-Prolog-
"Eugene ...." Shinta tertegun melihat anaknya yang pulang dalam keadaan yang berantakan. Wajah polosnya kini bengkak karena pukulan. Bibirnya sobek dan berdarah. Baju seragamnya pun tak lagi lengkap. Entah kenapa dasi merah yang bertulis logo Sekolah Dasar. Dan kemeja itu sudah tak serapi ketika ia berangkat.
Lelaki kecil itu pulang dengan wajah tertekuk menahan amarah di dadanya. "Ma, dimana papaku?"
Pertanyaan itu lagi, pikir Shinta.
"Yu tahu 'kan, Papa Yu sedang bertugas menjadi tentara perdamaian? Dia mengemban tugas mulia ...." Kalimat itu sudah dihafalkan di luar kepala.
"Bohong! Kenapa dia nggak pernah pulang! Sementara Papa Dania yang seorang tentara sering pulang!" Nada tinggi Eugene menggema di seluruh ruang tamu. "Benar kata mereka, aku tidak mempunyai papa! Aku adalah anak haram!"
"Eugene!" Shinta membelalak tak percaya dengan kosa kata baru yang dibawanya pulang. Anak itu sesenggukan mendengar bentakan ibunya. Mengusap mata berusaha meredakan tangisnya.
Shinta tersadar. Suara tingginya mengagetkan anak lelaki semata wayangnya. Perempuan berumur 28 tahun itu menghampiri Benedict Eugene Adyrasha.
Dipeluknya sang anak yang masih terisak dalam dekapannya. Hatinya perih. Hanya satu yang tak mungkin dia berikan kepada anak itu. Kasih sayang seorang ayah.
"Maafkan Mama ...."
"Aku cuma ingin punya Papa seperti teman-teman yang lain ...." Shinta menelan ludah kasar. Kalimat yang terlontar dari mulut Eugene membuat otaknya tak bisa berpikir.
"Baik. Ayo, kita beri kabar papamu."
Dengan bergetar Shinta menuntun anaknya ke ruang tengah. Perempuan itu duduk di belakang meja dimana terdapat laptop menyala. Tangannya bergetar, mengetikkan sebuah nama.
Bae Yu-Jin
Sebuah nama yang dia beritahukan kepada Eugene sejak awal anak itu menanyakan perihal sang ayah. Kebohongan yang sudah disusunnya bertahun-tahun, tak ingin anaknya rendah diri merasa tak punya ayah. Shinta hanya bisa pasrah. Wajahnya menunduk, berharap tidak ada yang keluar dari pencariannya.
"Itu ... Papa?"
Wanita itu mendongak, mendapati sebuah gambar seorang tentara Korea berseragam. Wajahnya khas Asia Timur, berpose di depan reruntuhan bangunan. Senyuman membingkai di wajahnya, menenggelamkan matanya yang sipit.
"Ini Papa, Ma?" Lidah Shinta kelu. Tak ada suara, wanita itu hanya mengangguk. "Ayo, Ma. Tulis sesuatu!"
"Besok saja ya? Takut ganggu Papa." Shinta beralasan. Keringat dinginnya mengucur deras. Jantungnya tiba-tiba berdetak tak beraturan. Eugene merajuk, melipat wajahnya dan mengerutkan alis. Membuat Shinta tak bisa berkutik, hanya menuruti keinginan anaknya.
Telapak tangan yang mengendalikan mouse, akhirnya berhenti pada sebuah tanda pesan pribadi. Jari telunjuknya menekan bagian kiri mouse, untuk memulai menulis pesan.
Dengan hati gamang, jemari Shinta menuliskan setiap kata yang meluncur dari mulut mungil putranya. Hatinya terasa perih karena membohongi sang putra.
***
Bae Yujin, seorang Letnan yang ditugaskan di perbatasan Gaza itu terbangun. Mimpi buruknya datang lagi. Lelaki itu menegakkan badannya, mengusap kasar wajahnya yang tak lagi seputih dulu.
Keringat yang merembes dari pori-pori kulit lelaki itu memenuhi wajah. Bahkan dia bisa merasakan peluhnya mengalir di punggung. Walaupun sudah tidur hanya dengan kaus dalam, hawa panas di tempat itu terus saja merongrong kulitnya.
Yujin meraih smartphone di meja sebelah ranjang. Pria itu membuka-buka aplikasi pesan yang hanya dipenuhi percakapan group tak penting. Sampai dia iseng membuka aplikasi sosial media yang jarang dibukanya. Sebuah inbox muncul dan lelaki itu membukanya.
Hi Pa, I'm your son, Eugene.
I miss you Pa, i hope you will come home soon.
B.Eugene 😘
Mata Yujin membelalak. Mengartikan kalimat berbahasa Inggris yang tertera di layar smarphonenya.
Son? Sejak kapan aku punya anak laki-laki??
❤Shinta-YuJin❤
Otak lagi dipenuhi inspirasi...
Ini castnya Bae Yu-Jin
Ini castnya Shinta
Ini cast Eugene
Lanjut??🙄
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro