Chapter 5: Membuka Diri
Shai menatap lurus kepada Chise selama beberapa saat, kemudian matanya mengedip tiga kali, lalu menatap Chise lagi. Gadis itu menelan ludah, telapak tangannya tiba-tiba gatal. Tatapan menyelidik kini hidup pada pandangan mata hangat milik Shai.
"Kau bukan dari dunia ini."
Chise mengangguk.
"Dan dunia ini adalah dunia fiksi?"
Wanita itu membeku sejenak, kemudian mengangguk lagi.
Dirinya cemas jika Shai tidak percaya, bahkan mungkin mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang menyemburkan kebohongan. Ditambah lagi Chise ingin menanyakan keganjalan yang ia rasakan kepada Elias, karena sedari tadi pria itu tidak berkomentar dan menjelaskan apa pun sejak Nona Lein tidak tahu menahu dengan kisah hidup Shai yang sudah memiliki keluarga sendiri.
"Apa boleh aku mengobrol sebentar dengan earphone ini?" Chise berkata hati-hati.
Shai tidak segan mengizinkan, "silakan."
Ia berjalan menjauh, mendekati satu pohon yang tidak terlalu tinggi.
"Elias―oh, Nona Lein juga, bisa jelaskan ini?"
Suara ketikan yang pertama kali Chise dengar.
"Ceritanya tidak seperti ini, Nyonya Ainsworth. Di dalam kisah aslinya, Shai belum menikah, dan sedikit lebih muda dari yang sekarang," Nona Lein memulai.
"Setelah kuperiksa, kerusakan alat tidak terdeteksi. Jadi kemungkinan besar ada hal lain yang membuat ceritanya menjadi berbeda," Elias kemudian berkata. "Aku akan mencari tahu lebih lanjut, Chise. Untuk sekarang kau kembali berinteraksi dengan Shai."
Chise menggigit bibir. "Apa kau baik-baik saja, Nona Lein?"
Wanita itu bisa saja tidak nyaman dengan kisah Shai yang seperti ini, yang bisa merusak imajinasinya.
"Tidak apa-apa, aku hanya kaget."
"Baiklah."
Chise kembali ke bangku di mana Shai kini sibuk dengan ponselnya.
"Sepertinya mereka akan terlambat ke sini," lapor laki-laki itu. "Kita bisa mengobrol lebih leluasa."
Tidak tahu mengapa kalimat itu terdengar negatif. Chise yakin Shai akan segera mengupasnya lebih dalam, menguak apa saja yang ia ingin ketahui. Bila perlu gadis itu menyiapkan tameng untuk melawannya.
"Tidak perlu kaku seperti itu, aku tidak akan berbuat jahat."
Chise ingin sekali menampar wajahnya sendiri, berharap tubuhnya terkubur oleh sesuatu, lalu Shai tidak bisa melihat kehadirannya. Otaknya bergerak terlalu liar memikirkan sesuatu yang buruk tentang Shai.
"Fiksi, ya...."
Gadis itu menoleh ke arah Shai.
"Aku tidak tahu apakah aku ini hanya sebuah imajinasi atau bukan," ujarnya tiba-tiba. Pria itu menyentuh dadanya, kemudian tersenyum.
"Tapi yang aku yakini bahwa aku ini ada, hidup di suatu tempat. Tepatnya, di sini."
Ya, di buku ini, di kepala Nona Lein, benak Chise melanjutkan. Salah satu sudut bibirnya naik tanpa sadar. Kehadirannya akan dapat dilihat, dirasakan berulang-ulang, siapa pun yang membacanya.
"Kau tidak marah?"
Shai menengadah. "Di luar dugaan, tidak ada perasaan marah ketika kau mengatakannya. Ada apa, ya? Mungkin tanpa sadar aku menerima pernyataan tadi. Mungkin aku sudah diatur untuk menerima informasi tersebut."
Hati gadis itu bak diremas. "Shai."
"Entahlah," Pria itu mengedikkan bahu, "aku hanya berasumsi."
"Sepertinya aku merusak pertemuan pertama kita. Apalagi aku datang sebagai pendatang baru, aku ini bisa dibilang seorang tamu, dan orang asing. Aku aneh, ya?" sesal Chise. "Maaf."
"Sepengetahuanku kau tidak berbuat kesalahan." Senyum ramah itu terlihat.
Chise menghela napas. Shai baik sekali.
"Apa aku layak menjadi temanmu?"
Ya, ia berharap Shai bisa menerimanya. Meskipun pria itu memang sesuatu hal yang tak nyata, Chise tetap ingin memiliki teman seperti Shai.
"Tentu," Shai menjawab. "Apalagi ini pertama kalinya aku memiliki teman berambut merah."
Chise tercenung, Shai memainkan perkataanku tadi. Namun, perasaan lega memenuhi relung hatinya.
"Kita berteman?"
Shai tertawa.
"Ya, kita berteman sekarang."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro