Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 6: Berkisah

"Mengapa istri dan anak-anakmu terlambat kemari?"

Shai sempat membelikannya segelas jus. Awalnya Chise menolak karena tidak memiliki uang sama sekali, lebih tepatnya tidak mempunyai mata uang di sini. Ditambah lagi ia pikir dirinya tidak merasakan haus atau pun lapar. Namun, Shai bersikeras memberi jus jeruk gratis.

"Mereka terjebak macet," jawabnya, lalu menyeruput jus yang ia miliki.

Meminum jus jeruk di tangan, Chise tidak menyangka dengan hasil yang ia rasakan. "Wah, segar dan manis," ungkapnya.

"Berarti alatnya berfungsi," Elias merespon.

"Aku senang jusnya sesuai seleramu, Chise." Shai tersenyum. "Tokonya adalah tempatku berlangganan, buah lezat yang khas karena produksi buahnya dari kebun sendiri."

"Begitu, ya."

"Chise," ucap Shai tiba-tiba.

"Y-ya?"

Gadis itu seakan ditembak oleh sesuatu. Jantung memburu cepat, suasana berganti dengan singkat. Dengan mudahnya Shai memainkan peran demi menguasai obrolan ini.

"Apa alasanmu kemari?"

Seharusnya Chise tidak perlu ragu dengan pertanyaan ini. Menyatakan Shai adalah makhluk fiksi sudah menjadi setengah perjalanan, hanya saja mengatakan seseorang 'manusia' ingin bertemu dengannya masih terdengar tidak biasa.

"Itu―"

"Nyonya Ainsworth!" sergah Nona Lein. "Aku harus kembali bekerja. Tolong rekam percakapan kalian, ya? Jawab saja apa yang menurutmu pantas untuk dijawab. Aku serahkan padamu."

"Baiklah." Chise mengangguk, ia pun menekan tombol rekaman di jam tangan hitamnya. Menghela napas lelah, ia menoleh, dan mendapati Shai masih memperhatikannya. "Maaf... seseorang berbicara padaku tadi."

Shai terdiam, tatapan matanya memberi pesan agar untuk menjawab pertanyaan yang sudah terlontar.

"Ini sedikit membingungkan―um, sepertinya tidak juga. Pada intinya ada yang ingin bertemu denganmu, namun tak bisa. Jadi melalui perantara, yaitu aku, untuk menciptakan pertemuan ini, lalu menyaksikannya lewat penglihatanku."

"Kenapa tidak bisa?"

"Ia sibuk dengan pekerjaannya, apalagi akhir minggu ia akan menghabiskan waktu bersama orangtuanya yang sakit. Jika ada waktu pun, itu hanya sedikit."

Kini Shai beranjak dari bangku, kemudian berjalan dua langkah ke depan. "Dan alasan ia ingin bertemu denganku?"

"Tidak tahu," ujar Chise tanpa ragu.

"Tidak tahu?" Shai membeo.

"Ya, ia tidak memberitahu alasannya kepadaku. Yang aku perempuan ini sekadar ingin melihatmu, Shai."

Dan Shai tidak bertanya lebih lanjut. Laki-laki itu kali ini berjalan layaknya setrika dengan kepala tertunduk. Sepertinya ada sesuatu yang sedang dipikirkan olehnya.

Dengan kedua tangan di belakang punggung, Shai menghadap gadis itu.

"Aku ingin bertemu dengannya."

Chise berkedip-kedip.

... oke.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro