Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 14: Akhir Perjalanan

"Kau benar-benar akan pergi?"

Rhea kini menatapnya pilu sembari menggendong Adrian yang baru saja bangun dari tidur siangnya. Chise yakin ada luka yang mungkin akan tertinggal ketika ia meninggalkan tempat ini. Meskipun hanya sebentar, Chise sangat bersyukur bertemu Shai, Rhea, dan si kembar.

Sekarang ia memiliki ikatan baru.

Chise mengumbar senyum, sedikit memaksa. "Sudah waktunya aku pulang. Aku sudah meninggalkan beberapa hal terlalu lama, apalagi aku cukup was-was dengan keadaan suamiku. Ia bisa saja melewatkan waktu untuk mengisi perut."

Rhea terkekeh, akan tetapi ada bulir air mata yang terlihat.

"Aku paham itu," Suaranya tercekat, "Kadang suami kita harus diingatkan akan beberapa hal."

"Mama, jangan menangis," Adrian menyentuh pipi Rhea yang basah.

Wanita itu sekuat tenaga untuk tertawa. Adrian terlihat tidak percaya perkataan ibundanya, terus menghapus aliran kesedihan yang tercipta.

Suara kecil yang lain kini menyapa Chise, "Kak Chise."

Ah, Ales, si anak lembut menghampirinya. Ia juga menarik tangan Shai agar cepat masuk ke dalam kamar. Shai tidak terkejut ketika mengetahui Rhea sudah bercucuran air mata. Pria itu pun merasakan hal yang serupa. Senyum kecut terpasang di bibirnya.

"Ini waktunya, ya," sebut Shai. "Sepertinya aku harus kehilangan lagi."

Chise membisu. Kenapa Shai harus berkata demikian? Apa yang terjadi?

Gadis itu segera mengenyahkan tanda tanya di dalam kepala. Itu urusan nanti. Ia bisa bertanya pada Nona Lein atau membaca buku ini untuk menemukan jawabannya.

"Kita akan bertemu lagi suatu saat," ucap Chise menenangkan. "Aku tidak akan mengucapkan selamat tinggal."

"Itu benar," Rhea menjawab. Ia kemudian mengajak Shai dan Ales untuk duduk di tepi tempat tidur. "Chise akan menemui kita lagi."

"Semoga saja aku bisa membawa Nona Lein ke sini."

"Nona Lein, Nona Lein!" Si kembar berjingkrak di atas kasur. Chise melepas tawa menyaksikan tingkah mereka berdua. Ia harus membawa Nona Lein. Pasti itu menjadi pengalaman yang lebih menyenangkan.

"Kalau begitu, aku pamit."

Secara drastis, suasana berubah pahit. Isak tangis dari Rhea menguat, Adrian dan Ales memeluk wanita itu erat.

"Terima kasih banyak, Chise," Shai berucap. "Kau sudah berusaha keras menghubungkan kami dan Nona Lein. Padahal kau tidak mengenal kami semua, dunia ini."

"Mungkin saja kau tidak sadar bahwa kau membawa kehangatan, lalu menyalurkannya kepada kami. Kehangatan itu pun sampai pada Nona Lein." Shai mengusap lengan Rhea yang bergetar. "Jangan lupakan itu."

Chise terenyuh. Bibirnya tidak bisa berkata lagi.

"Te-terima kasih, Chise. Waktu yang kita lalui ini terlalu singkat, t-tapi kehadiranmu memberikan efek luar biasa." Wajah memerah Rhea terlihat jelas, air mata mengalir deras. "Cepat kembali. Kami pun menunggumu."

"Kak Chise, main lagi ke sini, ya." Ales memeluk Chise, kemudian Adrian melingkarkan lengan mungilnya di sekitar leher gadis itu.

"Terima kasih sudah menerimaku. Kalian sudah menjadi bagian dari perjalanan yang tidak akan kulupakan. Kalian sudah menjadi bagian dari hidupku." Senyum keluarga kecil itu adalah pemandangan terakhir yang ia saksikan.

Bersamaan dengan mata yang tertutup, Chise pun berkata,

"Sampai jumpa."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro