Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

🐈 Part 13 🐈

Your Wife is Mine

Part 13

🐈🐈🐈🐈🐈☁☁☁🐈🐈🐈🐈🐈






Illy keluar dari taxi yang baru saja ia tumpangi. Di sinilah ia sore ini, di depan kantor yang dulunya milik sang suami. Yang sekarang sudah berganti menjadi milik Bara. Ia memandang gedung perkantoran di hadapannya dengan gelisah. Setelah seharian ini ia berkeliling mencari pinjaman, inilah pilihan terakhirnya. Tidak ada yang bisa membantunya. Sebenarnya, memang siapa yang akan memberikan pinjaman sebesar itu? Belum lagi kondisinya pun seperti ini. Ingin ia berbalik dan mengurungkan niatnya, tetapi itu tidak mungkin. Apalagi, sebentar lagi waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Batas akhir sang adik harus melunasi uang kuliahnya.

Memejamkan matanya sejenak untuk mengumpulkan keberanian, Illy pun mulai memasuki lobbi kantor. Berbeda dari yang biasanya di mana ia yang akan langsung menuju ruangan Bara, kali ini ia menuju meja Reseptionis untuk menanyakan keberadaan Bara di kantor.

Setelah mendapat jawaban bahwa Bara ada di ruangannya, Illy pun segera menaiki lift menuju lantai ruangan Bara. Sesampainya di sana, ia mendapati Sisil yang menatapnya bingung. "Ibu Illy?" Illy hanya memperlihatkan senyum canggungnya. Meski Nicky bukan lagi atasan Sisil, wanita itu tetap memanggilnya dengan sebuat Ibu.

Illy mendekati Sisil tang sudah berdiri dari duduknya. "Bara ada di dalam?" tanya Illy.

Sisil mengangguk. "Ada, Bu. Sebentar." Sisil mengetuk pintu ruangan Bara sebentar. Setelah mendapat balasan dari dalam, wanita itu membuka pintu ruangan Bara. "Maaf, Pak. Ada Ibu Illy yang ingin menemui Bapak." Hening sesaat, perlu beberapa waktu untuk Illy dapat mendengar suara dari dalam.

"Biarkan dia masuk." Entahlah, mendengar bahwa ia diperbolehkan masuk malah membuatnya gelisah. Setelah Sisil memintanya untuk langsung masuk, langkahnya terasa berat. Namun, ia harus melakukan ini.

☁☁☁

Bara masih berkutat dengan berkas-berkasnya saat ia mendengar pintu ruanganya diketuk. Setelah ia mempersilahkan seseorang di luar sana masuk, ia sempat terkejut dengan apa yang diberi tahukan oleh Sekretarisnya. Namun, ia dengan cepat bisa menguasainya, karena ia pun sudah mengira bahwa hal ini akan terjadi.

Tak lama, seorang wanita yang ia kenal memasuki ruangannya dengan kepala menunduk. Berbeda sekali dengan kedatangannya beberapa hari lalu yang selalu membuka pintu ruangannya secara kasar. Jangan lupakan tatapan marah yang orang itu tujukan kepada Bara. Namun, kali ini apa yang Bara lihat sangatlah jauh berbeda. Bara sedikit menatap Johan, tanpa kata Johan pun meninggalkan ruangan Bara.

Terlihat Illy pula yang menatap kepergian Johan. Bara memilih bangkit, berdiri sembari menyandarkan tubuhnya pada meja kerjanya. Tangannya ia lipat di depan dada. "Ada perlu apa Ibu Illy darang menemui saya?" Pertanyaan Bara mampu menyadarkan Illy dari pandangannya pada arah kepergian Johan.

Bara hanya menatap Illy dalam diamnya, cukup lama wanita itu diam. Hingga Bara bisa mendengar niatannya untuk datang. " Ak-aku membutuhkan bantuan," ucapnya lirih. Kepalanya pun menunduk dengan jari yang saling bertaut. Gerak-gerik Illy yang seperti itu, membuat Bara tertawa puas di dalam hati.

"Maksudnya?" Bara tidak berbohong. Ia memang tidak mengerti bantuan apa yang wanita di hadapannya butuhkan. Ia hanya ingin kata-kata yang jelas.

"Aku membutuhkan uang." Hanya itu yang Illy katakan, tanpa mengatakan untuk apa uang itu. sebenarnya, tanpa dijelaskan lebih jelas, Bara juga tahu Illy membutuhkan uang untuk apa. Yang sejujurnya, ada gerakan cantik dari tangannya atas semua peristiwa.

Bara mengelus dagu dengan kedua jarinya. "Maaf sebelumnya. Saya tidak suka meminjami uang, tetapi saya lebih suka memberikan uang." Siapa pun akan bahagia jika mendengarkan seseorang berkata demikian kepada kita yang sedang dalam keadaan membutuhkan uang banyak, dan tentunya mendesak. Akan tetapi, tidak bagi Illy.

"Lalu ... apa imbalannya?" Kali ini, Illy memberanikan diri menatap Bara tepat pada bola mata legamnya.

Bara tertawa, dalam hati ia memberi salut pada Illy yang memang sedari dulu sangat berani. "Oh ayolah! Kata imbalan cukup kasar, Illy." Kali ini, Bara hanya memanggil nama pada Illy. "Bagaimana kalau kita menyebutnya hubungan simbiosis mutualisme. Lebih halus bukan?" tanya Bara dengan satu sudut bibir tertarik ke atas membentuk sebuah seringai. Percayalah, Illy begitu menahan rasa muak dalam dirinya.

"Katakan!"

Kali ini, wajah Bara menampakkan mimik datarnya, dingin. Tawa yang terdengar sebelumnya bak sebuah ilusi yang tak sengaja didengar. "Penawaran. Penawaran yang aku tawarkan padamu sebelumnya, Illy." Kedua bola mata lentik dan tajam itu saling menatap dalam. Yang satu mengisyaratkan akan sebuah protes, sedangkan yang satu mengisyaratkan seolah tidak ada penolakan darinya.

Sesaat kemudian, mata Illy terpejam rapat, ia mengembuskan napas dalam. "Aku masih istri Nicky."

"Tidak masalah." Bara sama sekali tidak memedulikan wajah bingung Illy, tangannya meraih satu map di antara tumpukan map di atas mejanya. Setelah mendapatkan satu yang ia inginkan, ia mengulurkannya pada Illy.

Tak ada gerakan apa pun dari Illy, membuat Bara menunjukkan map itu dengan sorotan mata tajamnya. Tak perlu pembaca gerak tubuh untuk mengartikan bahwa Bara menginginkan Illy meraih map itu dari tangannya. Berjalan ragu, Illy mendekati Bara dan menerima map itu. "Apa ini?"

"Buka saja." Tanpa menunggu lama, Illy membuka map itu. Betapa terkejutnya ia saat membaca deretan kalimat di sana. Ia memandang wajah Bara dan map itu bergantian berkali-kali. Sesaat kemudian, Bara mengambil map itu secara tak terduga dan berhasil mengejutkan Illy. Illy pun memandangnya bingung.

"Johan!" Suara Bara terdengar tegas. Tak lama, pintu ruangan Bara terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang sebelumnya berada di dalam ruangan Bara. Laki-laki itu dengan patuh menerima sebuah map yang diulurkan Bara kepadanya. Seolah tahu apa yang harus ia kerjakan, tanpa bertanya pun ia berniat meninggalkan Bara dan Illy.

Illy meremas tangannya ketika pintu itu kembali ditutup oleh Johan. Tak berani memandang Bara, ia hanya menunduk dengan gelisah. Sedangkan Bara, ia tidak suka diacuhkan. Apalagi, oleh orang super ekspresif seperti Illy. Ia pun mendekati Illy, menarik dagunya agar Illy mendongak menatapnya. Untuk sesaat, mata mereka saling beradu pandang. Menyelami satu sama lain.

Masih pada posisi yang sama, pandangan Bara tertuju pada bibir pink mungil milik Illy. Bara membawa wajahnya untuk mendekati wajah Illy. Sedangkan Illy yang melihat itu reflek memejamkan matanya. Hingga napas hangat terasa benar menerpa wajahnya. Namun, hingga beberapa detik berikutnya, ia tidak merasakan apa pun. Ia memberanikan diri untuk membuka mata. Saat itulah, wajah Bara penuh senyum miring terpampang jelas di wajahnya. Seolah mengejek dirinya.

Di depannya, lagi-lagi Bara tertawa puas dalam hati. Ia melepaskan dagu Illy dan menepuk pipi chubby itu pelan. "Sebaiknya kita segera fiting baju," ucap Bara kemudian yang kembali tertawa di dalam hati karena melihat wajah di depannya yang terkejut. "Cepatlah!"

"A-Bara." Bara hanya mengangkat satu alisnya untuk bertanya. "Bisakah ... bisakah kamu memberiku uang sekarang? Separuh, separuh saja dari yang aku minta. Sebentar lagi, waktu untuk pembayaran uang kuliah adikku akan habis. Jadi ...." Illy tidak dapat melanjutkan kata-katanya, ia hanya mampu bergerak gelisah di tempatnya saat melihat wajah datar milik Bara.

Sesaat kemudian, Bara menampilkan senyum manisnya, hal yang tidak terduga oleh Illy. "Apa maksudmu dengan separuh. Kamu adalah calon istriku, berapa pun yang kamu minta, pasti akan aku berikan." Di tempatnya, Illy yang sebelumnya merasa tegang kini bahunya tampak turun merasa lega. "Sudahlah! Semua itu akan diurus oleh Johan. Kita harus ke butik sekarang." Illy memaksakan senyumnya, lalu mengangguk menyetujui Bara.

Bara kembali menarik salah satu sudut bibirnya. Ia mulai melangkah terlebih dahulu dari Illy. Memakai kaca mata hitamnya, ia bergumam. "Bitch." Sebuah seringai tak dapat Illy lihat tercetak di wajah Bara. Kepuasan dari keberhasilan akan apa yang ia rencanakan.

🐈🐈🐈🐈🐈☁️☁️☁️🐈🐈🐈🐈🐈

Pagiii 😁😁😁

Yok!
Vote
Komen
Follow WP
Follow Ig : evi_edha94

Yang mau lihat trailernya boleh tuh lihat di sana. 😉

Love you
😘😘😘😘😘

🐈Salam🐈
☁️ EdhaStory☁️
🖤🖤🖤🖤🖤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro