"Rencana lo gimana?" tanya Rindou.
"Lo udah ngasih tau Boss?" Sanzu balik bertanya.
"Belum, Bang Ran ngelarang gue," terang Rindou.
Sanzu langsung melirik ke arah pria yang di sebut, "Kenapa? Lo suka sama dia kan, lo takut Bonten ngapa-ngapain dia?"
"Bacot, apa peduli lo? Asal lo tau ini semua terjadi karena lo, tau gak!" kata Ran. Pria itu gelisah soal Mira, mungkinkah Bonten akan melepaskan gadis itu setelah apa yang diperbuatnya?
"Mau lo apa?" tanya Sanzu.
"Bujuk Mikey buat lepasin Mira, cuma lo doang kan yang bisa ngurus soal kasus pengkhianatan? Karena semua ini terjadi karena lo, gue minta sama lo buat ringanin urusan kasus Mira!" terang Ran.
"Bang Ran?" Rindou kurang setuju soal permintaan kakaknya, ia khawatir kalau persoalan wanita-wanita ini malah semakin memperumit urusan kerja mereka.
"Biar gue nemuin cewek itu dulu," pinta Sanzu.
"Besok, gue ajak dia ketemu. Tapi lo harus janji buat gak bocorin soal ini dulu."
"Ya."
Esoknya, Haitani bersaudara serta Sanzu menemui Mira di salah satu kedai kopi. Sanzu ingin menanyakan soal mengapa dia berani membocorkan misi rahasia Boten kepada musuh seperti itu, padahal gadis itu tahu bahwa apa yang dilakukannya termasuk bentuk pengkhianatan.
"Gue suka sama lo, Sanzu. Dua tahun, dua tahun lamanya gue selalu ada di sisi lo, bantuin lo, support lo, nemenin lo kala susah maupun senang."
"Gue gak pernah minta hal itu!" ucap Sanzu.
"Seenggaknya lo sadar kek, lo gak sebodoh itu kan Zu buat ngeliat perjuangan gue selama ini?" Gadis itu terisak. Sanzu sendiri bukannya bodoh, tapi ia memang tidak pernah menganggap semua hal yang Mira lakukan adalah bentuk dari perjuangan cinta baginya, karena gadis itu sudah ia anggap layaknya teman karib di lingkungan Bonten.
"Dan lo udah terlalu jauh sampe harus bawa masalah pribadi kayak gini ke ranah Bonten! Kenapa lo gak buat masalah sama gue aja?" tanya Sanzu dengan nada mengintimidasi.
"Masalahnya sekarang bukan di lo, tapi di cewek kampung it—"
Brak!!!
Sanzu menggebrakan meja di depannya. Membuat Ran langsung bangkit dan menarik lengan Mira lalu menyuruhnya berdiri.
"Mau kemana? Gue belum selesai ngomong!" ucap Sanzu.
"Kan gue udah bilang jangan dulu bilang soal Mira ke anak Bonten yang lain. Tapi kenapa Koko tau dan ngirim pesan ke gue kalo dia mau nyari Mira sekarang?" tanya Ran dengan raut muka yang menahan amarah.
"Gue gak bilang apa pun, ya!" Sanzu membalas perkataan Ran dengan sengit.
"Gue, Ran. Gue sendiri yang ngirim permintaan maaf ke Manjirou atas kesalahan gue," terang gadis itu, Mira memang sempat menghubungi Manjirou sebelum bertemu dengan ketiganya.
"Lo ini apa-apana sih!" protes Ran kepada Mira.
"Kenapa? Gue gak bakal lolos kan? Memangnya siapa yang mau nolong gue, nggak ada."
"Ada, gue salah satunya!" bentak Ran.
"Bang—" Rindou mencoba untuk menahan sang kakak agar tidak ikut terseret masalah pengkhianatan Mira.
"Diem, Rindou. Nggak usah ikut campur!"
"Thanks, Ran. Tapi gue nggak mau ditolong sama lo!" seru Mira.
"Kenapa? Sampai titik ini pun lo masih pengen di tolong sama Sanzu? Lo bilang kalo dia buta tapi lo sendiri juga buta, Ra. Gue yang selalu ada di belakang lo, gue yang selalu dorong lo dan jadi tempat lo balik kala kenyataan nggak sesuai sama yang lo inginkan."
Mira diam, begitu juga Sanzu yang tidak ingin ikut menginterupsi pembicaraan keduanya.
"Gue yang lebih pantas nerima semua perasaan lo, gue yang paling ngehargai lo. Tapi kenapa lo tetep aja berusaha buat bikin dia suka sama lo dan malah milih berakhir seperti ini?"
"Maaf, Ran." Gadis itu mendekat dan memeluk Ran dengan erat kala melihat siapa yang baru saja memasuki kedai.
"Maaf, makasih selalu baik sama gue. Gue juga sayang kok sama lo, tapi perasaan suka gue sama Sanzu tetap lebih besar dari apapun." Ran membalas pelukan gadis itu, setidaknya ia bisa merasakan kehangatan dari orang yang ia cintai meskipun perasaannya tak kunjung terbalaskan. Ran sempat berpikir akan membawa gadis itu pergi dan melarikan diri dari Bonten setelah ini.
"Gue sayang sama lo, Ra," ucap Ran, lagi.
"Mira, ayo ikut kami!" Ran terperanjat kala mendengar suara Kakucho di belakangnya. Pria itu menegang kala memikirkan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
"Thank you for everything, gue udah siap sama konsekuensinya kok." Gadis itu lalu melepas pelukannya, mengecup pipi Ran sekilas lalu menghampiri dua orang yang tengah menunggunya, Kanji dan Kakucho.
"Maaf Bang."
"Rindou?" Ran menatap sang adik tidak percaya saat melihat Rindou menunjukkan GPS dan sambungan komunikasi dua arah yang aktif di handphone-nya.
"Kalian mau ikut bareng kami?" Ketiganya menolak, mempersilakan Mira dibawa oleh mereka. Ran sempat ingin mengejar, tapi Rindou menahannya terlebih dahulu.
"Sanzu bangsat! Babi! Ini semua gara-gara lo, SETAN!"
Ran menghajar Sanzu di dalam kedai, beruntung mereka ada di sekat ruangan pojok yang sedikit jauh dari keramaian. Rindou tidak memisahkan keduanya, Sanzu juga tidak ikut melawan. Pria itu menerima pukulan Ran dengan sukarela. Ia paham kalau pria itu tengah terluka, terluka soal perasaan, juga soal kelanjutan hidup Mira di tangan geng kriminalnya.
🎌
"Sanzu." Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, Kuina mendengar seseorang menggeser pintu depan rumah Akashi, gadis itupun pergi untuk memeriksa siapa yang pulang kali ini.
Kuina melihat Sanzu berjalan sempoyongan dari arah pintu, tanpa pikir panjang iapun langsung menghampiri pria itu dan membantunya berjalan.
"Lo gapapa?" tanyanya, tapi Sanzu sama sekali tidak menjawab. Kuina menggandeng pria itu agar istirahat di kamarnya, bau alkohol menyeruak hingga ke indera penciuman Kuina. Selain itu, beberapa bekas luka juga terlihat di wajah Sanzu.
Tiba di depan kamar, Sanzu sempat diam saat di ambang pintu, sedangkan Kuina tetap menyuruhnya untuk masuk karena ia tahu kesadaran pria itu sudah di ujung batas.
Tiba-tiba saja Sanzu melirik ke arah Kuina, gadis itu sempat berfikir was-was melihat tatapan yang dilontarkan pria itu. Saat melewati pintu kamar tanpa di duga Sanzu malah berbalik dan mengunci pintunya dari dalam.
"S-sanzu." Kuina tergagap saat melihat pria itu mencabut kuncinya.
Sanzu menarik lengan Kuina kasar dan menjatuhkan gadis itu di atas kasur, kuina yang tidak siap sama sekali tidak memiliki waktu untuk melawan ataupun melarikan diri.
Sanzu langsung menindih gadis itu, pria itu mengunci pergerakan tangan Kuina di samping dengan masing-masing tangannya, lalu berusaha mencium gadis di depannya dengan brutal. Sedangkan Kuina, gadis itu terus memberontak seraya mencoba menyingkirkan tubuh Sanzu yang kini berada di atasnya, tapi apa daya tenaga Sanzu berkali-kali lipat lebih kuat darinya.
Kuina hanya mampu merapatkan bibir sambil menggerakkan kepalanya ke arah kanan dan kiri seraya menghindari serangan Sanzu, pria itu terus saja mengarahnya, menciumi bagian lehernya.
Kuina sudah berteriak, tapi tidak ada siapapun di sana. Senju sedang pergi bersama para anggota Brahman, Takeomi juga tidak ikut pulang bersama pria mabuk di hadapannya. Gadis itu hanya bisa terisak, merasakan sakit hatinya atas perlakuan Sanzu yang seperti itu kepadanya.
"Lo kenapa, hah?" bentak Sanzu saat mengetahui gadis itu tengah menangis.
"Lepasin, gue, Zu," mohon Kuina dengan nada parau.
Apa gunanya memohon kepada orang yang kesadarannya tengah dipengaruhi alhokol?
🎌
To be continued ....
🎌
30/08/21
Himawari 🌻
Do you see the star on the left?
⬇️Press, Arigatou (。・ω・。)ノ♡
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro