Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

• Four •

Sebuah motor berhenti di depan rumah besar berwarna putih tulang, hanya butuh waktu 20 menit untuk sampai di tempat ini dari markas Bonten.

Sanzu menyuruh Kuina untuk turun dan melepas helmnya. Baru saja keduanya hendak berjalan masuk, seorang pria paruh baya memanggil keduanya dengan tergopoh-gopoh.

"Hei, anak muda. Kamu pikir kamu siapa sudah nabrak pot dan tanaman saya terus pergi gitu aja?"

"Ck, ribet amat pria tua." Sanzu melepas kacamatanya lalu berdiri dengan angkuh di depan pria paruh baya tadi.

"Hei, Pak tua! Anda sendiri loh yang nyimpen tanaman itu di tengah, ngalangin jalan saya, kenapa nyalahin orang?"

"Tetep aja kamu udah nabrak ya, tau nggak berapa harga yang saya keluarkan buat belinya?"

Sanzu terlihat mengepalkan tangan, seakan tidak terima dirinya disalahkan. Pria itu hendak melayangkan tinjunya pada pak tua, tapi Kuina langsung mencegah pergerakannya.

"Sanzu, cukup," ucapnya pelan seraya menahan dada Sanzu.

Gomenasai," ujar Kuina pada pak tua seraya menunduk, tapi Sanzu langsung menyuruhnya untuk tegak kembali. (¹maaf)

"Kenapa pake minta maaf, sih," protesnya.

"Tapi kita emang nabrak pot itu kan?" bisik Kuina.

"Itu cuma trik kotor orang-orang yang nyari duit pake cara—"

"Ah, ada apa sih ribut-ribut. Ganggu orang tidur aja!" Seorang gadis menggeser pintu seraya menggerutu. Wajah khas bangun tidur tampak jelas pada air mukanya.

"Bapak ini, kenapa? Ada yang nabrak bunganya lagi? Dia yang nabrak?" tunjuknya pada Sanzu, pak tua hanya mengangguk mengiyakan.

"Nih, segini cukup kan? Sama kayak anak muda kemarin. Udah sana beli bunga baru. Lain kali jangan sengaja di taruh di jalan ya, Pak!" sindirnya.

Pria tua itu menerima uang dengan cepat dan segeralah pergi dari sana.

"Tuh, liat kan?" Sanzu bertanya pada Kuina, seakan sebuah kejelasan baru saja terlihat di depan matanya.

Gadis yang memberi uang itu melipat kedua tangannya di depan dada, memerhatikan dua orang di depannya dengan wajah datar.

"Masuk," titahnya.

"Gak perlu di suruh pun gue bakal masuk," cetus Sanzu.

Ketiganya masuk ke dalam rumah, sampai di ruang tamu Sanzu hanya menyuruh Kuina untuk duduk di sofa.

Gadis tadi tidak terlihat lagi, hingga tak lama kembali dengan wajah sedikit basah juga handuk kecil di tangannya.

"Kasih kunci kamar gue biar ditempatin sama dia," ujar Sanzu to the point.

"HAH?"

"Hah, heh, hoh."

"Lu nggak salah, Bang? Inimah namanya ngasih mangsa ke kandang musuh."

"Diem lo, bocah. Nggak usah bahas geng-gengan. Biar lu ada temen, main jangan sama cowok terus."

"Idih, ngatur. Tapi bagus si, jarang-jarang lo perhatian."

Ekhem...

Kuina berdeham setelah merasa diasingkan dan hanya menonton keributan dua orang di hadapannya.

"Eh hai, kenalin. Gue Akashi Senju, you can call me Kawaragi Senju." Gadis itu memperkenalkan diri seraya mengangkat dua jarinya ke atas, juga mengedipkan sebelah matanya bergaya.

"Akashi Senju? Ah, adiknya Bang Akashi Takeomi?" tebak Kuina.

"Yap, tepat."

"Namaku Kuina Fukuhara, salam kenal, Senju." Kuina memberi salam. "Lalu, hubungan kalian?" tanyanya menggantung.

Senju melirik genit, seakan menggoda pria yang acuh tak acuh di depannya. "Kita? Tenang aja gak usah cemburu gitu haha."

Sanzu hanya menggerakkan bola matanya dengan malas, lalu pergi mengambil sesuatu ke ruangan lain.

"Ngomong-ngomong, Kuina, gimana lo bisa kenal sama manusia songong Akashi Haruchiyo itu?" Senju benar-benar orang yang mudah akrab, buktinya sekarang ia langsung mengajak Kuina mengobrol dengan santai.

"Eh, namanya ... kalian juga bersaudara?"

"Enggak," elak Sanzu yang sudah kembali ke ruang tamu lagi.

"Sebetulnya iya, tapi orang yang di depan gue nih sekarang sama sekali gak ngakuin kalo gue itu adiknya. Gapapa lah, semau dia aja."

Kuina mengangguk mendengar penuturan Senju, gadis itu tidak menyangka kalau Takeomi, Sanzu juga Senju merupakan tiga orang bersaudara.

Sanzu membungkus beberapa pakaian ke dalam tas berukuran sedang. Pria itu hanya menyuruh Senju menunjukkan kamar yang akan ditempati Kuina, juga menyuruh Senju meminjamkan beberapa baju miliknya pada gadis itu.

"Kamar lo aman gak? Awas anak orang ntar sesat!" teriak Senju saat tengah mencari kuncinya dalam lemari.

"Bawel, suruh aja dia diem, tinggal tidur doang kan. Kasih makan juga." Sanzu langsung membawa tasnya, berjalan ke arah pintu untuk pergi dari sana.

"Wait, duit transport-nya mana?" tanya Senju seraya menyodorkan tangan meminta.

"Lo kan udah pegang black card-nya Takeomi, ngapain masih minta ke gue."

"Bukan buat gue, buat Kuina," gadis yang disebut namanya hanya melotot.

"Ck, pake duit lo aja dulu."

"Yee, gak modal banget."

Kuina benar-benar ditinggalkan di rumah keluarga Akashi, entah apa yang dimaksud Sanzu, tapi Kuina merasa pria itu dapat mengerti dirinya yang pernah mengatakan persoalan kabur dari panti dan hanya bekerja seadanya.

Senju memberikan sebuah kunci pada Kuina, lalu mengantar gadis itu ke tempat yang dimaksud.

"Kuina, hati-hati. Kalo nemu sabu jangan dicoba ya!" Senju memeringatkan.

"Memangnya ada?"

"Gak tau juga sih." Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Sekalian rapihin deh, ya. Kayaknya acak-acakan banget. Gue mau masak dulu, eh maksudnya mandi, bye."

Senju berjalan ke arah lain, meninggalkan Kuina dalam kamar bernuansa ungu gelap dengan beberapa poster dark crime di dalamnya.

"Psttt...."

Kuina melonjak kaget saat mendengar sebuah cuitan di ambang pintu.

"Kok abang gue bisa bawa lo kesini? Ngomong-ngomong dia tertarik ya sama lo?"

Tertarik? Kuina membatin.

🎌

To be continued ....

🎌

Ini gak ada yang niat komen apa? Wkwk sepi amat(´;︵;') ceritanya gak seru ya?

11/08/21
Himawari 🌻

Do you see the star on the left?
⬇️Press, Arigatou (。・ω・。)ノ♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro