I'm Here with You
Berjalan bersampingan dengannya adalah keinginan abadinya, tidak ada rasa bosan sedikit pun. Bersamanya sudah cukup, namun keinginan itu terkadang tak bisa terwujud dengan mudah, mereka yang menghalangi harus dimusnahkan.
"Tch," decihan kesal keluar ketika melihat Yugi sedang bersama teman-temannya.
Dia tidak bisa menyingkar mereka karena Yugi pasti akan sedih, dia tidak ingin melihat Yugi bersedih tetapi dia juga tidak ingin Yugi hanya melihat mereka saja. Dia ada disini.
"Kaiba-kun!"
Dari kejauhan Yugi sadar akan keberadaannya, lalu menghampirinya, kedua tangannya otomatis tertarik ke belakang punggung.
"Yugi-kun selamat pagi."
"Selamat pagi juga." Yugi memperhatikan Kaibaa beberapa saat ketika dia mengecek jam tangannya, jam masuk sekolah sebentar lagi akan berbunyi, jarang-jarang dia datang ke sekolah di waktu dekat dengan jam masuk. "Tumben Kaiba-kun datang siang."
"Ada keperluan tadi hahahaha ...."
Dalam tawanya tersimpan sebuah kebohongan, untuk saat ini cukup dia saja yang tahu, semua yang telah berniat untuk mencelakai Yugi akan dilenyapkan tanpa jejak.
"Begitu ya, Kaiba-kun ayo kita ke kelas."
Kaiba mengangguk sembari tersenyum tipis, Kaiba mengikuti Yugi dari belakang, matanya bergerak ke sekeliling, menatap tajam satu persatu murid yang ada di lorong dan juga kelas. Aura Kaiba begitu gelap seperti mengintimidasi sekitarnya kecuali Yugi.
Para murid menjadi segan untuk mendekati Yugi karena kehadiran Kaiba.
"Yugi-kun, bagaimana hari ini kita pulang bareng lagi?"
"Kaiba-kun ingin pulang bareng denganku?"
"Tentu saja, kebetulan aku ingin datang ke arkade sepulang sekolah nanti."
Yugi menundukkan kepalanya sedikit, wajahnya sedikit memerah, dia bukan tersipu diajak ke arkade oleh Kaiba. Lirikan matanya ke kiri-kanan dan Yugi mulai terlihat gugup. Kaiba tentu langsung sadar ada sesuatu yang disembunyikan Yugi.
"Hari ini aku sibuk ada ... ada yang harus aku lakukan."
Kaiba tetap berusaha untuk terlihat ceria dengan senyumnya meski di balik senyum itu ada aura menyeramkan ditutupinya, rasa kesal menyeruak dalam hatinya. Dia harus tahu apa yang harus Yugi lakukan, kemungkinan bertemu dengan seseorang.
Dia harus mengetahui siapa orang itu.
"Baiklah kalau begitu, lebih baik kita masuk kelas, teman-temanmu itu sudah pergi masuk."
"Ayo Kaiba-kun."
Sepulang sekolah Kaiba langsung pergi begitu saja dari dalam kelas, kepergiannya itu disadari oleh Yugi tetapi Yugi hanya memperhatikannya saja sampai Kaiba hilang dibalik tembok.
Suara gertakan gigi dari mulutnya menampakkan rasa kesal yang dipendamnya sedari pagi. Dia akan mengikuti Yugi, dia akan menunggu Yugi di gerbang sekolah.
"Siapa yang akan dia temui?"
"Tidak akan kumaafkan."
"Akan kulenyapkan kau."
Kaiba diam berdiri di dekat gerbang sekolah sembari pura-pura menunggu dijemput.
Yugi dan Kaiba bertemu lagi, pertemuannya singkat hanya saling sapa dan berpisah.
Kaiba mulai mengikuti Yugi dari belakang sembunyi-sembunyi, Kaiba bisa saja terang-terangan mengikuti tetapi Kaiba malas berjalan bersampingan dengan keempat 'sahabat' Yugi yang berisik.
10 menit berlalu, Kaiba melihat Yugi berpisah dengan temannya, lalu berbelok ke kanan. Kaiba segera menggerakkan kakinya, dia melihat seorang perempuan berambut biru.
"Dia kan ... hmph, kamu berani sekali. Rasa Kageyama."
Kaiba membalikkan badannya dan pergi, dia berhenti, cukup tahu sampai sini saja, selanjutnya dia akan menghukum perempuan itu.
Kaiba tidak pulamg ke rumahnya melainkan ke suatu gudang besar, di dalam sana ada seorang pemuda berbadan besar, berambut hitam diikat ponytail, pemuda itu duduk sambil terikat kedua tangan dan kakinya.
Kaiba berjalan mendekati sebuah meja, di atas meja tersebut berserakan benda tajam. Tas di tangan kirinya dijatuhkan ke tanah begitu saja, tangan kanannya mengambil sebuah pisau. Selanjutnya Kaiba menghampiri pemuda itu, pemuda yang seperti sudah tak bernyawa, penuh dengan sayatan, pukulan dan juga bekas darah yang sudah mengering.
"Ushio, hari ini kamu akan bertemu dengan teman baru."
Kaki kanan menendang tubuh komite disiplin itu dengan keras.
"Masih hidup 'kah?"
Pisau ditangannya dia tancapkan ke pundak pemuda itu dalam sekali ayun.
"Sudah mati ternyata."
Tempat yang ditusuk oleh pisau tersebut masih mengeluarkan darah, tetes darah mengalir keluar, menetes ke tanah.
"Pura-pura pingsan?"
"Ah sudahlah." Kaiba mencabut pisau itu dalam sekali tarik, lalu dia tusukan ke leher Ushio. "Hmph."
Seringai mulai menghiasi wajah Kaiba, perasaan senang yang bergejolak, darahnya seolah bergerak dengan cepat di dalam tubuhnya.
"Meskipun melenyapkanmu tidak membuat kemarahanku dendam terhadapmu yang sudah menginjak Yugiku."
Seringainya makin lebar.
"Ah iya Risa Kageyama, malam ini kita akan bertemu malam ini."
Kaiba meninggalkan gudang itu, sekarang dia akan menuju game shop, perempuan itu pasti ada disana, perempuan itu mendekati Yugi pasti ada alasannya.
100 meter dari sana Kaiba melihat sesuatu yang dari jendela kamar Yugi. Kaiba tidka menyangka perempuan itu sudah bergerak dan dia melihat kalung millenium puzzle milik Yugi, segera Kaiba berlari mengejar Risa.
"Cih, kenapa kamu mengikutiku?!" Lamgkah Risa terhenti berbalik badan dan membentak Kaiba.
"Kembali millenium puzzle milik Yugi-kun."
Nada bicara Kaiba masih seperti biasa, tidak terlihat seperti orang jahat, matahari akan berganti dengan bulan. Ketika bulan datang dia tidak akan ada kata ampun untuk perempuan itu.
"Tidak akan kuserahkan!" Risa mengeluarkan sebuah pecut.
"Oh apakah kamu bisa mengalahkanku dengan benda itu?"
"Kamu ... Kaiba 'kan? Hmhmhm ... anak orang kaya seperti bisa apa? Kamu tidak mungkin bisa mengalahkanku dengan tangan kosong!"
"Kita lihat saja nanti."
Kaiba menjatuhkan lagi tasnya ke tanah. Dia mulai berjalan mendekati Risa dengan tenang seolah tak takut dengan pecutan perempuan berambut biru itu.
"Kamu tidak menyerangku?" tanyanya dengan senyum mengejek.
"Dasar anak orang kaya sok!"
"Sshhh ... jangan bergerak aku tidak ingin millenium puzzle ounya Yugi-kun kena cipratan darah kotor milikmu," bisiknya.
"Sejak kapa--" Risa sangat terkejut Kaiba sudah berada di dekatnya tangan kanannya dicengkram kuat sampai tak bisa digerakkan sama sekali.
"Mimpi indah Risa Kageyama."
Dari dalam lengan baju seragamnya keluar sebuah pisu, Kaiba menggunakan pisau itu untuk merobek leher Risa dalam sekali coba.
Darah langsung muncrat keliar dengan deras dari lehernya.
"Kuhhh ... Kaiba ... si ... al ...."
Tubuh Risa jatuh.
"Aku mengambil millenium puzzle-nya, dadah."
Kaiba pun pergi dari tempat itu tak lupa mengambil kembali tas hitam miliknya, Kaiba pun dengan senyum di wajahnya berjalan menuju game shop.
"Yugi-kun!" Kaiba berlari menghampiri Yugi yang beraing di atas trotoar tak sadarkan diri.
"Demam? Jangan memaksakan dirimu kalau sedang sakit, ada aku yang akan menyelesaikan semuanya untukmu."
Kaiba mengalungkan millenium puzzle pada dirinya, lalu menggendong Yugi kembali ke kamarnya.
"Aku ada disini Yugi-kun. Jangan khawatir, anak perempuan itu tidaka akan mengganggumu lagi."
Dahi Kaiba bercahaya muncul lambang mata. Kaiba melepas milkenium puzzle dan menaruhnya di atas meja belajar Yugi.
"Kita bertemu lagi besok Yugi-kun, selamat tidur."
Keesokan harinya tidak ada lagi yang menganggu rencananya dan hari ini Yugi mengiyakan ajakannya, Yugi tidak menanyakan apapun soal kemarin atau perempuan bernama Risa Kageyama.
"Kaiba-kun, aku duluan ke kelas ya."
"Ya."
Kaiba menatap Yugi dari kejauhan. Sepulang sekolah Kaiba mendekati Yugi, dia tersenyum tanpa memperdulikan tatapan tak suka dari keempat teman Yugi.
Yugi sama sekali tidak berpikiran macam-macam dengan kedatangan Kaiba karena dia sudah janji juga untuk pulang bersama
"Ada apa Kaiba-kun?"
"Yugi-kun, apakah aku boleh pulang bersama dengamu?" tanyanya lagi, seolah meyakinkan sesuatu.
Yugi hendak membalas, "Tapi rumah Kaiba-kun 'kan tidak searah denganku." tetapi dia urungkan, Yugi tak ingin terdengar menolak pertanyaan itu. "Tentu saja, aku sudah janji." Yugi mengangguk.
"Hanya berdua."
"Eh? Yang lain bagaimana?"
"Apakah Yugi-kun keberatan? Aku bisa mengantarkan mereka pulang dengan mobilku."
Yugi menggaruk kepala bagian belakang. "Engga ... bukan begitu tapi ya tidak apa, ayo kita pulang bareng."
Sesampainya di depan gerbang sekolah Yugi melambaikan tangan pada teman-temannya yang akan diantar pulang dengan mobil Kaiba.
"Yugi! Kami duluan!"
"Selamat menikmati perjalanan kalian."
Setelah mobil hitam pergi, Kaiba tersenyum.
"Ayo Kaiba-kun!"
Dipertengahan jalan Yugi berhenti berjalan dan menghampiri seekor kucing hitam yang terus-terussan mengeong tanpa henti.
"Kaiba-kun, kucing ini lucu."
"Ya."
Namun pandangan mata Kaiba pada kucing itu menajam seperti benci dengan kehadiran si kucing. Kaiba menunjuk stand es krim di seberang jalan, dia mengajak Yugi untuk makan es krim terlebih dahulu dan mekinta Yugi membelikan dua es krim untuk mereka menggunakan uang pemberian Kaiba.
"Baik."
Setelah Yugi pergi, pandangan Kaiba beralih pada si kucing, si kucing yang merasa dalam bahaya menggeram.
Sebelum Yugi kembali dari membeli es krim Kaiba sudah menghampirinya diluar antrian.
"Kaiba-kun!"
"Yugi-kun."
Kaiba bersikap seperti biasa.
"Kaiba-kun, itu ada bercak kemerahan di lengah seragam."
Kaiba mengusap ujung lengan seragamnya. "Iya tadi aku tak sengaja menubruk orang yang sedang makan."
"Oh begitu ya."
"Ya."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro