Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Cowok Aneh***

❄❄❄

"Natsu, teman-teman mengajak kita untuk kumpul ke taman." Matsu memberitahu setelah menutup sambungan telepon.

"Ngapain?"

"Entah, palingan ngajak main lempar-lemparan bola salju seperti tahun kemarin."

Natsu mendengus. Kobayashi sering mengajak orang-orang bermain perang bola salju di setiap liburan musim dingin. "Ahh, malas."

"Kamu pergi saja," pinta Matsu. "Sekalian refreshing. Jangan mikirin Nishimura terus-terusan."

"Gak mau ah, Yamada mainnya kasar. Mana banyak anak cowoknya lagi." Natsu menarik selimutnya.

"Ya udah kalau kamu gak mau. Nanti aku telepon Tsuda dan bilang kalau kita gak ikutan."

"Lho, memangnya kamu gak mau ikut?" Natsu duduk dari futonnya.

Matsu menggeleng sambil mencari nomor kontak Tsuda. "Kamu kan tahu bagaimana kejamnya Pak Uchida."

Spontan, Natsu teringat akan tugas sekolah liburan musim dingin yang sebenarnya memang menggunung. Mengingat tugas Pak Uchida yang selalu butuh pendapat pribadi dan penalaran yang tinggi, membuat Natsu merasa tidak betah berada di dormnya.

"Ah... tiba-tiba aku malas untuk berdiam diri di sini." Natsu mengangkat kedua tangan merenggangkan tubuh. Matsu terkesiap.

"Lho? Kamu mau ke mana?" tanyanya dengan dahi yang berkerut melihat Natsu tiba-tiba mengeluarkan mantel dan syalnya.

"Mau pergi ke taman lah. Kamu beneran gak mau pergi? PR Pak Uchida nyebelin, lho," ungkap Natsu seraya memasang syal sedemikian rupa.

"Ya, semenjengkelkan apapun tugas Pak Uchida, kita tetap harus menyelesaikannya. Begitulah prinsip orang pintar, Natsu-chan." Matsu menempelkan ponselnya ke telinga.

"Dunia kita sepertinya jauh berbeda." Natsu terkekeh lantas memakai bot dan menyandang tas. Padahal salju di Kyoto paling sedikit dibandingkan daerah di Jepang lainnya, tapi Natsu tetap menggunakan sepatu bot.

"Moshi-moshi[1], Tsuda-chan...," Matsu berbicara setelah sambungannya diangkat, "aku minta maaf tidak bisa datang... iya sampaikan ini pada Kobayashi-san juga, ya... Natsu datang kok... nani[2]? ketemuannya di sekolah? Bukannya tadi bilang di taman?" Matsu menautkan alis tatkala mendengar penjelasan Tsuda yang mengatakan bahwa tempat pertemuannya berubah.

"Ah, baiklah. Nanti kusampaikan pada Natsu... ngomong-ngomong kalian tidak mengerjakan PR?... Nanti? kau sama seperti Natsu. Kalau begitu baiklah, sekali lagi aku minta maaf ya! Dah!"

"Oi, Natsu. Mereka bilang tempat ketemuannya diganti menjadi di sekolah," teriak Matsu setelah menutup sambungan.

Mendengar tidak ada jawaban, Matsu berteriak sekali lagi. "Natsu, kau dengar? Tempatnya di sekolah."

Tidak mendapat respon dari temannya, Matsu berdiri memastikan. "Natsu?" Matanya terhenti pada pintu yang setengah terbuka. "Sudah pergi? Heh, dasar anak itu. Pergi tanpa pamit, mana pintunya tidak ditutup lagi." Gadis itu berjalan ke arah pintu seraya menelepon Natsu.

Alih-alih diangkat, Matsu justru mendapatkan ponsel Natsu yang berdering di meja makan.

"Dasar ceroboh."

❄❄❄

Kesan pertama ketika Natsu sampai di taman adalah: Kosong. Ia sempat berpikir bahwa dirinya terlambat atau mungkin datang terlalu cepat. Tidak, tidak mungkin tidak ada satupun manusia di sini. Dengan gontai gadis itu berjalan menyusuri area taman, namun hasilnya nihil.

"Baik, tenangkan dirimu!" gumam Natsu pada dirinya sendiri. Ia menimang-nimang, jika Tsuda menelpon Matsu tadi, berarti mereka sudah berada di taman. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan jika teman-temannya juga baru membuat rencana. Bagaimana jika kegiatannya nanti siang?

Tidak-tidak mungkin. Acaranya selalu menjelang siang. Namun, kenapa orang-orang pada belum datang? Atau mungkin acaranya diundur?

Sial! Natsu menepuk jidatnya, kenapa dia tidak menanyakan kapan dan jam berapa tepatnya mereka berkumpul di taman.

Dengan segera Natsu merogoh tas untuk menelepon Tsuda atau paling tidak Matsu.

"Ponselku?" Untuk kedua kalinya Natsu mengutuk diri akan kecerobohannya. Gadis itu melirik kanan kiri kebingungan, berharap segera satu saja teman kelasnya mendatangi taman ini.

Jika kembali ke dorm untuk sekadar mengambil ponsel dan menanyakan jam ketemuan pada Matsu, pasti memakan waktu yang cukup lama. Bagaimana jika saat kembali nanti dia justru terlambat?

Namun, di satu sisi juga menunggu di tempat seperti ini sangat menyebalkan. Harus berdiri dalam waktu yang lama di suhu yang dingin. Memang tersedia banyak tempat duduk di taman ini, tapi itu jika Natsu ingin pantatnya basah.

Setelah bergelut dengan pemikiran yang lama, Natsu memutuskan secara sepihak bahwa dirinya datang terlalu cepat dan memilih menunggu dibawah pohon maple yang bersalju.

Cukup lama ia menunggu, tapi tidak ada satupun temannya yang datang. Akhirnya Natsu mengetahui bahwa dia terlambat.

Gadis itu memilih untuk kembali ke dormnya lantaran tidak tahu harus mencari ke mana.

Belum sempat dia pergi satu langkah pun, matanya dikejutkan dengan kemunculan sosok laki-laki dengan kamera yang menggantung di lehernya. Pria itu berjalan di trotoar jalan raya dengan pandangan terfokus pada kameranya—sepertinya sedang memeriksa galeri di kameranya.

"Nishi-kun?" Natsu melebarkan mata, setengah senang bertemu pria itu, tapi juga setengah sedih karena penolakan Nishimura beberapa hari yang lalu.

Hampir saja Natsu berteriak ingin memanggil pria itu sebelum niat itu tertunda lantaran ternyata Nishimura tidak sendirian. Dia bersama gadis yang tidak terlalu cantik tapi manis, tubuhnya setinggi Yori dan sama sekali belum Natsu kenal.

Siapa gadis itu? detak jantung Natsu mulai tidak tenang.

Gadis itu mungkin saja siswi SMA tempat Natsu bersekolah. Terlihat dia berjalan pelan di belakang Nishimura.

Secara perlahan pula Natsu berjalan mengendap-endap mengikuti dari kejauhan.

Sesaat kemudian Nishimura berbalik badan menghadap gadis itu lalu memotretnya.

Natsu terbelalak. Dadanya terasa sesak. Aku hanya memfoto gadis yang aku suka.

"Tidak mungkin!" batin Natsu tidak percaya. Gadis itu memang terlihat manis jika dibandingkan dirinya, tapi tidak mungkin dia gadis yang Nishimura suka. Bukankah selama ini Nishimura tidak pernah menunjukan tanda-tanda kedekatan dengan gadis manapun termasuk Natsu sendiri?

Atau jangan-jangan yang dikatakan Matsu memang benar adanya.

Saat keduanya pergi dari pandangan Natsu. Saat itu pula Natsu berjalan mengikuti. Gadis itu menarik syalnya hingga menutupi bagian bawah wajah agar tidak terlalu dapat dikenali.

Untungnya saat itu jalanan tidak terlalu ramai hingga Natsu dapat dengan mudah mengawasi.

Selama perjalanannya menguntiti mereka berdua, memang tidak ada tanda-tanda yang spesial. Gadis itu berjalan di belakang Nishimura dan sekali-kali menyeimbangi langkah laki-laki itu.

Semoga saja firasat ini salah. Ia membatin sesaat setelah menyadari bahwa arah tujuan mereka tidak lain ke rumah Nishimura.

Saat keduanya sampai di depan rumah laki-laki itu, Natsu justru bersembunyi di balik pagar rumah yang berada di samping rumahnya Nishimura.

Natsu menarik napas lega karena tidak ada tanda-tanda kedekatan yang lebih antara keduanya. Namun, ia tetap menyipitkan mata memastikan apa yang tengah mereka bicarakan meski ia sama sekali tidak mendengar apapun.

Natsu melihat gadis itu mengatakan sesuatu dengan pandangan yang menunduk sementara Nishimura menatapnya tajam. Sekilas mengingatkan Natsu saat berbicara pada Nishimura beberapa waktu yang lalu.

Beberapa detik kemudian, matanya terperanjat tatkala melihat gadis itu mengeluarkan syal rajut biru muda dari tasnya lalu memberikannya pada Nishimura. Dan hal yang membuat Natsu semakin tidak percaya ialah, Nishimura yang menerimanya begitu saja.

Tidak adil! Umpat Natsu pada dirinya sendiri. Dengan cepat Natsu pergi dari tempat itu dengan mata yang berkaca-kaca.

Tidak mungkin-tidak mungkin-tidak mungkin! Gadis itu menendang gundukan salju dengan kesal.

Hatinya terasa tercabik-cabik. Bagaimana bisa Nishimura menerima syal itu begitu saja sementara dia tidak pernah mau menerima syal buatan Natsu.

Sekali lagi gadis itu menendang salju dan berteriak.

Ia berlari kencang sekencang kencangnya. Mengelap sudut mata yang berair sambil berserapah.

"Padahal syal gadis itu tidak sebagus punyaku kemarin," decak Natsu tersendat saat pelariannya terhenti di atas jembatan.

Dengan napas yang memburu, Natsu kembali berteriak, "Nishi-kun! Ini tidak adil!" teriaknya meluapkan emosi. Tangannya memegang pegangan jembatan yang mendingin dan pandangannya kosong meratapi aliran sungai yang setengah membeku.

"Kenapa?" Ia menggigit bibir, mendongakkan kepala, menahan agar air matanya tidak jatuh.

Dengan cepat gadis itu mengambil salju, mengepalkannya membentuk bola salju lalu melemparkannya jauh ke dalam aliran sungai tersebut.

"Nishimura bodoh!" teriak Natsu lagi kemudian kembali mengepalkan salju dan melemparnya lalu menyerapah. Begitu seterusnya hingga Natsu berhenti pada lemparan ke lima.

Ia kehabisan kata-kata untuk melampiaskan emosinya.

Akhirnya, pada bola salju terakhir, Natsu melemparnya ke sembarang arah entah ke mana.

Gadis itu kemudian menutup wajah dan meneteskan air mata. Dalam sekejap ia menangis sesenggukkan.

"Ini milikmu?" Suara seseorang seketika menyadarkan Natsu dari tangisnya.

Spontan, Natsu mengelap air matanya dan mendapati bola salju yang dijulurkan kepadanya.

"Bola salju ini tadi tepat mengenai kepalaku." Laki-laki itu tersenyum ramah.

"K-Kamura-kun?" Natsu tidak percaya dengan apa yang ada di depannya. Kamura? Kamura Nisigaki? Dia berkeliaran di area sekitaran sini?

Dengan cepat Natsu berusaha menyadarkan diri. Ia mundur beberapa langkah sementara Kamura terlihat heran.

"Oichi-chan, kamu menangis?"

"Itu bukan urusanmu!" ketus Natsu. Melihat wajah Kamura, membuat Natsu kembali teringat akan surat-surat yang begitu mengganggunya.

"Kamu mau kemana?" Kamura mengikuti.

"Bukan urusanmu." Natsu mempercepat langkah.

"Oichi, tunggu!" Kamura menahan tangan Natsu, tapi dengan sigap Natsu melepaskannya.

"Apa? Berhentilah menggangguku!" teriak Natsu tepat di depan laki-laki itu.

"Eh-anu, aku cuma mau kasih tahu kalau teman-teman mengadakan acara di sekolah."

Ya Tuhan! Natsu mengumpat, dia bahkan sudah lupa tentang acara itu. Jadi mereka merayakannya di sekolah?

"Ak-aku minta maaf karena berteriak padamu...."

"Iya, tidak apa-apa." Kamura mengangguk cepat lantas menarik tangan Natsu. "Kalau begitu ayo!" Kamura tersenyum, berlari menuntun Natsu.

Natsu berdehem. Menyadari hal itu, Kamura langsung melepaskan genggamannya lalu meminta maaf. Dengan kikuk Kamura menggaruk kepala dan menundukkan badan untuk meminta maaf lagi.

"Tidak apa-apa," balas Natsu yang kemudian berjalan mendahuluinya.

Selama perjalanan, Natsu merasa seperti diikuti. Memang Kamura berjalan beberapa meter di belakangnya, tapi rasanya Kamura seolah sedang mengikuti Natsu.

Merasa tidak nyaman, akhirnya Natsu berbalik badan hendak menyuruh Kamura berjalan di depannya. Namun, tepat saat itu pula, gadis itu mendapati Kamura yang ternyata memerhatikannya sedari tadi. Laki-laki itu langsung mengalihkan pandangannya dari Natsu.

"Kamura-kun, kamu jalan di depan," perintah Natsu seenaknya.

"Lho? Kenapa?"

"Aku gak nyaman. Jadi kamu saja yang di depan."

Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, Kamura langsung berpindah posisi.

Natsu hanya diam mengikuti. Sesaat ia berpikir, aneh rasanya jika Kamura mendatangi acara seperti ini karena pada pasalnya pria ini tipe introvert yang tidak pernah mendatangi acara apapun kecuali penghargaan.

"Kamu tidak mengerjakan PR?" tanya Natsu sekadar untuk mencairkan suasana.

"Apa? Eh, aku... sudah selesai." Kamura terdengar gugup.

Natsu mendengus, orang seperti Kamura pastinya dapat menyelesaikan tugas dalam sekejap. Natsu berpikir seharusnya dia tidak menanyakan hal seperti itu, baik pada Matsu ataupun Kamura.

"Kamu tadi ngapain di area sekitaran jembatan? Tidak biasanya kamu main ke taman."

Pertanyaan Natsu kali ini membuat Kamura tersentak. Laki-laki itu terlihat melirik ke belakang sekilas. "Eh, aku-anu, aku... cuma jalan-jalan."

Kembali Natsu mendengus. Kamura kaku sekali, herannya malah banyak perempuan yang suka sama dia. Memang secara fisik dan otak, Kamura oke, tapi dengan bicara seperti ini membuatnya terkesan seperti orang bodoh.

Setelahnya Natsu memilih bungkam sampai di sekolah. Dari luar memang terlihat beberapa orang yang berkeliaran menggelar acara-acara kelas. Mungkin karena menjelang akhir tahun.

"Kamu tidak ikut?" tanya gadis itu setelah mendapati Kamura yang hanya berdiri di gerbang depan.

Kamura menggeleng, mata sayunya menatap dalam manik mata Natsu. "Aku langsung pulang saja."

"Oke, baiklah kalau begitu." Natsu pergi begitu saja. Kenapa harus repot-repot membujuk, lagipula Natsu juga tidak menyukai Kamura. Pria itu cenderung terkesan aneh.

Dapat dikatakan dia tidak punya teman di kelas. Dia hanya membaca buku dan berolahraga secara individu. Itu saja.

Saat sudah cukup jauh dari gerbang sekolah, Natsu menoleh ke belakang hanya untuk memastikan Kamura benar-benar sudah pergi.

Namun ternyata, laki-laki itu masih di sana, memandangi Natsu. Kamura tersenyum kaku seraya melambaikan tangan.

Natsu mengernyit heran lalu berbalik dan mempercepat langkah menjauh. "Dasar cowok aneh."

____

[1] Halo.

[2] Apa

❄❄❄

-WINTER-

UwU, telat update hhehehehe😖

Maaf ya, akhir-akhir ini author memang kurang motivasi.

Author butuh banget nih semangat dari kalian. Mood berubah gara-gara IPK ehehehe

Semoga kalian mengikuti cerita Natsu sampai selesai yaaa😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro