Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6

*beep beep beep*

Suara alarm handphone itu, menggema di sebuah kamar khas laki-laki. Sinar sang surya, yang menyusup dari jendela yang terbuka, nampak tidak cukup mampu untuk membangunkan manusia yang tertidur dengan nyenyaknya itu.

"Ugh" Erang seorang pria, yang nampaknya cukup terusik dengan bunyi alarm yang berulang-ulang itu. Tanggannya menggapai-gapai ke bawah, mencari sumber suara.

Dan, dia pun berakhir terjatuh dari ranjang, dengan bunyi benturang yang cukup keras. "Aduh" Ucapnya dengan tubuh terbentur lantai, terbungkus selimut.

Dia pun duduk dengan pelan, lalu menyibakkan selimut itu dari tubuhnya. Matanya terbuka, dia mengedipkan mata untuk beberapa kalinya. Pandangannya terfokuskan ke depan, melihat sebuah seragam laki-laki khas anak SMA.

"Dimana..." Ucapnya, namun langsung menghentikan kata-katanya. Tangan kanannya memegang tenggorokannya, mencoba memastikan sesuatu. Ekspresinya terlihat sangat panik.

Tangannya lalu berpindah ke dada bidangnya, mencoba menemukan tonjolan yang biasanya ada, namun sekarang hilang, tergantikan oleh dada yang bidang. Matanys menatap kebawah.

Dia mengfokuskan pandangannya ke sesuatu-di-antara-selangkangannya. "Ada sesuatu yang mengganjal....." Ucapnya. Tangannya makin kebawah, ingin menyentuh sesuatu tersebut.

Tap

"Aghh!" Ucapnya terkejut, dan langsung mengangkat tangannya, dengan kedua pipi yang merona merah. Astaga....

Dia lalu membilas wajahnya dengan air, dan melihat refleksi wajahnya, yang dipantulkan oleh cermin. Dia menyentuh pipi bagian kirinya, yang diperban dengan kapas.

"Appo" Ucapnya, sepertinya, dia telah terluka di bagian itu.

"Kim Bum! Apa kau sudah bangun?" Suara panggilan dari luar kamar, mengangetkan pria bernama Kim Bum tadi.

Dia tersentak mendengar suara bass khas pria paruh baya itu. "Hari ini giliranmu untuk memasak. Lain kali, bangunlah lebih pagi." Ucap seorang pria paruh baya. Pria itu masih nampak memukau dalam balutan keriput di wajahnya.

Kim Bum mengintip dari lorong menuju ruang makan. "Ma-maafkan aku." Ucapnya pelan dan lembut. Benar-benar tidak seperti dirinya.

Ayahnya hanya mengerutkan kening, lalu bersikap tidak peduli, dengan sikap anak tunggalnya yang tidak biasa ini. "Aku akan berangkat sekarang, jangan lupa habiskan sup nya." Ucap pria tersebut.

"Uhm." Gumam Kim Bum sebagai balasan, sambil menganggukan kepalanya. "Tetaplah berangkat ke sekolah meskipun kau terlambat. Sampai jumpa." Ucap pria bermarga Kim tadi, dan menghilang di balik pintu apartemen tersebut.

Apartemen tersebut sangat sepi, hanya meninggalkan satu manusia di dalamnya. Kim Bum berdiri mematung di tengah ruang makan.

"Mimpi yang sangat aneh." Gumamnya dengan nada tidak percaya.

*Tring*

Suara pesan masuk di handphone itu, menggagetkan Kim Bum. Tangannya ia dekatkan ke dada, khas wanita feminim.

Dia lalu berlari masuk ke kamarnya tadi. Layar handphone nya menyala, menuliskan sebuah keterangan.

"Dari Soo Hyun : Lari, kau terlambat!"

Kim Bum lalu mengambil handphone tersebut dari lantai. "Nde? Igeon mwoya? Soo Hyun? Nuga?" Ucapnya dengan nada yang sangat feminim. Dia lalu duduk ala sinden, dengan tangan kiri yang memegang handphone, di dekatkan ke dadanya.

Dia lalu bangkit dan berlari, mengambil sebuah seragam sekolah yang di gantungkan dengan rapih di dekat jendela. Tangannya yang meraih seragam tersebut, menjadi gerakan ragu-ragu. Dia tersipu dan memalingkan wajahnya. Pipinya merona merah.

"Aku butuh pergi ke toilet." Gumamnya dengan nada malu-malu.

*****$$******

Dia lalu membuka pintu apartemen. Dengan seragam rapih, sepatu hitam, dan juga tas, dia sudah sangat siap untuk berangkat ke sekolah. Dia menyenderkan punggungnya ke pintu.

"Hah!" Desahnya kasar. Wajahnya masih merona merah. "Ini terlalu realistik." Gumamnya dengan nada protes dan lelah.

Begitu matanya memandang ke depan, binar-binar cerah nampak di mata tajamnya. Rona tadi sudah hilang, entah kemana. Dia maju menuju ujung lorong apartemen bagian luar.

Terlalu terpukau dengan pemandangan di depannya, dia masih tidak bisa berkata-kata. Di depannya, bangunan-bangunan tinggi yang berjejer-jejer, nampak bersinar tertimpa sinar matahari. Langit berwarna biru cerah, dengan awan yang ikut meramekan langit. Burung-burung berterbangan di atas gedung-gedunb pencakar langit. Mobil yang melaju dengan tertib di jalanan. Beberapa pepohonan hijau, menambah kesan artistik, membuatnya nampak seperti lukisan dari surga buat Kim Bum.

*******$$******

Tangan Kim Bum, men-scroll ke bawah di layar handphone nya. Mencari stasiun di dekat tempat dia berpijak. Stasiun Itaewon adalah tujuannya sekarang. Setelah melihat dan menghapal arah jalan, dia memasukkan kembali handphone itu ke dalam sakunya.

Dia mulai berjalan keluar dari gang sempit yang sepi dan lembab. Matanya melirik kesana dan kesini. Memuja keindahan kota Seoul di dalam hatinya. Dan berfikir, betapa beruntungnya dia memiliki mimpi ini.

"Aku di Seoul!" Ucapnya dengan riang.

~ JINGU HIGH SCHOOL~

Kim Bum berdiri di depan pintu sebuah kelas, sambil mengintip dengan ragu-ragu. Dia tidak tau dimana kelas mimpi nya berada.

"Kim Bum!" Sebuah lengan yang besar dan kekar, mengalung di bahu Kim Bum bersamaan dengan suara itu memanggilnya.

"Aah..." Kaget Kim Bum dengan takut-takut. Dia menaruh kedua kepalan tangannya di depan mulut, dengan gaya feminim.

Menolehkan wajah kesamping, dia menemukan seorang lelaki yang tampan dan berkacamata. Lelaki itu memandang ramah ke arahnya.

"Baru datang di saat siang, ya? Ayo kita pergi makan siang." Ucap pria tadi dengan nada ramah, namun suaranya berat, khas anak laki-laki.

Dia lalu sedikit menyeret Kim Bum, dengan lengan yang masih ter-rangkul sempurna di bahu Kim Bum.

Kim Bum hanya bisa menurut sambil mengeluarkan suara protes yang hanya terdengar seperti cicitan tikus. Terlalu lembut untuk dicapai telinga.

"Kau mengabaikan pesanku." Ucap pria tadi sambil mereka berjalan bersama. Atau kah menyeret kaki bersama?

"Ah, Soo Hyun?" Ucap Kim Bum dengan pelan setelah mengobrak-abrik ingatannya. Mencoba menemukan nama pria itu, sebenarnya cukup sulit.

"Setidaknya kau terdengar meminta maaf." Ucap pria bernama Soo Hyun itu.

~ School's rooftop~

"Kau tersesat?" Ucap seorang pria dengan nada aku-tidak-percaya-ini kepada seorang teman di depannya.

"Ne" Gumam pria yang dipertanyakan. Suaranya lembut dan terlalu pelan untuk ukuran pria sepertinya, namun setidaknya suara itu masih bisa dijangkau telinga kedua manusia dihadapannya.

"Bagaimana bisa kau tersesat saat hanya akan menuju ke sekolah?" Ucap pria bernama Seung Hyun kepada temannya yang ternyata adalah tokoh utama kita di chapter ini, Kim Bum.

Mereka bertiga, sedang memakan bekal makan siang mereka bersama, sambil membicarakan tentang Kim Bum dan tersesatnya Kim Bum.

"Nde..., jadi...., naega (saya dengan sangat sopan)..." Ucap Kim Bum namun dipotong oleh Seung Hyun. "Naega?!" Tanya Seung Hyun dengan kekagetan sempurna yang tak dapat disembunyikan dari nada bicaranya.

"Oh..., jeoneun (saya tapi biasa)!" Jelas Kim Bum dengan ragu dan takut-takut. Kedua temannya langsung mengernyit kan dahi, dan memandang aneh terhadap Kim Bum.

"Naneun? (Aku tapi masih sangat sopan)" Tutur Kim Bum sambil jari telunjuknya menunjuk pada dirinya sendiri. Tapi kedua temannya malah jaw drops terhadap Kim Bum.

"Na? (Mirip seperti 'gue' di bahasa Indonesia)" Ucap Kim Bum lagi. Kedua temannya langsung mengangguk, membenarkan. Kim Bum pun menghela nafas lega. Merasa bangga pada dirinya sendiri.

"Aku terlalu menikmati waktu untuk diri sendiri. Di Seoul semua terlihat megah dan lain-lain." Ucap Kim Bum dengan lembut dan nada memuja.

"Kau sepertinya memiliki dialek..." Ucap Seung Hyun dengan nada biasa. "Dimana bekal makan siangmu?" Tambah Seung Hyun lagi. Melihat Kim Bum sama sekali tidak menenteng kotak bekal di tangannya.

Kim Bum lamgsung terkejut dan baru menyadari. Keindahan kota Seoul membuatnya lupa akan segala hal. Ya.... segala hal.

"Heol, apa kau masih setengah tertidur?" Tanya Seung Hyun dengan nada yang sok dibuat serius. Sementara Soo Hyun hanya mendesis akan sikap sahabatnya.

Soo Hyun dan Seung Hyun pun berbagi makan siang dengan Kim Bum. Mereka memilih memberikan roti isi daging dan telur gulung pada Kim Bum.

"Terima kasih." Ucap Kim Bum dengan pelan. Dibalas dengan cengiran khas milik Seung Hyun serta senyuman lembut dari Soo Hyun.

"Ayo kita pergi ke cafe." Usul Seung Hyun pada Soo Hyun.

"Ah, cafe yang itu? Ok. Kau juga ikut, Kim Bum?" Tawar Soo Hyun pada Kim Bum. Kim Bum yang mendengarnya nampak terkejut.

"Nde? Mwoya?! Cafe?" Ucap Kim Bum dengan senang, matanya nampak berkilauan. Kedua sahabatnya hanya bisa mengernyit dahi aneh, sambil memikirkan makanan busuk apa yang baru Kim Bum makan..., sikapnya menjadi berbeda dari biasanya.

*********$$$*******

Saya sebagai author, benar-benar minta maaf akan keterlambatan update. Tidak segampang itu menjadi anak kelas 3 SMP.

Jadwal yang terlalu padat, dan bla bla bla sialan lainnya, membuat saya jadi melupakan kewajiban saya untuk update. Saya benar-benar minta maaf.

Ah, dan lagi, terima kasih sudah mau membaca tulisan abal-abal saya ini^.^)

감사함니다, 사랑해 😘




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro