Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🐈 Part 26 🐈

Your Wife Is Mine

Part 26

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Illy mendorong troli belanjaan di super market. Memilih bahan-bahan makanan yang perlu ia beli. Meski Illy berbelanja sendirian, ia tampak semangat sekali. Jangan tanyakan apa penyebabnya. Setelah dirasa penuh, Illy segera membawanya ke kasir untuk membayar. Beruntung kasir dalam keadaan aepi, ia tidak harus mengantri untuk membayar. Dua kantung ia terima, segera keluar dari super market dan mencari taxi untuk pulang.

Cuaca tampak panas, ia memilih duduk sebentar pada kursi yang disediakan di depan super market. Meraih minuman dingin yang sempat ia beli dan meneguknya. Mengalirkan kesegaran di tenggorokan. Illy duduk dengan mengamati jalan berharap ada taxi yang lewat.

Beberapa saat duduk, Illy melihat taxi dari kejauhan. Ia meraih kantung belanjaannya dan bersiap untuk menghentikan taxi. Namun, baru saja ia bangkit, tanganya ditarik tiba-tiba oleh seseorang yang menggunakan hoody. Belum lagi orang itu masih mengenakan topi juga. Jika dilihat dari postur tubuhnya, dia pasti laki-laki. "Hey! Lepaskan!" teriak Illy. Nasib malang menimpanya karena keadaan sekitar yang sepi, tidak ada yang dapat membantu dirinya.

Illy dibawa ke bagian belakang super market, rasa cemas dalam diri Illy semakin menjadi. Takut jika dia akan menjadi korban perampokan seperti di tivi-tivi. Di mana korbannya akan dilecehkan terlebih dahulu.

"Lepas!" Illy kembali berteriak, ia memukul seseorang yang sedari tadi menarik tangannya dengan kantung belanjaan. Namun, apalah daya tenaga seorang wanita yang tidak akan berarti bagi pria.

"Lepaskan! Kamu siapa?"

"Ssst, Illy. Ini aku." laki-laki itu melepas topinya, tidak lupa hoody yang ia kenakan di kepala. Mata Illy melotot, mulutnya terbuka kala melihat siapa seseorang di hadapannya.

"Nicky?" ucap Illy tidak percaya. "Kamu kenapa tarik-tarik aku?"

"Terpaksa, Sayang." Panggilan Nicky menyadarkan Illy akan suatu hal.

Illy mengerjap. "Kamu kenapa berdandan seperti ini? Kamu mirip buronan saja."

Illy sempat melihat Nicky yang terkejut akan ucapannya, lalu sesaat kemudian mengibaskan tangan di depan wajah keduanya. "Jangan pedulikan penampilanku. Kamu ke mana saja? Aku sudah menunggu kamu sejak tadi di cafe," ucap Nicky yang terdengar sangat kesal.

Lagi-lagi mata Illy melotot. Cafe, Illy lupa. Ia melupakan janjinya untuk bertemu dengan Nicky. Ia menatap wajah Nicky yang menuntut penjelasan. Illy menunduk, ia merasa bingung harus menjawab apa. Namun, pandangan Illy yang tertuju pada kantung belanjaannya membuat ia mendapatkan sebuah ide. Sebelum berucap, Illy menarik napas dalam. "Kamu tidak melihat apa yang aku bawa?" tanya Illy dengan mengangkat satu tangan yang memegang kantung belanjaan.

Nicky mengamati sebentar lalu memandang Illy kembali. "Aku masih harus belanja keperluan memasak. Karena ini juga aku bisa keluar dari rumah Bara. Kalau bukan karena ini, mana bisa." Nicky hanya mengangguk, tanda ia mengerti dengan penjelasan Illy. "Jadi, bagaimana?"

"Kita ke cafe." Nicky menaikkan penutup kepala hoodynya kembali dan memakai topi. Lagi, Nicky menarik Illy begitu saja. Tak memedulikam langkah Illy yang kesusahan mengimbanginya.

"Pelan-pelan Nicky." Illy berharap Nicky mau mendengarnya. Akan tetapi, harapannya sia-sia. Nicky tetap menariknya menuju mobil yang membuat Illy menatapnya penuh tanya.

Setelah Nicky membuka pintu mobil bagian Illy, juga Illy yang sudah duduk, Nicky segera mengitari mobil dan duduk di balik kemudi. segara menjalankan mobil itu dari tempatnya. "Mobil siapa?" tanya Illy kemudian saat mereka hanya diselimuti keheningan.

Nicky melirik sejenak Illy. "Temen," jawab Nicky. "Kamu tahu, aku nunggu kamu hampir dua jam di cafe. Capek, aku pulang. Tapi untung saja tadi aku melihat kamu."

"Ya maaf. Kan, tadi aku harus belanja dulu." Alis Nicky terangkat, menatap heran Illy saat mendengar jawaban Illy yang seperti malas berbicara dengannya.

Tak lama, mobil yang Nicky bawa berhenti di depan cafe yang memang direncanakan mereka untuk bertemu. Keduanya tirin bersama, memasuki cafe dan memilih duduk di sudut ruangan. Sepertinya, apa yang akan Nicky sampaikan sangatlah penting. Sehingga Nicky mengambil tempat yang sangat jauh dari beberapa pengunjung.

"Kita pesan dulu." Nicky memanggil pelayan cafe, memesan dua minuman dan menunggu minuman itu datang. Rupanya, Nicky tetlihat berhati-hati sekali.

Dua minukan dingin sudah ada di depan keduanya. Nicky sedikit membungkuk, mendekatkan diri pada Illy. Berucap dengan pelan berharap tidak akan ada yang tahu dengan apa yang ia bicarakan pada Illy. Sedangkan Illy, ia mendengarkan Nicky dengan baik. Meresapi apa yang Nicky sampaikan. Terkadang, kening Illy terlipat, juga Illy yang menampakkan wajah terkejut. Pembahasan mereka, sangat mencurigakan.

☁☁☁

Bara masih duduk di kursi kebesarannya. Hanya duduk tanpa melakukan apa-apa. Ah, tidak. Ia melakukan kegiatan. Ya, kegiatan memandangi foto wanita cantik di depannya. Bara mendengar pintu ruangannya diketuk. Ia mendongak saat pintu terdengar terbuka. Ia kembali mengalihkan pandangan pada foto saat melihat keberadaan Lova di sana.

"Kamu sibuk?" Lova bertanya. Bara hanya menggeleng untuk menjawab. Lova, berjalan dengan anggun mendekati Bara. Berdiri di belakang Bara dan merangkul leher Bara dari belakang. Menumpukan dagu pada pundak Bara.

Ia melihat foto yang ada di tangan Bara, menatap Bara sejenak. "Kamu masih memikirkannya?" Bara tidak menjawab, ia hanya memijit keningnya.

"Kamu masih mencintainya." Bukan pertanyaan, tetapi pernyataan dari Lova. Lova tersenyum, ia mencium pipi Bara singkat. "Jangan dipendam, Nanti kamu tambah sakit." Lova semakin mengeratkan pelukannya pada leher Bara.

"Aku hanya merasa ... semua ini sangat melelahkan." Bara mengembuskan napasnya dalam. Seperti orang yang benar-benar merasa lelah. Entah, lelah karena apa.

"Aku tahu kamu bisa. Sebentar lagi. Percayalah semua akan berakhir." Lova memberi keyakinan pada Bara.

"Apa semua akan sesuai dengan yang sudah ditentukan?" Lova mengangguk yakin. Ia memberikan keyakinan pada Bara.

"Mana Bara yang aku kenal? Bara kecil yang aku kenal tidak seperti ini. Dia cerewet dan pejuang keras." Bara terkekeh. Tangannya terulur untuk membelai kepala Lova yang masih bertumpu di pundaknya.

"Ayo! Aku ingin belanja. Kamu harus mentraktir aku." Lova bangkit, ia menarik paksa Bara agar mau menurutinya. "Ayo, Bara! Kamu tidak bisa menolak. Aku sudah bertanya jadwal kamu ke Sekretaris kamu. Dan jadwal kamu kosong. Jadi, kamu harus menuruti aku." Mau tidak mau, Bara pun bangkit dan menuruti kemauan Lova.

"Baiklah! Tapi kita pulang dulu, ada sesuatu yang harus aku lakukan." Lova mengangguk dengan semyuman. Masih setia menarik Bara.

☁☁☁

Illy baru saja turun dati taxi, ia melangkah gontai memasuki mension Bara. Sepanjang perjalanan pulang tadi, ia dihadapkan dengan kebingungan. Apa yang Nicky sampaikan berputar di otaknya. Entah kenapa? Ada sedikit rasa ragu di hatinya. Haruskah ia melakukan apa yang Nicky arahkan? Sungguh! Illy benar-benar merasa bingung.

Saking Illy tidak fokus, ia tidak menyadari jika mobil Bara terparkir di depan rumah, ia membuka pintu begitu saja. Bahkan, ia tidak menyadari jika ia membuka pintu tanpa kunci. Tepat saat ia menutup pintu, suara tegas mengejutkannya.

"Dari mana kamu?"

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈

Mom up lagi

Selalu setia memberi vote dan komennya, ya.

😊😊🤗🤗🤗🤗🤗😇

🐈Salam🐈
EdhaStory
🖤🖤🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro