Chapter 7: Keluarga
Chise memainkan jarinya.
"Kau tidak bisa bertemu dengannya secara langsung, Shai."
Alis pria itu langsung menukik.
"Alat yang aku gunakan," Chise menunjuk jam tangan di pergelangan tangan, "tidak memiliki fasilitas untuk panggilan tatap muka. Aku pun berkomunikasi dengan duniaku melalui alat pendengar saja."
"Tak apa," ujarnya santai. "Aku tidak keberatan."
Chise berusaha mengolah perbincangannya dengan Shai. Ternyata semudah ini. Ia perlu berkonsultasi dengan Elias tentang jadwal kegiatan Nona Lein. Shai sendiri kelihatannya sudah siap dengan pertemuan antar dimensi tersebut.
Teknologi berkembang begitu pesat. Gadis itu kagum sekaligus ngeri dengan apa yang suaminya ciptakan. Dengan perantara alat ini, Chise menyaksikan kesadaran tokoh fiksi yang bergerak dengan sendirinya.
Suara pintu mobil yang tertutup cukup keras memecahkan konsentrasi gadis itu.
"Papa!" panggil dua suara bersamaan.
Shai segera berdiri dan merentangkan kedua lengan, menangkap dua orang bocah laki-laki yang berlari ke dalam pelukannya.
"Oh, jagoan-jagoan Papa sudah sampai," seru laki-laki itu, kemudian menggendong mereka.
Lalu, seorang wanita berambut ikal berjalan mendekat. "Duh, padahal mereka sudah sering kuberitahu untuk menutup pintu mobilnya pelan-pelan."
Chise terpaku. Wanita yang sudah tidak perlu ia tebak lagi sebagai istri Shai itu adalah sosok yang manis. Gaun cokelat berbahan ringan menutupi hampir seluruh kaki. Ia tidak percaya dengan apa yang dirinya saksikan, tubuh itu tidak terlihat seperti seseorang yang habis melahirkan dua orang anak. Sepertinya wanita itu senang berolahraga.
Dandanan yang dipoles sederhana, namun menampilkan kesegaran si pemilik wajahnya. Mata hangat khas seorang ibu begitu melekat.
Tanpa sadar, Chise menyunggingkan senyum.
"Papa, di jalan banyak mobil!" ucap bocah di tangan kiri Shai.
Disusul dengan bocah di tangan kanan pria itu. "Iya, motor juga tidak kalah banyak!"
Hati Chise meleleh melihat dua orang anak dengan wajah yang serupa. Bocah yang berada di tangan kanan Shai memiliki potongan rambut lebih pendek, berlawanan dengan kembarannya yang sedikit lebih tebal dan berantakan.
"Oke, Papa mengerti," Shai menyudahi perbincangan dengan senyum di bibir.
"Oh, halo." Chise mengalihkan perhatiannya kepada istri Shai. "Shai, sepertinya kau melupakan seseorang."
Shai terdiam, lalu menatap Chise. "Maaf, aku lupa."
Sepasang mata si kembar bermandikan tanda tanya.
"Chise, perkenalkan, ini keluarga kecilku." Suara itu terdengar bangga dan bahagia.
Gadis itu mengangkat tangan. "Chise."
"Rhea." Genggaman tegas membungkus tangan Chise. "Salam kenal."
Shai pun melihat kedua anaknya secara bersamaan.
"Ini anak-anak kami," jelasnya. "Ayo, kenalkan diri kalian."
Bocah berambut tebal mengangkat tangan.
"Adrian!"
Kemudian, bocah yang memiliki lesung pipit itu kini memeluk leher Shai pun berkata, "Ales."
▪️
A/N:
Kenapa kalian lucu sekali, bocah-bocah. Ingin ajak main Adrian sama Ales.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro