Daijoubu***
❄❄❄
"Natsu! Kau kemana saja? Kami mengkhawatirkanmu. Tadi Matsu menelepon, katanya kamu pergi ke taman, tapi setelah Kobayashi cari ternyata kamu tidak ada." Yamaguchi menyambut Natsu dan langsung mengajaknya masuk ke dalam kelas.
"Syukurlah kau disini." Setelahnya beberapa siswa ikut menghampiri Natsu. "Kami kira kau ke mana."
"Aku tadi menunggu beberapa menit di taman. Tapi tidak apa, yang penting aku sudah di sini, kan?" Natsu melepas mantelnya, ikut bergabung dengan teman-teman yang terlihat sibuk membereskan kelas.
"Kau tahu kami ada di sini dari mana?" tanya Tsuda.
Natsu terdiam. "Eh... aku memperoleh petunjuk," jawabnya bodoh.
Tsuda tahu jika Natsu berbohong, tapi dia hanya mengedikan bahu. "Terserahlah, tapi tugasmu membentuk origami bangau bersama Yamaguchi dan Mika," lapor Tsuda sebelum kembali menggunting kain.
"Ngomong-ngomong, kita ini mau apa? Matsu bilang Kobayashi mau ajak main lempar bola salju."
"Siapa yang mau melakukan hal kekanak-kanakan seperti itu?"
"Tahun kemarin kita melakukannya." Natsu mengambil beberapa kertas origami selagi Tsuda terkekeh tidak jelas.
"Ya, tapi tahun ini kita sibuk. Guru-guru meminta kita untuk mendekor kelas untuk penyambutan tahun baru," jelas Tsuda, Natsu mengangguk paham meski sebenarnya tahun baru masih terbilang dalam hitungan minggu.
"Sayang sekali Matsu tidak dapat hadir." Yamaguchi ikut menimbrungi. "Padahal kalau dia ada, dia bisa kasih ide-ide yang menarik. Lagipula melakukannya bersama-sama itu penting, kan?"
Tsuda mengangguk setuju. "Ngomong-ngomong, Kamura juga tidak datang."
"Kalau yang itu sih aku tidak heran." Kobayashi menambahkan. "Dia pasti sedang... melakukan kegiatan Otaku-nya."
Tsuda menjitak Kobayashi. "Dia itu kutu buku, bukan pecinta anime."
"Maksudku Hikikomori[1]." Kobayashi mengelus-elus kepalanya. "Tsuda suka main kasar ih," cibirnya. Tsuda hanya memeletkan lidah menanggapi ejekan Kobayashi barusan.
"Aku juga tidak melihat Yori hari ini."
"Dia liburan, mengunjungi keluarganya di Okinawa," jawab Natsu.
Tsuda tersenyum geli, menilik raut wajah Kobayashi. "Yah, yang ditunggu Kobayashi ternyata tidak datang."
Natsu memicingkan pandangan. "Apakah Kobayashi... ah, tidak mungkin!"
"Tentu saja tidak!" Sanggah Kobayashi spontan. "Siapa yang mau dengan cewek aneh kayak dia."
"Hei! Kau yang aneh."
Sementara Kobayashi sedang lempar-lemparan perkataan dengan Tsuda. Mika mendatangi Natsu dan Yamaguchi.
"Kamura tidak datang?" tanya Mika langsung kepada Natsu.
"Kenapa tanya padaku?"
"Iya, sih." Gadis itu terkekeh. "Ngomong-ngomong terkadang aku kasihan dengan Kamura-san."
"Iya, sampai sekarang dia tidak punya teman." Yamaguchi menanggapi. Kamura sebenarnya memiliki kesempatan berteman dengan banyak orang, apalagi mengingat akan kecerdasan dan kemahirannya dalam berolahraga. Namun, dia cenderung menutup dan menarik diri dari pergaulan. Entah apa alasannya tapi sebenarnya Natsu tidak peduli.
Itulah sebabnya beberapa orang-orang di kelas, seperti Kobayashi tadi, menjulukinya Hikikomori.
"Aku yakin sebenarnya dia ingin mendapatkan teman," ucap Natsu seadanya. Ia memfokuskan diri dalam dunia lipatan.
"Ya, dia pasti sedang berusaha mendapatkan teman belakangan ini. Jika kuliah nanti dia masih belum punya teman, maka akan sulit untuk mengembangkan diri di kehidupan nantinya." Mika menjelaskan panjang lebar.
"Mana kita hanya tinggal satu semester lagi di SMA. Ini sulit pastinya."
"Bisakah kita membicarakan hal lain?" Natsu bereaksi. "Ada beberapa orang tidak suka jika dirinya dikasihani."
Yamaguchi dan Mika bungkam mendapati reaksi Natsu barusan, bahkan Kobayashi dan Tsuda yang sebelumnya berisik, kini menjadi jangkrik di malam hari. Natsu menatap bingung temannya untuk beberapa saat, kemudian mengutuk dirinya sendiri. Dia tidak tahu kenapa tiba-tiba bereaksi seperti tadi.
"Aku minta maaf, sepertinya flu sedang menyerangku akhir-akhir ini."
Yamaguchi mengerjapkan mata. "Ya, kami juga minta maaf. Tapi memang menjadi introvert itu tidak mudah, lo." Dia tetap melanjutkan pembicaraannya. "Aku punya seorang sepupu yang introvert, dan kalian tahu bagaimana cara dia mendapatkan teman? Dia mencari teman dengan cara menulis surat kaleng untuk orang yang dituju sebagai temannya nanti, itu pun dia sering diejek oleh orang yang dituju."
"Wah sesulit itu, ya."
Natsu tersenyum miring. Menulis surat?
Selama ini Kamura selalu menuliskan surat kepadanya, tapi Natsu tidak pernah membaca surat itu. Apa itu artinya....
"Yamaguchi, apakah seluruh orang introvert melakukan hal itu?" tanya Natsu langsung.
Yamaguchi mengernyit. "Maksudmu menulis surat? Aku tidak tahu pasti, tapi yang sepupuku lakukan memang seperti itu."
Natsu menggeleng. Tidak mungkin ini kebetulan. Kamura yang menyebalkan tentunya memiliki alasan khusus mengapa ia menulis surat di lokernya selama ini.
Natsu mengepalkan tangan saat mengingat surat-surat yang dikirimkan Kamura itu pernah dijadikan alasan Nishimura untuk menolaknya.
Bukankah ada siswa di kelasmu yang menyukaimu? Natsu mengembungkan kedua pipi, dia akan selalu mengutuk surat-surat itu.
"Orang-orang memang sering mengambil kesimpulan sendiri." Yamaguchi melanjutkan. "Orang itu mengira sepupuku ingin menerornya, bahkan ada yang mengira sepupuku itu menyukai orang itu. Padahal kan dia cuma ingin berteman."
"Menyebalkan memang jika harus menghadapi orang-orang yang seperti itu," cibir Mika menanggapi. "Setiap orang kan berhak untuk berteman."
"Menurutku itu wajar." Natsu menyela. "Orang yang tiba-tiba mengiriminya surat padahal tidak berteman sama sekali. Itu wajar jika mereka menaruh kecurigaan."
Natsu sengaja tidak memperhatikan raut wajah kedua temannya, dia tahu jika mereka pasti memasang wajah jengkel.
"Seharusnya dia tanya dulu, apa tujuan orang itu. Itu lebih sopan kan daripada sok menilainya ini itu."
Natsu mematung. Tanyakan lebih dulu? Mika benar, bagaimana jika selama ini Kamura hanya ingin berteman? Bagaimana jika tidak ada yang namanya penggemar rahasia atau laki-laki yang menyukainya? Sebenarnya apa alasan dia membenci Kamura?
Itu benar, Natsu, Nishimura, dan mungkin orang lain terlalu cepat berspekulasi. Tidak selamanya seseorang mengirimkan surat di lokermu adalah orang yang menyukaimu, bukan? Dengan alis yang bertautan, Natsu memutar otak. Hingga saat satu kabel kenyataan dari segala kemungkinan saling tersambung, dia langsung bereaksi.
"Kalau begitu aku pergi dulu."
"Lho? Natsu?"
Dengan cepat Natsu memasang mantel dan syalnya. Ia membuka pintu kelas dan berlari menyusuri koridor sekolah yang tidak terlalu sepi.
Kamura menulis surat itu, surat yang selama ini Natsu artikan hanya untuk mengganggunya. Bukan, Kamura hanya sekadar ingin berteman.
Mungkin laki-laki itu memang aneh. Tapi orang aneh sekalipun berhak untuk berteman.
Dengan setengah berlari, Natsu menuju gerbang sekolah. Berdoa semoga Kamura paling tidak sedang berada di taman saat ini.
Tepat saat keluar dari gerbang sekolah, Natsu mendapati laki-laki itu berdiri menyandar di depan gerbang itu. Natsu menghentikan langkahnya.
"Kamura-kun? Kamu masih di sini."
Kamura terkesiap, ia menegakkan tubuh. "Eh, aku hanya—"
"Bodoh! Di sini dingin tahu." Natsu menggenggam tangan Kamura. "Ayo masuk! Teman-teman menunggumu di dalam."
"Aku tidak bisa melakukan hal ini." Kamura mencoba menahan diri. Natsu tersenyum, tanpa perlu ditanya, Gadis itu sekarang tahu apa maksud surat-surat itu.
"Oh, ayolah. Kalau kamu tidak ingin bergabung, lantas kenapa kamu berdiri begitu saja di depan gerbang?" Natsu menyematkan punggung tangannya di dahi Kamura. "Kamu nanti bisa demam."
"Daijoubu desu[2]! Jika ke sana, aku tidak bisa melakukan sesuatu." Kamura menyembunyikan wajah yang memerah dengan mengalihkan pandangan dari Natsu.
Natsukembali tersenyum. "Tapi kamu bagian dari kami."
❄❄❄
"Nani?" Mata Yori melotot ke arah Natsu. Sambil menggembungkan pipinya menahan tawa, ia meletakkan kembali potongan lemon di atas meja kayu pendek.
"Tertawa saja! Ayo tertawakan aku." Pelotot Natsu setelah melihat Matsu yang ternyata juga terkekeh geli. Sudah Natsu duga sebelumnya, kalau menceritakan hal ini kepada Yori, ia akan mendapatkan tanggapan yang sama.
Natsu menghela napas. "Puas aku ditolak lagi? Ini semua gara-gara syal rancanganmu yang jelek."
"Hei!" sergah Yori tidak terima. "Aku masih ingat lho saat kamu bilang itu syal paling bagus yang pernah kamu buat."
"Kalau bagus, Nishimura pasti terima syal itu. Kenyataannya ini tidak diterima, kan?"
"Itu berarti Nishimura-kun memang tidak menyukaimu, Natsu-chan." Yori menuangkan teh ke cangkir kosong Natsu kemudian menambahkan perasan lemon ke dalamnya.
"Jangan katakan itu." Natsu menyeruput teh yang disodorkan Yori. "Aku masih belum menyerah."
"Tapi kamu seperti...," Matsu menjeda, "berputus asa."
"Ti-tidak, kok." Natsu gelagapan. "Aku yakin tahun kesembilan ini adalah tahunku. Sesuai katamu kemarin kan, Matsu chan."
Matsu tidak menjawab, dia kembali cekikikan bersama Yori. Natsu mengembuskan napasnya jengah, membuat poninya sedikit bergoyang. Ia memperbaiki posisi duduk, sebelum kembali mendengus kesal dengan tangan menopang dagu. Memandangi guci dengan lukisan perempuan di bawah pohon sakura dan gunung Fuji lebih menarik rasanya dibandingkan mendengar ketawa centil teman-temannya.
"Berhentilah tertawa, nanti perutmu sakit!" peringat Natsu, lebih mengarah kepada Yori. Akan tetapi, temannya itu justru menambah gelak tawanya.
"Yori, ini tidak lucu! Matsu, kau juga harus berhenti!" perintahnya sekali lagi. "Kalau tidak, aku bakalan nangis lagi!"
Ancaman itu membuat keduanya menghentikan tawa. Mereka berdua sama-sama tahu jika menenangkan Natsu saat menangis merupakan perkara yang sulit.
"Kau tahu, Natsu?" Yori berdehem. "Aku juga pernah berada di posisi seperti ini. Sewaktu Yukimura senpai pergi, aku mendekam diri di kamar dan tidak melakukan apa-apa kecuali menangis. Namun, aku sadar bahwasannya aku tidak akan terlihat menyedihkan jika bukan aku sendiri yang membuatnya terlihat menyedihkan."
Hening sesaat sebelum Yori kembali menambahkan.
"Untuk itu Natsu, kau tidak perlu menangisi orang yang tidak ada, apalagi yang tidak perduli sama sekali dengan keadaanmu."
"Kau benar." Matsu menambahkan jentikkan jari ke arah Yori.
Natsu membisu. Terkadang ia mempunyai pemikiran yang sama dengan temannya itu, tapi entah mengapa setiap kali mengingat sikap dingin Nishimura, selalu membuat Natsu tidak berdaya. Setiap kali mengingat tentang Nishimura, Natsu hanya dapat memainkan perasaannya yang tidak dapat diajak berkompromi.
"Kali ini apa alasan dia menolakmu?" Yori kembali bertanya.
Natsu mengendurkan bahunya, setiap penolakan yang dilakukan Nishimura selalu terasa menyakitkan dan kurang realistis. "Ya, seperti biasanya, dia langsung berterus terang kalau dia tidak menyukaiku."
"Lalu?"
Natsu menimang-nimang berpikir. "Ya... dia minta maaf, lalu menolak syal biru muda itu dan menyuruhku menyukai pria lain."
"Dan?"
"Pergi."
Yori mengembuskan napas kesal. "Haa, sama seperti tahun lalu."
"Apakah dia mengungkit-ungkit masalah surat di loker?" Kini Matsu yang bertanya serius. Natsu menggeleng.
"Padahal sudah delapan tahun, tapi sepertinya tidak ada perubahan dari sikap Nishimura." Matsu mendesah. Natsu hanya mengidikan bahu.
"Daijoubu, Natsu-chan!" Yori tersenyum—Semuanya akan baik-baik saja.
"Lagipula Natsu," Matsu kembali bersuara, "aku rasa yang dikatakan Nishi-kun benar. Mungkin kini saatnya berubah. Kau harus menyukai orang lain."
"Ini tidak semudah itu, Matsu. Ini bukan seperti saat kita tidak mengerti satu soal Matematika, maka kita bisa mengerjakan soal yang lain, bukan begitu masalahnya."
"Aku mengerti Natsu, tapi ini sudah delapan tahun, maksudnya bukankah ini terdengar seperti sudah kelewatan? Hal apapun pasti ada masa berlakunya, pasti ada tanggal kadaluarsanya."
Natsu memalingkan pandangan sesaat, teman-temannya tidak mengerti.
"Janji tidak ada masa berlakunya kan, Matsu?" Natsu coba mengelak. Menurutnya, janji yang telah dibuatnya untuk selalu menyukai Nishimura tidak akan memiliki waktu akhir untuk saat ini dan mungkin sampai waktu yang lama. Sederhananya, selamanya.
"Kau benar, tapi janji yang kau buat itu hanya mengikat dirimu sendiri, Natsu. Percuma jika kau berjanji untuk menyukai Nishi-kun, tapi dia tidak balik menyukaimu. Bahkan mungkin dia menyukai orang lain."
Menyukai orang lain? Sesaat, Natsu kembali ingat pada hari di mana Nishimura menerima syal dari seseorang. Benarkah Nishimura saat ini menyukai orang itu? Namun, jika dia tidak menyukai orang itu, lantas kenapa dia justru menerima syal pemberiannya sementara ia selalu menolak pemberian Natsu?
Kini Natsu merasa seperti berada di sebuah persimpangan. Dengan petunjuk arah sebagai pilihan, dan lampu jalan sebagai kemungkinan.
----
[1] Kebiasaan aneh orang-orang Jepang yang cenderung mengurung diri di kamarnya dan melakukan segala aktivitas sendiri.
[2] Tidak apa-apa.
❄❄❄
-WINTER-
Argghh, akhirnya bisa update lagii😭😭😭
Maaf banget gak update-update karena kesibukan kampus yang menyita. Tapi Author usahain update rutin.
Sumimasen🙏🙏
Semoga kalian masih menantikan cerita ini😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro