Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aku Masih Ingin di Dekatmu***

🌸🌸🌸

Benar saja, tidak ada Matsu sama sekali di sana. Yori sudah bergabung dengan teman yang lain bersama Kobayashi, menginformasikan tentang hubungan yang baru saja mereka bangun. Semua tercekat kaget. Toh, setahu Natsu mereka masuk universitas yang sama.

Selama di mobil tadi, Natsu, Yori, dan Kobayashi hanya berdiam diri saja. Yori memintanya untuk tidak usah berbicara banyak setelah Kobayashi mengomentari penampilan Natsu yang amburadul.

Natsu menarik napas, memilih bersandar di pagar luar kelas mereka yang terletak di lantai dua. Memperhatikan jengkal halaman sekolah yang luas. Suatu hari nanti ia akan merindukan tempat ini. Dan juga kejadian, masalah, serta guru-gyrunya.

Tapi Natsu ingin lepas dari sekolah ini tanpa masalah sedikitpun. Ibaratkan orang yang meninggal, ia ingin mati secara tenang.

"Ya ampun Natsu?" Mika memekik lirih di belakang Natsu, Natsu hanya menoleh sekilas, ia tahu apa yang akan dikatakan perempua itu.

"Apa-apaan ini? Kamu pikir ini acara keulusan? Kenapa masih pakai seragam tadi siang?"

Natsu menghembuskan napas berat, "Mika, kau tahu dimana Matsu?"

"Aku? Tidak, kupikir dia datang bersamamu, bukankah kalian selalu bersama?"

"Sayangnya begitu." Natsu menenggelamkan kepalanya di antara kedua lengannya.

"Kalian kenapa? Apa ada masalah?" Mika mengerutkan dahinya. Natsu tidak menjawab. "Kau tidak menelponnya? Coba telpon Matsu terlebih dahulu." Natsu masih diam tidak menanggapi.

"Ahh, itu Kamura sudah datang!" Suara Mika sedikit tertahan. Natsu langsung mengalihkan pandngannya ke arah Kamura.

Seketika mata mereka saling bertemu, terlihat jelas ekspresi kekagetan yang nampak di wajah Kamura saat itu, mungkin karena melihat seragam dan mata sembab Natsu.

Mereka terdiam cukup lama.

"Oichi-chan ... k-kau datang?" Kamura berdesis, Natsu tidak menjawab. "Kau tidak apa-apa?" Tanyanya dengan suara yang masih gugup. Natsu masih tidak bereaksi sama sekali.

"Kamura-kun, aku ingin bicara." Jawab Natsu dingin.

🌸🌸🌸

"Matsu menyukaimu?" Natsu langsung menyampaikan inti permasalahannya setelah mereka sampai ke taman belakang sekolah. Mereka duduk di bangku yang sama dengan jarak yang sama seperti biasanya, tetapi Natsu merasa sangat jauh.

"Aku bahkan tidak tahu dia menyukaiku." Kamura menatap kosong ke depan, malam ini sebenarnya ia tampak lebih berbeda dengan kaus merah dan jaket abu-abu yang sengaja tidak diresliting dan celana jins hijau tua. Namun, Natsu sama sekali tidak memerhatikan hal itu, ia hanya ingin menyelesaikan masalahnya sekarang juga.

"Kau menyukainnya Kamura-kun?" Natsu mencoba bertanya lagi. Yang ia inginkan hanyalah jawaban iya dari Kamura Nisigaki.

Namun Kamura justru menundukkan kepalanya.

"Tidak." Jawabnya lemah. Jawaban itu seketika menusuk jantung Natsu sangat dalam. Dunianya seketika terasa runtuh.

"Kau tidak menyukai perempuan sepertinya?" Natsu tidak percaya, namun sekali lagi Kamura menggelengkan kepala. Natsu menghembuskan napas gusar.

"Kau mau membantuku menyelesaikan masalah ini?" Entah mengapa suara Natsu kembali terdengar serak.

"Tentu saja, bahkan meskipun Oichi-chan tidak memintanya." Kamura menatap dalam mata Natsu. Mereka terdiam sesaat.

"Kalau begitu, bicaralah kepadanya. Bicaralah kepada Matsu!" Terdengar suara Natsu yang semakin parau.

"Bicara apa?"

"Apapun itu agar dia bisa kembali seperti sebelumnya." Natsu merasakan matanya mulai panas, "aku tidak ingin mendapati dirinya yang seperti ini." Tenggorokannya tercekat, "katakan padanya ... bahwa kau juga menyukainya!" Permintaan Natsu tadi membuat Kamura menatap gadis itu tak percaya.

"Tidak bisa!" Kamura langsung menanggapi.

"Ke-kenapa?"

"Karena itu percuma saja. Matsu tidak akan mendengarkan." Kamura mengepalkan tangan erat, ia tidak ingin masalah ini justru menganggu hubungannya dengan Natsu.

"Kamura-kun ...."

"Tidak, Oichi-chan. Matsu tidak akan pernah mengerti, ia tak akan mendengarkan kita sama sekali."

Natsu menggeleng tidak percaya mendapati jawaban Kamura yang seperti itu, "lalu apa yang harus kulakukan?" Natsu memijat pelipisnya lalu menyembunyikan wajahnya di balik kedua telapak tangan.

"Tidak ada. Yang harus kau lakukan hanyalah menunggu hingga amarahnya mereda." Kamura menatap prihatin Natsu yang tengah terisak di sampingnya. Ingin rasanya Kamura mendekapnya saat itu juga, namun kali ini ia merasa Nastu sangat jauh darinya.

"Aku tidak mengerti ...." Natsu terisak dengan wajah yang masih tertutup, "kenapa dia justru memutuskan persahabatannya denganku seperti itu."

"Dia tidak akan melakukannya."

Natsu melepaskan tangan dari wajahnya, menoleh langsung ke arah Kamura.

"Saat itu apa yang Matsu katakan kepadamu tentangku?" Tanyanya langsung. Kamura terdiam, kemudian menjawab ragu. "di-dia menuduhku menyukaimu..." ucapnya pelan dan penuh keraguan.

"Tapi kau memang tidak menyukaiku, kan? Kita berteman ya, kan?" Natsu berusaha meyakinkan diri bahwa masih ada kesempatan memperbaiki semua ini.

Kamura menundukkan kepalanya dalam, Natsu semakin mendesaknya, "ayo katakan Kamura-kun! Kau tidak menyukaiku kan? Yang dikatakan Matsu itu salah, iya kan?" Natsu masih terisak, "ayo katakan!!" Teriaknya.

Kamura menahan napas. "Untuk hal itu ... ak-aku minta maaf."

Natsu menutup mulutnya tak percaya. Kamura menyukainya selama ini? Kenyataan itu justru terasa menyakitkan khususnya bagi Matsu, kenyataan itu akan menjadi batu loncatan pada permasalahan yang semakin rumit.

"Ak-aku minta maaf, Oichi ...." Kamura menjatuhkan tangannya ke bahu Natsu, ingin menenangkannya. Akan tetapi, Natsu menepisnya dan langsung berdiri meninggalkan Kamura.

"Oichi-chan!" Teriak Kamura berusaha mengejarnya.

"Cukup Kamura-kun!" Natsu berbalik badan, mengangkat kedua tangannya. "Pergilah kau ke Tokyo!"

Perkataan Natsu barusan langsung menusuk kedalam jantungnya. Kamura terdiam tak percaya, ia mematung seribu bahasa. Detak jantungnya berhenti seketika.

"Aku tidak mau bertemu denganmu lagi, kita bukan teman." Natsu berbalik badan dan berjalan meninggalkannya. Kamura hanya terdiam menatap tak percaya, kakinya terasa terpaku tidak dapat mengejar. Mulutnya bungkam. Natsu mengatakan hal itu kepadanya tadi? Kamura menutup wajahnya dengan satu tangan, mengepalkan tangannya menarik rambutnya.

"Oichi-chan!!" Teriaknya keras, menggema di seluruh areal gedung sekolah yang kosong. Namun sayang, Natsu sudah menghilang dari sana.

🌸🌸🌸

Dengan gontai Natsu menyeret kakinya, bersusah payah hingga sampai di pintu dormnya. Sekali lagi ia mengelap air matanya.

Tangannya mengetuk pelan pintu yang sama.

"Matsu-chan ...," Natsu menggigit bibirnya, "buka pintunya, kali ini saja." Tidak ada jawaban dari dalam, Natsu menarik napasnya yang masih tersendat.

"Matsu-chan, aku minta maaf! Tolong buka pintunya!"

Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam, Natsu menekan daun pintu, membukanya pelan.

Dormnya tidak terkunci. Perlahan Natsu melihat keadaan di dalam ruangan, Natsu tidak menemukan Matsu sama sekali di sana, ia mengerutkan dahinya.

"Matsu-chan?" Panggilnya pelan. Natsu menceri ke setiap sudut. Hingga akhirnya ia menyadari barang-barang Matsu sudah tidak ada di sana.

Perlahan air matanya menetes lagi, air mata itu terus mengalir di pipi merah Natsu yang menatap ke arah foto mereka di atas meja dengan kaca yang retak.

Natsu berjalan perlahan menuju foto tersebut. Foto dirinya, Matsu, dan Yori. Ada kertas kecil dengan tulisan Matsu disana.

"A choice is a door with some many kinds of roads with different story behind that, and I found you in my road where I choose."

Natsu langsung memeluk bingkai foto itu, terduduk di atas lantai dengan dada yang sesak. Matsu benar-benar pergi.

🌸🌸🌸

"Natsu!!?" Perempuan itu membelalakkan matanya melihat Natsu yang datang secara tiba-tiba.

"Oka-san!" Natsu langsung memeluk ibunya, tanpa mempedulikan ekspresi keterkejutannya.

Dengan perlahan, ibunya membalas pelukan Natsu, "ibu mengerti ...." bisiknya pelan, dia membiarkan Natsu melarutkan emosinya dalam pelukannya.

"Gomen-Nasai Oka-san." Dengan suara yang begitu parau, Natsu berbisik.

"Kakak!" Nene yang baru keluar dari kamarnya juga langsung menghamburkan pelukannya kepada Natsu dan dibalas dengan pelukan hangat yang senada.

Seketika Natsu merasakan kehangatan yang menjalar ke dalam dirinya meski Oto-san tidak ikut memeluknya. Dari Kyoto sengaja ia pulang ke rumah, setidaknya ia masih mempunyai tempat pulang meskipun ibunya tak pasti mau menerimannya atau tidak.

"Aku mendaftar ke Universitas Kyoto." Malamnya Natsu mencoba mulai mengajak ibunya bicara.

"Benarkah? Itu keren." Ibunya tersenyum. Melihat balasan ibunya barusan, Natsu merasa sedikit lebih lega.

"Maaf, ibu tidak datang ke kelulusanmu." Natsu mencengkram gelas cokelat hangatnya kencang. Sayup-sayup terdengar suara kartun TV yang ditonton Nene.

"Ibu mau memaafkanku?" Natsu tidak yakin saat melihat reaksi ibunya yang menatap tajam matanya.

"Kemarilah!" ibunya merentangkan tangan lebar, Natsu langsung menyembutnya dengan pelukkan. Hangat. Itulah yang ia rasaan saat itu.

"Gomen Nasai!" Bisik ibunya lirih. "Jika punya pilihan, ibu juga ingin pergi dari sini."

Syukurlah pertemuan ini terasa mudah.

"Bagaimana dengan laki-laki yang kau sukai itu?" Tanya ibunya kemudian.

"Tidak usah dibicarakan, tidak penting." Natsu sedang tidak ingin mendengar pembicaraan tentang semua orang di Kyoto baik Nishimura, Kamura, ataupun....Matsu?

Dia baru teringat tentang sahabatnya itu, bukankah dia juga di sini saat ini, bukankah dia di rumah orang tuannya? Setelah beberapa minggu yang lalu saat hari menyakitkan itu, Natsu baru pulang kerumahnya meskipun liburan sudah hampir habis.

Selama tes di Universitas Kyoto beberapa hari lalu, pikirannya selalu terngiang akan sosok Matsu hingga tidak konsen mengerjakannya.

Dalam benaknya, ia amat khawatir jika mereka tidak akan berteman lagi. Untuk Nishimura, meskipun sudah menyerah, tapi dalam benak Natsu paling dalam ia masih mengharapkan sosoknya. Natsu selalu menyediakan ruangan yang luas dalam hatinya untuk Nishimura.

Sementara Kamura, dia selalu menghindari pria itu sejak kejadian hari itu. Kamura masih berusaha mencoba menjelaskan semua, tapi Natsu tidak ingin mendengar apapun darinya, toh Natsu tidak akan perduli jika Kamura berubah pikiran untuk pindah kembali ke Tokyo.

Natsu memutuskan hubungannya dengan Kamura sama seperti Matsu memutuskan hubungannya dengan dirinya.

Sejenak Natsu menyadari, bukankah itu menyakitkan?

"Ibu, besok aku mau mengunjungi Matsu-chan, ada urusan yang ...."

"Apa-apaan kau ini?" Natsu terkejut begitu ibunya memotong cepat, "kau temannya Matsu, tapi kenapa tidak tahu kabarnya sama sekali?"

"Kab-kabar apa?" Natsu mengerutkan dahinya.

"Beberapa hari yang lalu, Matsu sudah berangkat bersama orang tuanya. Dia melanjutkan pendidikan di Tokyo."

Refleks, Natsu menjatuhkan gelasnya.

🌸🌸🌸

"Aku ingin kita selalu seperti ini." Natsu merentangkan tangannya.

"Aku juga." Matsu memejamkan mata, merasakan sinar bintang di dalam pikirannya. "aku tidak akan meninggalkanmu jika kau tidak meninggalkanku." Matsu tersenyum mengucapkan hal itu kepada temannya, Natsu membalas anggukkan.

"Bagaimana jika ternyata satu di antara kita pergi?" Tanya Natsu.

Matsu tersenyum, "buatlah surat untuk masing-masing dari kita." Matsu menatap bintang, "buatlah surat itu untuk bintang, gantungkan di loteng rumahmu. Untuk itu kita akan saling mengingat."

"Mengapa harus di loteng rumahku?"

"Karena kita sekarang di loteng rumahmu!" Mereka berdua tertawa. "tapi Natsu, ingatlah satu hal ini, apapun yang terjadi, kita selalu ada di sini." Matsu menunjuk ke arah dadanya.

Hatinya.

Untuk Matsunewa Yanao,

Masih ingat dengan mimpiku yang ingin menjadi penulis? Masih ingat dengan janjiku yang akan mengabadikan persahabatan kita ke salah satu karyaku nanti? Bagaimana caraku mendeskripsikan tentang dua gadis di kebun timun yang justru meributkan apakah tomat adalah sayur atau buah buahan, hingga tentang dua gadis yang meributkan apakah warna kesukaan pria itu biru atau merah atau apakah makanan kesukaan pria itu Onigiri atau Udon?

Kau marah karena aku lebih banyak menangisi Nishimura dibandingkan dirimu bukan? Tapi bukankah itu justru baik? Bukankah hal itu membuktikan bahwa denganmu aku merasa lebih nyaman? Lalu aku tak pernah sadar tentang kita yang bukan lagi anak-anak, tentang kita yang tumbuh dewasa begitupula dengan ego masing-masing. Sampai-sampai kau memutuskan persahabatan kita.

Saat itulah aku meragukan tentang definisi persahabatanmu kepadaku. Tidak istimewakah cerita kita? Atau kita yang melukisnya dengan tinta merah? Sekarang saat kau benar-benar meninggalkanku tanpa menoleh atau menitipkan salam perpisahan, aku baru tersadar bahwa aku hanyalah lembaran lampau bagimu, halaman yang terlalu jauh kau lewati. Namun, kau adalah dirimu, masih pada tempat yang kau tunjukkan padaku dulu.

Natsu-

🌸🌸🌸

Y

U

K

I

-SPRING-


Ohaiyoo!!
Akhirnya update pagi lagi.

Gimana ceritanya? Semoga suka dan tetap lanjut ke chapter berikutnya🎋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro