Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bahan Gunjingan

"Kamu yakin baik-baik saja, An?" tanya Titha.

Andrea tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Aku baik-baik aja kok."

"Ma, aku sama Andrea pergi dulu ya," ucap Titha berpamitan.

"Hati-hati di jalan ya, Sayang."

Setelah berpamitan Andrea dan Titha meninggalkan Maria yang masih sibuk membereskan rumah. Tujuan mereka saat ini adalah menjemput Syana dan Alya. Andrea meminta Titha mengemudikan mobilnya, sementara Andrea memilih duduk di kursi samping kemudi. Sepanjang perjalanan Andrea terus saja menempelkan botol minyak kayu putih di depan lubang hidungnya. Hal tersebut membuat Titha merasa cemas.

"An, kamu kenapa sih?" tanya Titha heran.

"Kamu sakit atau apa?" cecar Titha ingin tahu.

Andrea menggelengkan kepala. "Memangnya aku kenapa? Aku gak kenapa-napa. Aku baik-baik saja kok."

"Ckk masih ngelak lagi," cibir Titha.

"An kita itu temenan sudah dari jaman baheula jadi aku tahu lah, kamu baik-baik saja ataupun kenapa-napa," ucap Titha telak!

"A-aku gak kenapa-napa kok, Tha."

"Baiklah kalau kamu masih belum mau mengaku, tapi aku cuma mau bilang apapun yang terjadi aku selalu ada buat kamu," ucap Titha pasrah.

Andrea menganggukkan kepala sembari tersenyum tipis sebagai jawaban. "Maafin aku, Tha. Aku belum siap cerita sama kamu," batin Andrea.

Saat ini Andrea dan Titha sudah menjemput Syana dan Alya. Mereka lantas melanjutkan perjalanannya menuju sebuah restoran mewah tempat acara perpisahan digelar. Disana terlihat sudah ramai banyak siswa lain yang berdatangan. Andrea dan teman-temannya menuju bangku yang telah disiapkan untuk mereka. Andrea memilih tempat duduk didekat jendela kaca, ia duduk dengan tenang di samping Syana.

Selang beberapa menit kemudian suasana ruangan menjadi riuh. Dan beberapa siswa saling berbisik menyebut nyebut nama Andrea. Andrea yang sibuk membaui hidungnya dengan minyak kayu putih pun tak begitu mempedulikan. Pun dengan ketiga sahabatnya yang sedang asik berselfie dan bercanda. Hingga salah seorang siswa mendekati Andrea.

"An, kamu putus ya sama Anthony?" tanyanya tiba-tiba.

Andrea dan ketiga temannya reflek menoleh dan memfokuskan pandangan kepada siswa tersebut.

"Kenapa memangnya? kepo banget!" cibir Alya kesal.

"Enggak apa-apa sih, tapi tadi aku lihat Anthony datang bersama Nina," ucap siswa yang bernama April itu.

"Hah!" seru Alya dan Titha yang belum tahu masalah yang sedang Andrea alami.

Alya dan Titha menoleh ke arah Anthony. Dan benar saja, mereka melihat Nina menggandeng mesra lengan Anthony berjalan masuk ke dalam ruangan.

Alya menoleh ke arah Andrea yang menunduk. "An, apa yang sudah terjadi? Bukankah kalian baik-baik saja?" tanya Alya yang ingin mendengar penjelasan secara langsung dari Andrea.

Andrea menggenggam tangan Syana kuat. Ia menghela nafas dalam lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Ya, itu semua benar. Aku yang sudah meninggalkannya."

"Hah! Kenapa? Apakah kalian ada masalah? Atau Nina mengancammu, An?" tanya Titha bertubi-tubi.

"Tidak, aku hanya sedang ingin sendiri saja."

"Jangan menutupi apapun dari kami, An. Aku tahu kamu sedang sedih saat ini. Itu tandanya telah terjadi sesuatu yang tidak kami ketahui diantara kamu dan Anthony," ucap Titha telak.

Syana mengusap lembut lengan Andrea yang saat ini hanya terdiam. Ia kemudian memberikan penjelasan kepada kedua sahabatnya jika memang terjadi sesuatu antara Andrea dan Anthony. Syana pun memberi himbauan agar keduanya tidak menanyakan perihal Anthony terlebih dulu.

"Al, Tha kita bisa bicarain ini nanti? tolong mengerti perasaan Andrea."

Keduanya menganggukkan kepala mengerti. Syana terus menggenggam tangan Andrea sembari membisikkan kata-kata untuk menguatkan hati Andrea.

"Jangan sedih, An. Percayalah, yang baik akan mendapatkan jodoh yang baik juga," bisik Syana.

Andrea menganggukkan kepalanya. "Iya, Na. Terima kasih."

Acara perpisahan berjalan dengan cepat, saat ini Andrea dan kawan-kawannya bergegas untuk meninggalkan tempat acara karena mereka ingin berkumpul bersama setelah acara selesai. Syana menggandeng lengan Andrea menuju mobil. Sementara kedua teman Andrea yang lain berjalan dibelakang Andrea. Ketika hendak masuk ke dalam mobil Nina datang menghampiri Andrea. Dengan senyuman mengejek Nina membongkar aib Andrea di depan ketiga temannya.

"Hei cewek bekas, lu masih punya muka juga ya datang keacara perpisahan. Dihhh kalau gue jadi lu sih bakal malu," ucap Nina dengan senyuman mengejek.

"Maksud kamu apa bilang begitu sama Andrea? Mulutmu gak pernah di sekolahin ya?" ucap Alya tidak terima dengan penghinaan Nina kepada Andrea.

"Hei! Kalian belum tahu, dia kan memang cewek bekas. Promnight lalu kan dia tidur sama Anthony. Dan moga-moga aja kamu enggak hamil ya."

Alya dan Titha mendelik mendengarnya sementara itu Andrea langsung masuk ke dalam mobil. Air mata Andrea sudah tak bisa dibendung lagi. Ia menangis sesenggukan meratapi nasibnya. Alya, Titha dan Syana pun ikut masuk ke dalam mobil.

"An, sudah ya jangan nangis terus." Titha berusaha menenangkan sang sahabat.

Andrea mengusap air matanya, ia mulai menceritakan apa yang terjadi sesungguhnya kepada Alya dan Titha.

"Kurang ajar banget itu si Anthony, An!"

"Trus kamu gimana sekarang? Maksudku bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Titha khawatir.

"Aku akan memberitahunya, dan aku akan terima apapun konsekuensi."

"Astaga, An. Ini gak adil banget buat kamu."

"Bener, tau gitu aku hajar dia." Alya mengepalkan tangannya sembari menggerutu.

"Sudahlah, Andrea sudah mengambil keputusan. Kita sebagai teman sebaiknya menghargai dan mendukung apa yang menjadi keputusan Andrea."

"Lalu apa rencana kamu sekarang ?

Andrea menggelengkan kepalanya pelan. "Aku gak tahu, tapi aku harus segera memberitahu ortuku karena aku gak mungkin sembunyiin ini semua. Maukah kalian janji saru hal padaku?"

"Apa?"

"Jangan katakan kepada siapapun masalah ini, termasuk siapa bapak dari anak ini."

"Tapi, An? Bagaimana denganmu?" tanya Titha.

"Aku akan membesarkan anak ini sendirian apapun yang terjadi."

Seketika ketiganya memeluk tubuh Andrea secara bersamaan. "Kami sayang padamu, An. Sayang banget, kami akan mendukung apapun keputusanmu. Kami akan bantu semampu kami."

"Terima kasih sudah mau mengerti aku," ucap Andrea sembari mengusap air mata.

Andrea melajukan mobil kembali setelah selesai mengantar teman-temannya pulang ia pun bergegas untuk segera pulang. Kondisi jalanan menuju rumahnya agak sepi, Andrea yang melajukan mobil kecepatan rendah tanpa sengaja melihat sebuah mobil menubruk sepeda motor yang hendak berbelok. Bukannya berhenti pemilik mobil itu justru melajukan mobil kencang. Andrea yang iba pun segera menghentikan mobilnya dan membantu si korban. Andrea membawa korban ke tepian jalan lalu mengobati luka si korban.

Drrrt drrrt drrrt

Bunyi telepon Andrea membuat Andrea segera menggeser tombol gulir hijau.

"Andrea kamu dimana?" tanya Lucy dari seberang sana.

"Andrea lagi jalan pulang, Ma."

"Baiklah segeralah pulang. Papa sudah menunggumu."

"Iya, Ma." Andrea mematikan sambungan telepon lalu berpamitan pulang.

Dalam perjalanan Andrea berpikir keras apa yang sedang terjadi sehingga papanya sampai harus menungguinya pulang.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro