Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• Two •

Sanzu menatap sebuah cermin bundar yang kini ada di genggamannya, lalu tertawa tak jelas saat mendapati refleksi dirinya sendiri.

"Ahahah, lihatlah. Lukanya sungguh bertambah cantik," ucapnya pada diri sendiri, seakan bayangan itu mengajak dirinya berinteraksi.

"Mau diobati?" tawar gadis yang kini masih berdiri gamblang di dekat pintu. Sudah hampir setengah jam lamanya ia berada dalam posisi yang sama.

Sanzu yang mendengar suara itu hanya  melirik dengan tatapan tajam, "Oii, gadis aneh. Kenapa cuma diam di situ?"

"Kan tadi lo sendiri yang nyuruh gue diem."

"Benar juga, ya." Pria itu kembali memusatkan perhatiannya pada cermin.

"Umm, anu- boleh numpang ke toilet, nggak?"

"Pergi aja, jalan lurus ada pintu sebelah kanan, toiletnya di ujung kiri."

Tanpa basa-basi lagi gadis itupun pergi ke arah yang dituju.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Sanzu, seorang pria baru saja masuk sambil menyeret satu pria lainnya dengan kondisi mata tertutup.

"Siapa?" tanya Sanzu pada pria dibelakangnya, Mochizuki Kanji——selaku anggota eksekutif Boten.

"Orang yang menggagalkan misimu tadi," jawabnya.

"Oh, kalau begitu gue panggil Manjirou dul—"

"Gak perlu, dia nyuruh lo yang urus."

"Really? Wah, kebetulan banget peluru gue masih utuh." Pria itu bangkit dari duduknya lalu melempar cermin ke arah sembarang.

Menghampiri pria yang tengah berlutut dengan ikatan pada tangannya. Sanzu sengaja membuka penutup mata pria itu agar dia bisa melihat siapa yang membunuhnya, rasanya sangat nikmat melihat permainan ekspresi yang ditunjukkan lawan saat hendak dieksekusi mati.

"Go to hell, damn it!" Satu tembakan berhasil mendarat tepat di dahi pria itu, yang dimaksud pun seketika langsung ambruk di lantai.

"Mochi?"

"Hmm."

"Boleh bantu bawa kebelakang gak? Sekalian, tadi kan lo juga yang nyeret babi ini sendirian."

"Bacot lo, yaudah bersihin aja lantainya. Biar gue yang urus mayatnya."

"Hehe, nice brother."

Mochi membawa pria yang sudah tidak bernyawa itu ke belakang, sedangkan Sanzu membersihkan tempat penembakannya. Khawatir Kakucho datang dan mengomel karena tempatnya tidak bersih.

Selesai dengan urusannya, Sanzu bergegas menuju toilet sebab sedikit darah bekas eksekusi tadi ikut terciprat pada bagian lengan jasnya.

"Lo masih di sini?" tanya Sanzu saat melihat gadis aneh itu masih di dalam sana, ngomong-ngomong Sanzu belum mengetahui siapa namanya.

Dengan randomnya Sanzu tiba-tiba menyodorkan lengannya yang tercium bau amis pada gadis tadi seraya tertawa, tapi si gadis tidak bergidik ngeri sana sekali.

"Eh, lo nggak takut darah?" tanya Sanzu seraya menghentikan gelak tawanya.

"Kenapa takut? Gue belah ikan tiap hari."

Benar juga, Sanzu menemukan gadis itu di pasar tradisional dengan beberapa keranjang ikan. Tidak salah lagi, dia memang gadis penjual ikan, seperti anak nelayan atau mungkin hanya bekerja di sana.

"Bodoh, ini darah manusia," Sanzu terus-menerus memancing gadis itu, berharap si nona merasa terancam sedikit saja terhadap dirinya.

"Lah, gue darah hiu." Gadis itu menunjuk dirinya sendiri.

Perkataan itu sukses membuat kedua mata Sanzu menyipit. "Lo terlibat perdagangan ilegal ya?"

"Kok kaget? Lo sendiri emang orang kayak gimana?"

"Ya, bukan gitu. Habisnya lo keliatan kayak gadis polos yang bego aja."

"Cih, sombong amat."

"Lo ngatain gue?"

"Enggak."

"Lo kok nggak banyak bereaksi sih?"

"Males aja sih."

"Atau jangan-jangan lo ngompol ya? Kenapa roknya dipegang terus?" Sanzu menunjuk ke arah bawah.

"Robek, tadi pas lo ngajak lari. Nggak kira-kira emang."

"Oh, hahaha."

"Sinting!" maki si gadis.

"Hah? Gue tampan? Jelaslah."

"Aneh banget sih lo, kok nggak marah gue katain? Tadi aja pas gue bilang buta bukannya lo mau bunuh gue."

"Bawel lo, reaksi obat gue ilang baru tau rasa lo."

Seseorang datang sambil menggebrak sebuah rak dengan keras, hingga menimbulkan suara yang mengejutkan siapa pun yang ada di sana. Kecuali Sanzu, pria itu tampak tenang dengan mata sayunya.

"Woii, ini bukan tempat buat kencan."

Suara tegas itu datang dari orang nomor 3 di Boten. Wajah sangarnya, tatapan dinginnya, benar-benar menjadi ciri khas seorang Kakucho Hitto.

"Lo gak salah bawa cewek beginian? Yang high quality dikit lah, Haruchiyo." Itu Takeomi Akashi, si penasehat Boten.

"Haha, it's all not what you think, dude. Ada apa?"

"Ayo berangkat, Mikey, Ran, Rin, sama Koko udah di lokasi," ajak Takeomi.

"Ya, gue urus bocah satu ini dulu."

Kaku & Takeomi pun berlalu dari sana, sedangkan Sanzu kini tengah membawa si gadis ke salah satu ruangan.

"Lo kok nurut sama gue?" tanya Sanzu saat gadis itu dengan mudahnya melakukan perintah yang ia ucapkan.

"Ya emang harus gimana?"

"Gak gimana-gimana si, bagus. Gue berasa punya anjing peliharaan jadinya."

Hening seketika, si gadis tidak menyahut lagi.

"Lo nurut karena takut gue kasarin ya? Lo lagi nyoba ngambil hati gue supaya gue baik sama lo?"

"Nggak kepikiran ke sana tuh."

"Lo mau keluar dari sini?"

"Entah, gue juga bingung."

"Lo gak khawatir orang tua lo nyariin?"

"Buset dah, ini sesi interogasi?"

Teriakan samar Takeomi menyadarkan Sanzu untuk segera keluar dari markas.

"Lo diem di sini, pintunya gue kunci. Lo nggak bakal bisa keluar." Setelah mengucapkan itu Sanzu langsung pergi ke arah pintu.

Tapi sebelum pria itu menutup pintu, si gadis tadi angkat bicara.

"Nama gue Kuina, gue gak punya orang tua. Gue kabur dari panti asuhan dan kerja di orang pasar, salam kenal, Haruchiyo."

🎌

To be continued ....

🎌

Note : I'm not used to using reader, y/n or name. Jadi aku kasih nama si tokoh gadisnya ehe:v kalau kalian biasa nemu work dengan tokoh (reader), bolehlah kalian posisiin diri kalian sebagai Kuina.

Hope u enjoy.

07/08/21
Himawari 🌻

Do you see the star on the left?
⬇️Press, Arigatou (。・ω・。)ノ♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro