Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-Satu-

Klik bintang dan komen donk...

❤Happy reading❤

Eugene tersenyum puas kala mamanya-Shinta Paramesthi-mengeklik tombol 'send' untuk mengirim pesan itu.

"Makasi, Ma. Yu sayang Mama." Eugene, lelaki kecil berusia 8 tahun itu memeluk Shinta.

Perempuan itu tersenyum. Tak menyangka, janin yang ada dalam rahimnya sudah tumbuh dan berkembang menjadi sosok anak lelaki yang menawan.

Teringat Shinta akan peristiwa beberapa tahun yang lalu. Peristiwa saat dia mendapati suatu kenyataan yang mengejutkan, bahwa di dalam rahimnya tertanam zigote yang beberapa bulan kemudian berkembang menjadi bayi mungil.

"Yu, kamu bahagia?" tanya Shinta. Eugene mengangguk berulang. "Ayo, kita obati lukanya dahulu."

Shinta menggiring Eugene ke sebuah ruang di sisi rumahnya. Sebuah ruang praktek pribadi yang dikelola oleh Shinta. Di tengah ruang terdapat kursi dental unit. Di sisi lain terdapat lemari kaca yang di dalamnya tertata bahan-bahan kedokteran gigi yang mempunyai bau menyengat. Di sisi kiri diletakkan meja konsultasi. Di atasnya terdapat laptop dan patung peraga gigi.

Shinta mendudukan Eugene di kursi dental. Perempuan itu mencuci tangannya terlebih dahulu di wastafel, dan mengambil kasa di dalam lemari sterilisasi. Shinta mempersiapkan larutan NaCl untuk membasuh luka Eugene. Matanya memicing mencari sebuah botol dan menemukan botol povidon iodine yang dicarinya di barisan botol obat yang lain.

Sambil berceramah, tangan Shinta tetap mengoles luka anaknya. "Eugene, Anak Mama. Mama sudah bilang berkali-kali. Jangan suka berkelahi!" Eugene meringis saat kasa itu menempel di bibirnya yang terluka.

"Bukan Eugene yang mulai, Ma! Angga yang mulai mengolok!"

"Biarkan saja Angga mengolok. Kamu tahukan peribahasa 'Biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu!' artinya biarkan apa kata orang, kita tetap jalan saja. Tutup telinga!" ujar Shinta sekarang mengoles antiseptik di pipi anaknya.

"Kalau Yu dikatain anak haram tidak masalah, Ma! Tapi Yu tidak suka Mama dibilang pelacur! Mamaku itu dokter gigi yang profesional!"

"Yu tahu arti kata itu?" tanya Shinta mengarah pada kata 'pelacur' dan dijawab anggukan Eugene.

Hati Shinta mencelos. Gerakannya mengusap kasa terhenti. Seketika diremasnya lembaran kain kasa itu, untuk meredam emosinya. Bibir Shinta tergetar dan berusaha menarik ke samping membentuk senyum yang dipaksakan. Menyembunyikan luka karena lagi-lagi merasa menjadi ibu yang tak becus.

"Terima kasih jagoannya, Mama." Suara Shinta terdengar seperti cicitan karena lidahnya kaku.

"Maafkan Eugene, Ma." Anak itu tahu, mamanya menahan tangis. Mata Shinta yang memerah menjadi alarm bagi Eugene bahwa mamanya bersedih dan menahan tangis. Sekuat tenaga bocah lelaki kecil itu menghibur wanita yang sudah melahirkannya ke dunia. "Eh, tapi Yu kelihatan macho ya? Tadi waktu berkelahi, si Atta-cewek yang suka dijodoh-jodohin sama Yu-belain Yu di depan Angga! Jangan-jangan Atta suka sama Yu, ya, Ma?"

Shinta tercengang mendengar celoteh sang putra. "Yu 'kan malaikat Mama. Pasti banyak anak yang suka dan pengen berteman dengan Yu." Shinta mengalihkan kata 'suka' itu menjadi 'suka' yang universal. Suka dalam hal pertemanan. Tak ingin anaknya terjerumus dalam lembah nista seperti dirinya.

***

Ada satu yang tak pernah Shinta sadari. Kecerdasan dan kemampuan interpersonalnya yang bagus membuat Eugene mudah menerima informasi apapun dan mudah diterima siapapun. Tak terkecuali Eriko, lelaki muda yang mempunyai toko di sebelah sekolah Eugene.

Siang itu selepas sekolah, Eugene tak langsung pulang. Ekstra kulikuler drum band yang diadakan pukul 12.30, membuat Eugene leluasa mempunyai waktu 45 menit untuk melancarkan aksinya. Sengaja, anak itu menyelinap keluar gerbang dengan alasan hendak membeli jajanan di toko sebelah.

Eugene berlari kecil menaiki barisan anak tangga. Segera dia mendorong pintu dan senyumnya mengembang tatkala mendapati seseorang yang ada di balik meja kasir.

"Kak Eriko," sapa anak lelaki kecil itu.

Eriko yang sedang sibuk dengan game di smartphone nya mendongak sebentar, lantas kembali sibuk dengan gamenya.

"Kak," panggil Eugene.

"Ehm ...." Eriko hanya berdeham. Matanya masih terpaku pada layar gawainya.

"Kak ...." Eugene mencondongkan badannya, melintasi meja kasir, merentangkan telapak tangannya di atas layar, sehingga menutupi pandangan Eriko.

"Apa?" tanya Eriko kesal melihat pelanggan setianya tidak membawa barang belanjaan yang akan dihitungnya.

"Kak, buatkan aku facebook." Eriko mengernyit, tak paham. Eugene mengulangi pintanya. "Buatkan aku fb"

"Maksudnya?" tanya Eriko.

"Aku mau hubungi papaku. Aku ingin punya fb ku sendiri. Ga ikut fbnya Mama." Eriko memicing. Selama dua tahun mengenal anak kecil ini, Eriko tak pernah bertemu papanya.

"Papa?"

"Iya. Papaku di korea. Dia tentara, Kak! Hebat, 'kan?" celoteh Eugene.

"Iya. Kamu pernah cerita," jawab Eriko datar dengan cerita yang dianggap basi.

"Ih, Kakak ga percaya denganku?" Eugene kesal mendapati respon tak menyenangkan dari Eriko.

"Lantas Kakak harus jawab 'wow' gitu?" Eriko juga tambah kesal, karena anak lelaki kecil itu mengganggu keasyikannya bermain.

"Sini. Kakak 'kan punya fb, Kakak ketik deh di bagian yang ada itu Kak," Eugene tampak berpikir, mengetuk bibirnya dengan telunjuk, kepala serong ke atas, dan pandangannya mengerling ke langit-langit. "itu loh Kak, yang ada gambar kaca pembesarnya. Trus kakak ketik, Bae Yu Jin.. Yu Jin ya, Kak. Y ... U ... J ... I ... N, bukan E ... U ... G ... E-"

"Ih, anak ini cerewet banget sih! Mamamu ngidam kroto, ya?" sergah Eriko yang jarinya seperti terhipnotis menari di permukaan layar hp nya mencari aplikasi facebook dan mengetikkan nama sesuai instruksi Eugene.

"Kroto apaan kak?"

"Arggghhh!" erang Eriko. Tetapi dasar Eugene, dia akan mengejar sampai Eriko memberi jawaban padanya. Sehingga, Eriko pasrah memberitahunya, "Kroto itu makanan burung, telur semut merah, bikin burung suka berkicau."

"Hih, Kakak jahat! Masa Kakak nyamain mamaku sama burung!" Eriko terkikik melirik ekspresi Eugene.

Sedetik kemudian, mata Eriko membelalak. Benar ada nama Bae Yu Jin yang muncul di gawainya. Sedikit tak percaya, dia menghadapkan layar gadgetnya ke depan wajah Eugene. "Ini?"

"Benar, Kak! Ini papaku! Ayo, Kak, bantu aku buatkan facebook! Aku 'kan pelanggan setiamu di sini!"

Eriko tersenyum dan mengacak rambut Eugene. "Ok, tapi jangan disalah gunakan, ya? Kakak nggak pengin dimarahi mamamu!"

"Ashiapp, Kak!"

Eugene berjalan melintasi meja kasir, ikut masuk dan duduk di belakang meja. Eriko membuka media sosial itu melalui komputer, dan mulai membantu Eugene membuat akun. Tidak lama berselang akun baru milik Eugene pun terlahir.

"Usernamenya Eugene_B, passwordnya yujinshinta, tanpa spasi, huruf kecil semua," kata Eriko kemudian. Lantas, Eriko mencoba log out, dan membiarkan Eugene membukanya sendiri.

"Bisa, Kak!" ujar Eugene berbinar. "Kak, ketikan pesan untuk papaku dong. Kakak 'kan ngetiknya cepat."

"Kamu menyusahkan saja, Yu!"

"Please ...." Eriko mendesah panjang, dan mengambil keyboard untuk mengetikkan pesan Eugene.

"Apa?" Jari Eriko sudah ada di atas huruf di keyboard komputernya.

Eugene mengerucutkan bibirnya, berpikir. Mulutnya mulai bergerak-gerak, seraya jemari tangan Eriko mengetikkan huruf seperti apa yang didengarnya.

Dear Papa ....

ini Eugene. Eugene belum terlalu bisa bahasa Inggris, jadi Yu tulis pesan ini dalam bahasa Indonesia.

Ini akun baru Eugene, ya Pa. Kalau mau membalas, Papa balas saja di akun ini.

Pa, Yu rindu! Cepat pulang ya, Pa!

***

Bae Yu Jin awalnya tak terganggu dengan pesan yang dianggapnya nyasar itu. Namun, ketika ia membuka aplikasi sosial medianya lagi, Yu Jin terkejut ada beberapa pesan baru dari akun baru.

Ditekannya gambar yang ada di sisi kiri pesan. Mata Yu Jin mencermati gambar profilenya-gambar seorang anak terpampang di situ.

Lucu sekali anak ini, pikir Yu Jin.

Lantas dibukanya pula profil pengirim pesan dan di situ terdapat postingan gambar seorang anak dan seorang perempuan muda.

"Eugene, ehmm ... namanya terdengar sama dengan namaku ...."

Ada dua pesan masuk baru dari pengirim yang sama di inboxnya. Yu Jin membuka pesan yang pertama.

Dear Papa...

ini Eugene...Eugene belum terlalu bisa bahasa Inggris, jadi Yu tulis pesan ini dalam bahasa Indonesia.

Ini akun baru Eugene ya, Pa. Kalau mau membalas, Papa balas saja di akun ini.

Pa, Yu rindu! Cepat pulang ya, Pa.

Yu Jin mengernyit tak paham.

"Indonesia?" Wajah yang sedari tadi menunduk menatap layar gadget, kemudian menengadah lagi. Pandangannya mengedar mencari seseorang.

"Bima!" panggil Yu Jin. Yang dipanggil menoleh. Tangannya masih penuh dengan wadah mie instan.

"What's wrong?" tanya Bima. Yu Jin menggerakkan tangannya, menyuruh Bima menghampirinya.

Bima mendekati YuJin dan duduk di sebelahnya. Meletakkan wadah mie instan, sembari menunggu mienya masak, Bima menindih permukaan atas wadah dengan majalah.

"Ada apa?" tanya Bima.

"Terjemahkan ini untukku." Yu Jin menyodorkan gawainya dan Bima pun menterjemahkannya.

Yu Jin mendengar dengan seksama. Alisnya mengernyit. Betul terjemahanku. Aku belum lupa bahasa Indonesia. Tapi kenapa anak ini ....

"Kamu mempunyai anak laki-laki?" tanya Bima setelah menterjemahkan satu pesan.

Yu Jin tak menjawab. Dia lanjut menyodorkan pesan yang lain. Bima mendesah kesal karena tidak digubris. Dan, lelaki itu menterjemahkan pesan berikut ini :

Dear Papa...

Hari ini Yu senang sekali. Ulangan matematika Yu mendapat 6.

Lumayanlah Pa daripada dapat 5 seperti Ringgo. Kata Mama kita tidak boleh mendongakkan kepala terus, tapi juga harus melihat ke bawah supaya sering bersyukur.

Yu Jin tertawa mendengar terjemahan Bima. "Seriously?"

Bima mendengus. "Kalau tak percaya jangan suruh aku-"

"Ok, lanjutkan!"

Tapi ternyata mama lupa pesannya. Sewaktu Yu tunjukan ulangan Yu ke Mama, Mama sempat mengomel. Ya Tuhan Pa, apa Mama berpikir Yu tidak berpikir sewaktu mengerjakan? Yu berpikir, Pa! Mama selalu bilang, Yu tidak fokus, Yu terlalu aktif, selalu mengomel dengan bahasa yang tidak Yu mengerti. Makanan apa 'fokus' dan 'aktif'?

Mama bilang Yu terlalu sering melamun, tapi Mama tidak tanya Yu sering melamunkan apa? Di situ Eugene sedih, Pa. Yu ingin cerita, bahwa Yu juga ingin punya Papa seperti teman Yu yang lainnya. Tapi, ketika Yu cerita tentang Papa, Mama selalu berkaca-kaca matanya walau tak menangis. Seperti mata Atta-teman cewek yang Yu suka- yang menahan tangis kalau Yu isengin. Sama seperti itu ....

Maka dari itu, Papa cepat pulang ya? Mama dan Yu rindu ....

Salam sayang dari anakmu

B.Eugene

Yu Jin mendesah. Pesan ini menyentuh hatinya. Teringat Yu Jin tentang masa kecilnya. Betapa tidak mempunyai sosok ayah sangat menyedihkan. Dan, Yu Jin paham perasaan anak ini.

Gimana feelnya?
Klo suka, yuk masukin ke library n reading list kalian..😊

💕Dee_ane💕

Promo dulu ah, yuk peluk buku2 karya kak furadantin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro