Chapter 13: Video
"Kalian sudah siap?"
Shai dan Rhea mengangguk. Mereka kini duduk di atas sofa dengan si kembar berada di atas pangkuan keduanya. Hari sudah berubah kembali menjadi malam yang gelap. Namun, di dunia asli, waktu baru saja berjalan hanya beberapa jam.
Ia mendapat laporan bahwa Nona Lein bisa menyisihkan waktu untuk menyaksikan Shai serta keluarga kecilnya hari ini. Secara bersamaan, sebuah rencana sudah dibuat sejak obrolannya dengan Rhea tadi. Setelah Shai pulang kerja, mereka akan melakukan sebuah video salam sapa kepada Nona Lein.
Tentu saja, dengan senang hati Nona Lein menunggu video itu datang ke hadapannya.
"Nona Lein, kau juga sudah siap?" Chise berkata, masih menatap keluarga kecil itu.
"Iya."
Sebelumnya, Chise sudah menjelaskan kepada Shai dan Rhea tentang ketidakmampuan alat untuk melakukan panggilan video secara dua arah. Ekspresi kecewa sempat ia tangkap dari keduanya.
Gadis itu mengatur video agar lebih cantik dilihat dan dibantu Elias pula dari dunia sana. Ia ingin tayangan ini memiliki kesan berharga untuk Nona Lein.
"Kalian bisa bicara sekarang."
Keheningan menjadi awal dari video tersebut. Kemudian, disusul dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari Ales dan Adrian. Sang ibu dan ayah sempat kelimpungan menjawab rasa ingin tahu si kembar. Lalu, pada akhirnya mereka bisa menenangkan Ales dan Adrian.
"Halo, Nona Lein," sapa Shai lebih dulu. Kemudian, Rhea melakukan hal serupa.
Si kembar tidak ketinggalan memberi salam setelah Shai dan Rhea memberi instruksi. "Hai, Nona Lein!"
"Bagaimana, ya... rasanya canggung sekali." Shai menggaruk kepalanya.
Rhea pun mengambil alih.
"Nona Lein, terima kasih."
Dan suara isak terdengar dari earphone Chise.
"Terima kasih sudah membawa kami ke dalam pelukanmu, terima kasih sudah menerima kami. Anda―ah, bukan, kau dengan senang hati menyaksikan kisah kami. Mungkin ada sesuatu yang membuatmu terluka bahkan menangis, mungkin kau tidak suka akan sikapku di masa lalu. Tapi kau mau menggenggam setiap potongan cerita yang ada."
Pandangan mata Chise mengabur. Air matanya serta suara tangis haru yang mengalun dari bibir Nona Lein pun hadir di antara momen yang terjadi.
Shai meletakkan telapak tangannya di atas kepala Ales, tangan penuh kelembutan, kasih sayang. "Kau menjadi saksi perjuanganku, perjuangan kami. Bahkan, kau pun merasakan kehilangan bersama kami. Dan sekarang kau juga melihat kebahagiaan kecil yang hidup di antara kami berdua."
Chise membayangkan Nona Lein tersenyum bahagia sembari berurai air mata.
"Adrian dan Ales," ucap pria itu bangga. "Nona Lein, apa kau senang dengan kehadiran mereka?"
Walaupun kebisuan yang menjawab, akan tetapi suasana hangat tidaklah berubah sedikitpun.
Rhea mengusap sudut matanya.
"Ales, Adrian, mau bicara sesuatu kepada Nona Lein?"
Wajah bingung si kembar begitu menggemaskan. Nona Lein pun sempat memekik senang karena melihat ekspresi manis mereka.
"Nona Lein, kapan main ke sini?" Ales mengawali, "kami menunggu."
Adrian seolah ingin turun dan berlari ke arah Chise, akan tetapi Rhea dengan sekuat tenaga menahannya.
"Nona Lein, ayo main!"
"Rasanya ingin peluk mereka sekarang juga," sahut Nona Lein, suaranya bergetar. "Oh, Nyonya Ainsworth... ini menyedihkan. A-aku tidak bisa bertemu mereka."
Shai dan Rhea kini saling tatap, mereka seolah sedang bertukar pikiran, mengungkapkan apa yang ingin mereka sampaikan.
"Kami harap kita bisa bertemu," Shai berkata.
Rhea menampilkan senyum penuh sinar bahagia.
"Kami dengar kau sibuk dengan banyak hal, maka dari itu kami akan menunggu. Nikmati semua kegiatanmu sampai kau yakin ada waktu yang tepat untuk kita bertemu."
"Baik, akan aku lakukan," jawab Nona Lein di sela-sela tangisan.
"Karena," Rhea menggantungkan ucapannya. Shai memeluk pundak wanita itu, mempersempit jarak antar anggota keluarga kecilnya dalam jarak yang semestinya. Penuh kehangatan, "... karena, kami tidak akan pergi kemanapun."
"Selalu di sini. Selalu."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro