Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• Three •

"Nih, Bee. Kok tumben sih nyuruh beli makanan take away gini. Kemasannya unik pula," ujar seorang gadis sambil menyodorkan sebuah paper bag berisi burger, roti panggang, kentang serta minuman soda di dalamnya.

"Gausah bawel bisa?" Sanzu menerima benda itu lalu menyodorkan uang dengan nominal berkali lipat dari harga aslinya.

Malam ini anggota Bonten tengah merayakan keberhasilannya mengalahkan mafia Kyoto dalam permainan kasino. Gadis yang berbicara pada Sanzu tadi ikut hadir meramaikan suasana, namanya Mira.

Sebenarnya tadi juga ada dua gadis lain di dalam sini, tapi mereka sudah pergi karena ada urusan lain, gadis-gadis itu memang sudah lama akrab dengan anggota Bonten, bukan hal aneh lagi jika mereka datang ke tempat ini.

Sanzu bangkit dari tempat duduknya, lalu beranjak pergi ke salah satu ruangan untuk menemui seseorang. Disisi lain Mira memerhatikan pergerakan pria itu, entah hal apa yang membuat Sanzu sedikit aneh hari ini.

Mira pun memutuskan untuk bertanya pada rekan Sanzu yang lain, tapi mereka mengabaikannya. Karena penasaran ia pun mengekori Sanzu dari belakang.

Pintu terbuka, menampilkan Kuina yang tengah duduk pada ranjang berukuran minimalis dengan kaki menjuntai ke bawah. Melihat Sanzu datang gadis itupun hanya melirik tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

"Laper nggak?" tanya Sanzu.

"Lumayan."

"Nih, gue bawain makanan."

"Repot-repot amat."

"Lebih repot kalo lo mati kelaparan." Sanzu melempar pelan paper bag dalam genggamannya pada Kuina, si gadis pun tak ragu untuk membukanya.

"Ekhem...." Sebuah dehaman mengalihkan perhatian Sanzu.

"Ngapain lo?" Sanzu langsung menyerang orang yang muncul dibalik pintu dengan pertanyaan.

"Tumben lo gak sopan ninggalin ruangan gitu aja, anak-anak Bonten pada di sana loh. Kok lo malah di sini?" gadis itu datang sambil menyilangkan kedua tangannya di depan.

"Lo juga gak sopan tiba-tiba masuk ke sini, gue kan gak mempersilahkan lo buat masuk, Nona Mira!" balas Sanzu.

Mira hendak membuka suara kembali, tapi Sanzu mengehentikannya lebih dulu.

"Keluar, nggak usah ikut campur!" bentaknya.

Mira kembali ke ruang perkumpulan dengan wajah menekuk, seakan hak tinggi sepatunya baru saja menginjak tahi anjing.

"Mau kemana?" tanya Kakucho.

"Buset dah itu muka udah kayak bocah yang kagak dibeliin mainan, kenapa lo?" sahut Takeomi.

Sanzu datang dan duduk kembali di ruangan itu, menyadari sesuatu Rindou langsung bertanya pada lelaki itu.

"Oii, anak orang lo apain sampe ngambek tuh pengen balik."

"Kok gue sih," heran Sanzu.

"Iyalah, kalo bukan lo siapa lagi." Mira menggerutu sambil mengalungkan tasnya dengan kasar.

"Lo kenapa, Mir?" tanya pria yang dimaksud.

"Kayaknya lo perlu pake kacamata deh!"

"Maksud lo apaan sih? Ngelantur banget."

"Lo butuh kacamata, biar bisa ngeliat gue dengan jelas! Ran, anterin gue balik ayo."

"Lah?" Ran merespon demikian saat namanya disebut, lagi-lagi pria itu jadi sasaran gadis yang tengah patah hati di seberangnya.

"Mending main sama gue ayo," goda Rindou. Mira hanya mengacungkan jari tengahnya lalu benar-benar pergi dari sana setelah pamit pada Manjirou.

"Cewek itu masih di sini?" celetuk Koko, membuat yang lain juga menunggu jawaban dari Sanzu.

"Iya,"

"Rencana mau lo apain?"

"Pertanyaan lo kok gitu?" Sanzu sedikit terganggu dengan ucapan Koko, pria itu memang yang paling sensitif terhadap Kuina sejak kemarin.

"Yaudah, gini aja. Biar jelas, sebenernya dia itu siapa dan dari mana asalnya wahai kembaran rambutku yang tampan?" tanya Rindou.

"Lo gak bisa sembarang masukin orang ke area Bonten. Gimana kalo ternyata dia itu mata-mata?" Kini Mochi ikut bicara.

"Tenang aja, dia cuma gadis yatim biasa. Anggap aja orang yang gue culik."

Takeomi tertawa renyah, "Hobi lo nambah lagi sekarang, nyulik orang."

"Terus lo mau biarin dia terus di sini? Udah izin emang sama Bos?" tanya Kakucho. Teman-temannya kini ikut membahas soal Kuina.

"Enggak, besok gue bawa dia keluar dari sini."

"Kan Manjirou nyuruh gadis itu biar gak keluar dari sini, lo yakin privasi Bonten aman?" sahut si penasehat.

"Gimana tanggapannya, Bos?" Kakucho melempar pertanyaan pada petinggi yang sendari tadi hanya menyimak.

"Dibawa ke mana?" Mikey angkat bicara.

"Tinggal di rumah, bareng adik perempuan gue."

"Hmm, oke. Bukan ide yang buruk kok, dia tau apa yang harus dilakuin kalo sampe anak itu berkhianat. Benar kan, Sanzu?"

Sanzu mengangguk atas pertanyaan Manjirou, sedangkan Koko hanya bersiul. Begitu juga dengan Rindou, pria itu terlihat tidak meminati percakapan yang dibahas kali ini.

Di samping itu, Sanzu sebetulnya merasa kurang respek terhadap teman-temannya yang sedikit memojokkan, seakan gadis itu benar-benar perlu dimusnahkan.

Kakucho bangkit dari duduknya seraya menaikan satu tangannya. "Gue cabut duluan, ada urusan."

Setelah itu suasana menjadi hening, sampai sebuah laporan dari Ran yang baru saja kembali menimbulkan pekerjaan baru untuk mereka.

"Lo punya anak buah nambah kerjaan orang aja, Mochi."

"Hah? Siapa?" sahutnya.

"Si Ken jadi buronan polisi, dia ketauan pas bobol bank deket stasiun."

"Ck, itu anak emang gak ada kapoknya."

"Dia udah ijin sama lo?" tanya Koko.

"Enggak, mana gue tau dia punya misi begitu."

"Gak usah dikasih ampun kalo gitu."

"Cari! Pastiin dia mati sebelum polisi nemuin dia," titah sang president.

🎌

"Nih," Sanzu melempar sebuah celana panjang kepada Kuina.

Cahaya mentari pagi masuk di sela-sela ventilasi, hari ini anggota Boten sedang tidak terlalu memiliki jadwal kesibukan, selain mencari salah satu anggota bawahan mereka yang membuat kesalahan di lapangan.

"Ini apa?" tanya Kuina.

"Pake aja, gue mau bawa lo naik motor. Gak mungkin kan pake rok begitu." Sanzu menunjuk ke arah rok sobek yang dikenakan Kuina.

"Oh, oke."

Beberapa detik berlalu, tapi Kuina tetap mematung dengan posisinya.

"Ko diem?"

"Lo keluar dulu, gue kan mau ganti."

"Astaga, bentukan kayak lo gue nggak minat. Mau ganti ya tinggal ganti."

Kuina menggeleng, gadis itu dengan berani mendorong Sanzu untuk keluar dari ruangan.

"Sebentar, nggak sampe semenit kok." Gadis itu lalu menutup pintu dan benar saja, hanya dengan beberapa detik pintu terbuka kembali.

"Kegedean," ucapnya dengan nada sedikit berbeda dari biasanya, itu terdengar menggemaskan di telinga Sanzu. Eh, apa itu tadi.

Sanzu kembali masuk ke dalam kamar, membuat Kuina memasang wajah penuh tanda tanya.

"Gue mau bawa lo keluar dari sini, tapi sebelum itu Bos gue mau ngomong sesuatu dulu."

"Ngomong apa?"

"Dengerin dulu mangkanya."

"Ah, iya."

Sanzu menjelaskan sedikit latar belakang Boten dan isinya pada Kuina. Karena gadis itu sudah hampir mengetahui isi dari perkumpulan orang-orang ini sejak hari kemarin, maka Sanzu tidak boleh lengah apalagi kecolongan hanya karena satu orang yang dia biarkan tetap hidup.

"Yang kemarin nendang gue, itu Bos yang gue maksud. Namanya Sano Manjirou, lo harus hormat sama dia. Pokoknya jangan sampai lo membuat kesalahan sedikit pun di depan dia kalo lo masih pengen bisa hidup di hari-hari berikutnya."

Sanzu juga memberitahu nama-nama orang yang sempat ditemui Kuina kemarin, tujuannya tentu bukan untuk yang lain. Sanzu hanya ingin memperingatkan gadis itu seberapa ganasnya geng yang tengah ia injak tempatnya kali ini.

Jangan sampai, Kuina berani melakukan hal yang aneh apalagi sampai membocorkan rahasia Bonten yang selama ini hampir tidak terlacak siapa pun cara kerja juga jejak kejahatannya.

"Gak usah perduli sama yang lain, lo cukup bicara sama Manjirou aja, paham?" titah Sanzu, Kuina hanya mengangguk sebagai jawaban.

🎌

To be continued ....

🎌

09/08/21
Himawari 🌻

Do you see the star on the left?
⬇️Press, Arigatou (。・ω・。)ノ♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro