadi milik orang lain. Aku tak tahu harus bagaimana lagi." Kamura menatap Natsu lemah, dengan jelas Natsu melihat air mata itu jatuh di pipinya yang cekung mengalir hingga ke dagunya.

Untuk pertama kalinya, Natsu melihat seorang Kamura Nisigaki menangis.

Dia yang menangis di depan Natsu, dia yang tersenyum di depan Natsu, dia yang tertawa hanya di hadapan Natsu, dia yang bertingkah konyol hanya di dekat Natsu, dia...Kamura Nisigaki.

Natsu tak dapat lagi membendung air matanya, tak dapat lagi menahan detak jantungnya yang bergemuruh hebat. Seketika ia menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukkan Kamura. Sekejap ia merasakan kehangatan mengalir dalam dirinya. Pelan ia berbisik. "Gomen Nasai, Kamura-kun!"

❄❄❄

"Natsu, kaget?" Nishimura tersenyum menatap ekpresi mematungnya Natsu.

"Anu, boleh aku jawabnya nanti Nishimura-kun? Ak-aku akan menjawabnya saat..." Natsu mengerutkan dahinya, terlihat beberapa lipatan yang amat jelas di sana. Entah apa yang ia rasakan saat itu. "Aku akan menjawabnya saat...saat aku memberikan syal itu."

Natsu menundukkan wajahnya, tidak berani menatap mata Nishimura ataupun ekspresi wajah laki-laki itu meskipun Natsu tahu dia sedang tersenyum sekarang.

"Kau membuatkanku syal?" Terdengar seperti bukan pertanyaan, Natsu hanya terdiam masih tidak mengerti dengan dirinya. "Kali ini aku akan terima!" Nishimura mengacak pelan rambut Natsu.

Natsu masih terdiam membeku.

"Kalau begitu, siapa teman ketigamu?" Nishimura mulai mengganti topik kembali ke awal. Dari tadi perbincangan mereka tak pernah lurus dari topik awalan.

"Eh, itu, Matsu-chan." Patah-patah Natsu mengatakannya, menoleh ke air muka pria yang ada di sebelahnya. Nishimura terlihat heran dengan Natsu karena terlihat jelas dari raut wajahnya yang begitu kebingungan.

"Natsu, kau tidak apa-apa, kan? Ada hal yang mengganggumu?" Nishimura kali ini memberanikan diri bertanya, sambil melirik kiri-kanan memastikan apakah ada hal janggal di sekitar.

"Tidak apa-apa." Natsu menggeleng kuat seolah nyawanya baru saja kembali, "oh, tadi aku cerita tentang Matsu ya?" Nishimura mengangguk pelan, "Matsu ... dia pindah ke Tokyo kan?"

Natsu balas mengangguk, "tapi malam itu aku menemukan surat yang ada di jendela dorm kami. Surat yang sebelumnya tidak ada. Aku setiap malam selalu merenung sejenak di jendela satu itu, dan ...," ia terhenti sebentar, "aku rasa surat itu baru dipasang."

Nishimura menautkan alis, "apa mungkin Matsu ke Kyoto? Apa kau yakin itu tulisannya?"

Natsu kembali mengangguk, "kalau tulisan Yori pastinya berbeda apalagi Kamura, aku rasa Matsu sengaja mendatangi Kyoto."

"Kau yakin hanya untuk menggantungkan surat itu?"

Dan lagi, Natsu mengangguk, "terkadang hal yang mungkin ternilai sesederhana itu mempunyai arti yang besar."

"Kau benar," Nishimura jadi ikutan mengangguk pelan, "kalau begitu apa isi suratnya?"

"Isinya pendek," Natsu berpikir sesaat lalu menyebutkannya, "ikuti kata hatimu yang sesungguhnya, aku tahu karena kau tahu."

Percayalah, Natsu saat itu tak merasakan apapun, tidak sama sekali.

❄❄❄

"Jadi hari ini kau akan menyatakan hal yang sama?" Yori bertanya tidak peduli, Natsu hanya merungkuk memegang syal itu. Memerhatikan hasil rajutannya dengan benang wol berwarna putih membentuk syal dengan ukiran kepingan salju yang sangat indah.

Kali ini Natsu mencoba, syal yang bernuansa sama dengan musim yang sama.

Kedengarannya dingin, tapi setidaknya Natsu telah mencobanya meskipun membutuhkan begitu banyak bantuan dari temannya yang sekarang sedang duduk di ujung futon.

Natsu mengangguk pelan, "terima kasih atas bantuanmu Yori-chan, syalnya bagus sekali!" Natsu mengusahakan membentuk sebuah senyuman yang dibalas dengan tatapan datar dari lawan bicaranya.

"Kali ini Nishimura akan menerimanya, tidakkah kalian senang?" Natsu berseru riang, mengharapkan hal senada yang biasanya dilontarkan oleh Yori. Sayangnya kali ini tidak sama sekali.

"Nishimura?"

"Ya." Natsu menjawab ekspresi tidak terima yang ditunjukkan Yori.

"Kau masih yakin akan hal ini Natsu-chan?" Kembali terdengar emosi yang begitu kental dari suara melengking Yori

"Bukankah empat tahun ini kau juga menantikan hal ini, Yori?" Natsu mencoba menetralisirkan keadaan, menghela napas pelan.

"Tapi sekarang semuanya sudah berbeda, Natsu!"

"Berbeda apanya? Sekarang semuanya sudah jelas. Lagi pula ada apa denganmu akhir-akhir ini?" Natsu mencengkram syalnya erat. Yori masih menampakkan ekspresi yang sama. Beberapa kali gadis itu terlihat ingin mengatakan sesuatu sebelum akhirnya kembali mengatupkan mulut.

Natsu mendesah.

"Kau tidak mau mendoakanku?" Tanya Natsu kemudian. Biasanya, sebelum tiap kali Natsu melakukan hal ini, Yori selalu mendoakannya. Bedanya kali ini Matsu tidak ikut mendoakan.

"Semoga syal itu sampai ke tangan orang yang tepat." Ucapnya dingin.

Natsu menarik napas panjang, emosinya mulai terkuak. "Jika Matsu ada di sini, apakah kau akan mengatakan hal yang sama?"

"Nyatanya Matsu tidak ada di sini."

"Jika aku memilihnya, itu sama saja aku menghianati temanku, seharusnya kau mengerti."

Yori memalingkan pandangan, kemudian berdecak, "Matsu pasti akan mengerti. Dia tahu siapa yang sebenarnya kau inginkan. Dia yang paling mengerti dirimu, bahkan saat kau sendiri tak mengerti dengan perasaanmu saat ini."

"Tapi dia pergi Yori, d.i.a pergi, apakah itu yang disebut mengerti? Seperti kau sekarang, kau mengatakan kau mengerti tapi kau justru menghindar dari semua ini."

Yori terdiam lama, ini adalah perdebatan pertama yang terjadi antara Natsu dan dia. Tidak ada satupun dari mereka yang berusaha bersikap lebih lembut, semuanya terlihat alot. Natsu yang keras kepala serta Yori yang selalu ingin tahu dan memaksakan kehendak. Sangat jauh berbeda jika berdebat dengan Matsu yang selalu menangahi.

"Kau yang tidak mengerti dirimu sendiri Natsu."

"Aku tahu siapa diriku sebenarnya."

"Nyatanya kau membohongi dirimu sendiri."

Deg.

"Aku tidak pernah membohongi diriku sendiri." Natsu tergagap. Yori hanya tertawa hambar, menggelengkan kepala tidak mempercayai temannya. Perlahan Yori berjalan menuju ke tempat Natsu berdiri sekarang. Setelah jarak mereka tinggal beberapa senti, gadis itu langsung mencengkram kedua bahu Natsu erat.

"Matsu sudah meninggalkanmu, itu berarti ia menyerahkan kehidupannya kepadamu di sini. Tidakkah kau mengerti itu, hah?"

Natsu mulai merasakan kambali matanya yang menghangat. Bagaimanapun semua ini hanya demi orang yang sangat dirindukannya, orang yang sudah ia kecewakan, orang yang memilih pergi demi kebaikan Natsu sendiri. Matsu. Kenyataannya Natsulah yang kalah dari perang dingin ini.

"Sekarang kau masih ingin membohongi dirimu sendiri Natsu?"

"Itu pilihanku Yori." Natsu menahan isaknya. Yori menatap temannya tak percaya.

"Itu berarti kau menyia-nyiakan kepergian Matsu. Kau sudah kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupmu selama ini, apakah selanjutnya kau mau kehilangan dia? Dan setelahnya kita juga akan menjauhi satu sama lain." Tukas Yori seraya melepaskan cengkramannya. "Ada hal yang tidak pernah kita ketahui tentang orang yang membenci kita selama ini, yaitu kenyataan bahwa ia masih peduli dengan kita, dan itulah yang membuat mereka membenci kita."

Ikuti kata hatimu yang sesungguhnya, aku tahu karena kau tahu.

"Sekarang kau tahu bukan apa isi hatimu? Sejauh apapun seorang pria mencintai seorang wanita, cintanya akan selalu terkalahkan dengan pria yang selalu mengerti si wanita."

"Aku minta maaf, Yori-chan." Natsu menatap temannya, sinar matanya benar-benar talah hilang. Yori mengendurkan bahunya.

"Begitu? Kalau begitu aku tidak bisa memaksamu. Tapi yakinlah Natsu, kata hatimu selalu berkata jujur dan benar."

Natsu menggeleng tak mengerti.

"Apakah sekarang perasaanmu dengan Nishimura masih sama? Apakah detak jantungmu masih untuknya? Itu hanya kau yang tahu."

❄❄❄

Kamura Nisigaki

Gadis Musim Panas

Tak banyak kata yang terucap di benakku

Tak banyak aksara yang tertulis di jiwaku

Tak banyak kalimat yang melukis pikiranku

Namun yakinlah, hanya kamu yang terukir dalam ketiganya

Terlalu mudah bagiku meminta hatimu

Padahal setahuku, semua itu tercuri sosok lain

Kau boleh menyebutku perompak

Tapi layakkah panggilan itu jika aku tak mendapat apa-apa?

Andaikan kau tahu wahai gadisku.

Hanya engkaulah yang mampu membuatku bangkit

Di musim panas aku menangis, dan di musim dingin kau dekap hangat diriku

❄❄❄

Y

U

K

I

-WINTER-

Arggh😭😭😭

Keputusan berat woiiiii.

Mana tinggal satu chapter lagi😭😭😭

Terima kasih bagi kalian para readers yang udah baca sejauh ini🙏🙏 dan semoga kalian suka sama karya-karya Author lainnya juga🎋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro