Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• One •

"BANGSAT!" umpat seorang pria berambut panjang merah muda yang kini tengah bersembunyi dibalik kios pasar sisi pelabuhan.

Pria itu mengangkat sebelah sepatunya karena menginjak sesuatu kenyal dan licin, ditambah semerbak bau asin yang juga tidak mengenakkan.

Selain detik jarum dari arloji di tangannya, getaran benda pipih dalam sakunya juga ikut memecah kehampaan gelapnya dini hari.

"Bagaimana?" tanya seseorang di ujung telepon.

"Mission failed."

"What the f*ck!" seseorang di ujung sana tampak tidak puas dengan jawaban yang diberikan.

"Kenapa gak bilang kalau di sini bukan cuma Bonten aja yang ngincer itu benda?" tanya sang dominan.

"Ya terus kenapa? Kalah saing sama mereka?" Rindou Haitani, pria sadis itu malah memancing lawan bicaranya.

"Bukan itu, bego. Mereka pake taktik bodoh! Alhasil narik perhatian polisi. Gue gak mau ya ambil resiko, masalahnya ini wilayah bukan tempat main-main."

"Orang nomor dua kok takut sama polisi."

"Cih, turun sini ke lapangan. Berani-beraninya lo bawa-bawa jabatan gue."

"No mercy, dude!"

"Siala—"

"Sanzu Haruchiyo, balik ke markas sekarang!" titah Manjirou di ujung sana, ia adalah pemimpin Bonten sekaligus orang terkuat dalam organisasi kriminal yang terkenal sadis di Jepang. Rindou mengeraskan suara teleponnya hingga anggota eksekutif Bonten dapat mendengar jelas percakapan keduanya dari awal.

Telepon pun dimatikan, baru kali ini dia tidak berhasil menyelesaikan misi transaksi gelap yang ditugaskan padanya. Seharusnya berhasil, jika saja ia hanya bertarung memperebutkan benda itu dengan salah satu anggota geng lain, tapi orang-orang yang menjadi saingannya dari geng Davis justru malah bertindak konyol hingga menimbulkan kecurigaan dari pihak pelabuhan, kebetulan juga patroli tengah berkeliling, tidak mau mengambil resiko pria itu pun melarikan diri.

Pria itu kemudian keluar dari tempat persembunyian, mungkin para polisi itu tidak mengejarnya sampai sini. Sanzu menyalakan sebatang rokok dengan pematik korek api di tangannya, lalu pria itu berjalan tenang dengan kepala naik turun.

"Arghh...." Sanzu menendang sebuah kaleng yang ada di depannya, mungkin atas dasar melepas emosi atas ketidakberhasilannya hari ini. Hingga suara perempuan mengaduh mengalihkan sedikit perhatiannya.

"Aww!" Seorang gadis kini tengah memegang jidatnya, Sanzu hanya menengok sekilas. Tampaknya, kaleng bekas minuman itu mendarat tepat di kepala sang gadis. Sebuah keranjang berisi ikan juga ikut terjatuh berserakan di bawahnya.

Sanzu berdecak, ia tetap melanjutkan langkahnya tanpa mempedulikan gadis itu.

"Oiii," panggilan cempreng itu berasal dari si gadis. Sanzu sempat memperlambat langkahnya, namun ia urungkan untuk berhenti karena Manjirou menyuruhnya untuk segera datang ke markas. Lagi pula, mood-nya sedang tidak baik. Kalau saja gadis itu memanggilnya hanya untuk menyuruhnya meminta maaf, ia pasti tidak akan segan-segan melubangi kepala gadis itu dengan salah satu amunisinya.

"Buta ya?"

Mendengar perkataan itu Sanzu langsung membalikan badannya, menghampiri sang gadis lalu menodongkan pistolnya tepat di hadapan gadis itu.

"Bilang apa barusan?" tanya Sanzu dengan tatapan mengintimidasi dari bola mata biru agak murung yang dihiasi bulu mata lentik.

Bukannya menunjukkan ekspresi takut atau terkejut, gadis itu malah berbinar menatap benda yang kini ada di depan matanya. Kilau silver itu sangat cantik terkena biasan lampu remang ditengah gelap tempat mereka berdiri.

"Waw, ini pistol sungguhan? Luar biasa," ujarnya dengan tangan yang mencoba meraih benda itu.

"Bodoh!" cibir Sanzu. Tanpa pikir panjang ia hendak menekankan telunjuknya pada pelatuk, namun saat itu juga sebuah suara tembakan yang diarahkan kepadanya justru membuatnya reflek berlari, tanpa sadar pria itu juga menarik lengan gadis tadi untuk ikut melarikan diri bersamanya.

Si gadis sedikit tak mampu mengimbangi langkah Sanzu, karena dalam situasi mendesak gadis itupun tak segan merobek sedikit roknya agar bisa leluasa berlari.

Saat sampai di tempat Sanzu menyimpan mobil, tanpa basa-basi lagi pria itu pun menaiki kendaraannya, tak lupa juga menyuruh gadis tadi untuk ikut dengannya.

"Lo mau nembak gue? Karena alasan apa?" tanya si gadis memecah keheningan saat mereka tengah di dalam mobil, namun Sanzu tetap mengabaikannya.

Sebuah getaran ponsel menyadarkan Sanzu lagi, ia harus segera kembali ke markas, terlalu banyak waktu yang ia buang di sini.

🎌

"Lo, ikut gue. Tapi gak usah ngomong apa-apa, ngerti?" ujar Sanzu dengan nada ketusnya. Si gadis hanya mengangguk mengiyakan lalu menuruni mobil dan mengekori Sanzu dari belakang.

Pintu terbuka, menampilkan ruangan yang tidak terlalu terang namun fasilitas di dalamnya cukup memiliki harga. Tiga orang ada di dalam langsung memusatkan perhatian pada orang yang baru saja datang dari balik pintu.

Seorang pria bangkit dari duduknya, namanya Kokonoi Hajime. Pria itu membanting botol bir yang tengah digenggamnya, lalu menghampiri Sanzu dan langsung menarik kerah pria itu.

"Lo udah ngilangin peluang harga jual tinggi dan sekarang malah balik telat, bawa cewek asing pula, cuih! Di mana otak lo?" Koko memerhatikan penampilan gadis yang dibawa Sanzu, lebih terlihat seperti gadis desa biasa yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali.

Haitani Ran menghampiri keduanya untuk sedikit meredakan amarah Koko, pria yang merupakan kakak dari Rindou Haitani itu sangat tau Koko tidak akan semudah itu saat kehilangan sesuatu yang ia sudah perhitungkan sebelumnya. Maniak uang seperti dia tidak akan menerima alasan lain, karena yang ada di otaknya hanya uang.

"Siapa dia?" tanya Ran.

"Udah, biar nanti gue yang urus," Sanzu hanya menjawab demikian.

Sanzu tidak akan membiarkan gadis itu diurus oleh orang lain, sekali pun nanti gadis itu harus terbunuh, ia yang harus membunuhnya. Lagi pula Sanzu sendiri tidak mengerti, kenapa dia membawa gadis aneh itu kemari.

Manjirou datang menuruni tangga dari arah depan, dengan kedua tangan yang tersimpan di dalam saku, rambut putih juga tatapan bawah mata menghitam yang sangat menelisik, aura intimidasi tidak pernah hilang dari dirinya.

Sanzu sudah siap menerima resiko kegagalan tugasnya, pria dengan julukan Loyal Mad Dog itu rela diperlakukan seperti apa saja jika itu dengan alasan Manjirou. Pria itu sudah mengagumi kehebatan Manjirou sejak masih jadi wakil divisi 5 di Touman dulu, bahkan rela menghabisi orang yang berharga baginya karena telah mengkhianati sang president, Sano Manjiro(Mikey).

"Disapointed!" ujar Manjirou seraya menempatkan tangannya mencengkram di pipi Sanzu, menegadahkan pria itu yang posisinya kini tengah duduk di kursi kayu yang disiapkan untuk evaluasi. "Berhubung ini baru pertama kali, jadi tidak terlalu bermasalah."

Slapp...

Brakk...

Satu tendangan berhasil didaratkan, hingga Sanzu terjatuh ke lantai bersama kursinya. Tendangan tak terkalahkan khas Mikey itu memang sangat terkenal dari dulu.

"Persoalan ini udah selesai, jangan dibahas lagi. Kalian, siapkan hal lain. Mafia Kyoto bakal datang ke bar nanti sore, pastikan pemain terbaik diturunkan, jangan sampai ada kerugian!"

Semua mengiyakan perkataan sang pemimpin, Manjirou berbalik menuju tempat istirahatnya, tapi sebelum itu masih ada beberapa yang perlu disampaikan.

"Koko, urus harga taruhan. Pastikan nilainya pas, menang untung kalah tidak rugi!"

"Tenang saja, aman," jawab yang diberi perintah.

Disamping itu, Rindou menahan pergerakan Manjirou, lalu membisikan sesuatu soal gadis yang kini tengah berdiri tanpa ekspresi di dekat pintu.

"Sanzu," panggil Manjirou.

"Ya?"

"Gak perduli siapa gadis itu, karena kamu udah bawa dia masuk ke area Bonten, pastikan gak ada sedikit pun informasi yang bocor ... Dan jangan sampai dia keluar dari sini!"

🎌

To be continued ...

🎌

05/08/21
Himawari 🌻

Do you see the star on the left?
⬇️Press, Arigatou (。・ω・。)ノ♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro