Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mulai Curiga

Saat ini sudah pukul sembilan lewat, suasana rumah sepi, hanya ada beberapa pekerja di rumahnya yang masih terjaga.

"Malam, Non Andrea," sapa Mirna yang saat itu membukakan pintu untuk Andrea.

Andrea melemparkan senyuman. "Malam, Bi. Sudah pada tidur semua ya?" tanya Andrea kemudian.

"Tuan dan nyonya baru saja masuk kamar, sedangkan Den Al belum pulang Non."

"Oh gitu, ya sudah Andrea ke kamar dulu ya, Bi." Andrea mengayunkan langkahnya langsung menuju kamar. Ia masuk ke dalam kamar lalu merebahkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.

Hanya sepersekian menit saja Andrea deru nafas Andrea sudah terdengar teratur yang bertanda sang empunya sudah terlelap.

Seperti pagi pagi sebelumnya. Akhir-akhir ini Andrea selalu terbangun lebih awal dengan alasan yang sama.

"Sayang, tolong bantu mama ya. Jangan siksa mama," ucap Andrea bermonolog dengan perutnya di depan cermin.

Sudah dua minggu lamanya Andrea tersiksa seperti ini. Ia merasakan mual dan pusing ketika pagi hari ditambah lagi selalu muntah meski hanya mencium dari kejauhan bau wewangian dan sejenisnya. Hanya satu penangkalnya yakni minyak kayu putih yang digosokkan di depan lubang hidung dan juga di area perutnya. Andrea berjalan ke arah rak obat obatan namun ia tak menemukan benda itu di sana.

"Astaga di mana minyak kayu putihnya?" Andrea sedikit cemas tak menemukan benda yang ia cari.

"Di mobil." Andrea menepuk jidat ketika ia mengingat dimana terakhir kali ia meletakkan benda itu.

"Baiklah aku harus segera turun ke bawah dan mengambilnya di dalam mobil," batin Andrea.

Baru selangkah Andrea keluar dari kamar mandi, Andrea kembali merasakan perutnya seperti diaduk-aduk yang membuatnya masuk kembali ke dalam kamar mandi.

Seorang wanita paruh baya bertubuh ideal dengan wajah yang masih ayu dan dandanan yang modis berjalan menuju ke arah kamar Andrea. Mengetuk pintu dan memanggil manggil nama Andrea dari luar.

Dia adalah Lucy, ibu yang telah melahirkan Andrea ke dunia ini. Seorang desainer dan pebisnis terkenal di negeri ini. Meski usianya sudah separuh abad wanita yang akrab dipanggil Lucy ini memiliki pesona yang begitu kuat.

Tok Tok Tok

"Andrea...." panggil Lucy dari balik pintu kamar Andrea.

"Andrea cepat turun dan sarapan. Semua sudah siap," seru Lucy memberi instruksi kepada sang putri.

"Andrea mama tunggu kamu dibawah ya."

Andrea gusar kala mendengar teriakan sang ibu dari balik pintu. Ia langsung mengusap mulutnya dengan tisu usai membasuhnya dengan air. Ia menatap pantulan wajahnya dari cermin di depannya, tampak jelas ia lihat wajahnya begitu pucat saat ini. Andrea berjalan malas menuju ruang ganti ia memilih baju untuk ia kenakan bertemu dengan teman temannya pagi ini. Ia memilih sebuah dress selutut dengan lengan panjang berwarna salem. Ia juga memoles wajahnya lebih tebal agar tak terlihat pucat.

"Perfect," seru Andrea sembari membolak balikkan tubuh idealnya di depan cermin.

Andrea meraih handbag serta kunci mobilnya kemudian turun ke lantai bawah bergabung dengan keluarganya di meja makan untuk sarapan. Andrea menyapa ramah seluruh keluarganya tanpa terkecuali.

"Pagi Ma, Pa, Kak," sapa Andrea dengan senyuman manisnya.

"Pagi...." jawab ketiganya serempak.

"Wuih udah dandan cantik mau ke mana dek?"

"Mau ke rumah Titha kak, Mau ikut? Hehehe," ucap Andrea sembari menggoda.

"Kalau weekend pasti kakak ikut. Sayang sekali kakak harus pergi ke kantor hari ini. Salam aja ya,"

"Oh okay, tak apa nanti Andrea salamin ke Titha deh."

Andrea meraih mangkuk yang berisi potongan buah buahan milik sang ayah lalu mengambilnya sedikit dan ia letakkan ke atas piringnya. Hal aneh tersebut menimbulkan tanya di benak Lucy beserta Patrick pasalnya ia tahu persis jika sang Putri sama sekali tidak menyukai jenis buah buahan tersebut.

"Sayang kok tumben makan buah?" tanya Lucy penasaran.

"Lagi diet ma, Biar kurusan dikit."

"Diet? Andrea tubuh kamu sudah bagus kenapa harus diet segala nanti kamu sakit sayang," ucap Patrick kepada Andrea.

"Ish papa ini tu kurang ideal pa," desis Andrea.

"Oke oke terserah kamu saja yang penting jangan terlalu dietnya," kata Patrick menasehati Andrea.

"Biarin aja lah pah asal dietnya wajar," ucap Lucy menenangkan sang suami.

"Pa Ma kak, Andrea berangkat dulu ya? Dadah semua," ucap Andrea buru buru setengah berlari.

Sebenarnya Andrea terburu buru bukan karena takut terlambat tapi karena perut Andrea terasa mual melihat makanan yang tersaji di atas meja makan. Andrea buru buru masuk ke dalam mobil mencari minyak kayu putih lalu mengoleskannya di depan lubang hidung serta perutnya, dan melajukan mobilnya menuju rumah Titha.

Andrea memarkirkan mobilnya di depan rumah Titha lalu mengetuk pintu rumah Titha yang dibukakan oleh seorang wanita paruh baya bernama Maria yaitu ibu Titha.

"Pagi tante, Titha-nya ada?" ucap Andrea ramah.

"Oh hai sayang ayo masuk. Titha masih molor tuh di atas, bangunin aja." Maria yang sudah kenal akrab dengan Andrea pun meminta Andrea langsung ke kamar Titha.

"Oke tante. Andrea keatas dulu ya."

"Iya sayang."

Andrea membuka kamar Titha dan menerobos masuk begitu saja membuat si pemilik kamar yang sedang asik menonton kartun terkejut.

"Andrea, ngapain pagi pagi udah ke sini? janjiannya masih sejam lagi kan?" tanya Titha terkejut Andrea sudah tiba di rumahnya.

"Enggak boleh emang?"

"Bukan gitu, tumben aja gitu."

"Yee salah sendiri rumah kamu deketan sama aku." cibir Andrea.

"Buruan mandi sana! Abis ini kita masih jemput Syana dan Alya. Makanya aku jemput kamu pagi gini. Tau sendiri kan kalau semuanya pada ngaret," ucap Andrea memberi alasan.

"Ckk nasib aku sial banget deh hari ini," keluh Titha sembari berjalan menuju kamar mandi.

Andrea terkikik geli melihat wajah kesal sang sahabat. Ia pun memilih duduk di sofa sembari memainkan ponselnya menunggu Titha selesai mandi.

Sekitar lima belas menit Titha sudah keluar dari dalam kamar mandi dengan mengenakan baju lengkap. Ia lantas berjalan menuju ke depan cermin untuk berdandan. Andrea sedikit menjauh sembari menutup hidungnya kala melihat Titha hendak menyemprotkan parfum ke bajunya.

"An, kamu kenapa sih? Aneh banget," ucap Titha heran melihat kelakuan aneh sahabatnya.

Andrea menggelengkan kepala. "Aku gak suka bau parfummu, Tha."

"Gak suka? Eh ini parfumkan kamu yang pilihin. Aneh deh kamu."

"Masa?" Andrea pura pura lupa.

"Ckk pake nanya lagi. Ayo berangkat!" ucap Titha kesal.

Andrea melangkahkan kaki membuntuti Titha yang sudah berjalan lebih dulu. Ia membubuhi depan hidungnya dengan minyak kayu putih kembali agar tidak merasa mual dan pusing.

Maria dari kejauhan melihat apa yang dilakukan Andrea. Ia pun segera berjalan mendekat ke arah Andrea.

"Kamu sakit, Nak?" tanya Maria.

Andrea terkejut. Minyak angin yang ia pegang hampir saja jatuh karena Andrea gugup memasukkannya ke dalam tas.

"T-tante," ucap Andrea gugup.

"Andrea... Aku baik-baik saja kok tante, hanya tiba-tiba sedikit pusing saja," ucap Andrea bohong.

"Kamu yakin, kamu baik-baik saja, An?" ucap seseorang lainnya yang baru saja datang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro