Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 9. Let Me Love You

Shirenia terbangun di ruangan serba putih dengan aroma khas desinfektan. Sebelum membuka mata pun ia tahu ini adalah ruang rawat rumah sakit. Entah apa yang menyebabkan dia berada di sini. Tak ada seorangpun yang menemaninya, masih bisa ia rasakan kepalanya yang berdenyut menyakitkan.

"Kenapa aku di sini? Akh ... kepalaku," keluhnya dengan suara serak.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan memperlihatkan Sheren yang membawa plastik putih di tangannya.

"Wah, anak ibu sudah bangun rupanya?"

"Bu, kenapa aku bisa ada di sini?" tanya Shirenia mengabaikan pertanyaan retoris Sheren.

"Kau tidak ingat? Ibu menemukanmu pingsan di halaman belakang rumah. Kata dokter kau terlalu sering berpikir terlalu keras akhir-akhir ini, itulah kenapa otakmu mengalami kelelahan dan drop." Shirenia terdiam. Benarkah sampai seperti itu? Tapi apa yang dia pikirkan? Dia bahkan tidak ingat kejadian sebelum dirinya terbaring lemah di rumah sakit.

"Sudah, Nak. Jangan berpikir terlalu keras dulu, kamu masih perlu pemulihan. Ibu sudah membawakan kue untukmu, lebih baik kau memakan cemilan daripada memikirkan banyak hal." Shirenia akhirnya hanya bisa menurut kala dirasanya denyutan kembali menyerang kepala.

Setelah dua hari menginap di rumah sakit Shirenia akhirnya boleh pulang, dengan catatan ia harus mengontrol pikirannya dan jangan memikirkan sesuatu terlalu keras atau otaknya akan mengalami kelelahan lagi bahkan lebih parah lagi bisa terjadi malfungsi.

Selama di rumah sakit itu Shirenia merasa janggal. Entah kenapa dia merasa telah melupakan sesuatu yang penting. Tapi apa?

"Sayang, kau tidak dengar perkataan dokter? Jangan banyak berpikir dulu. Ayo pulang," ajak Sheren. Gadis itu hanya bisa menurut tanpa bantahan. Mungkin ibunya benar, ia tidak boleh terlalu banyak berpikir saat ini.

Keesokan harinya Shirenia kembali ke kampus seperti biasanya. Tapi, ada yang berbeda dengan tatapan orang-orang padanya. Tidak hanya itu, mereka juga berbisik-bisik ketika Shirenia melewati mereka. Dan perkataan yang paling sering lewat di telinganya adalah 'gadis gila' 'tidak waras'. Ia sendiri bingung. Kenapa orang-orang berpikir seperti itu tentangnya? Ah sial! Lagi-lagi ia memang tak bisa untuk tidak berpikir barang sejenak. Kepalanya jadi terasa sakit lagi sekarang.

"Hei cupu." Shirenia menghentikan langkahnya dan menoleh pada salah satu mahasiswi popular yang menyapanya dengan tatapan mencemooh.

"Mana kekasihmu itu? Apa dia baik-baik saja? Ops, maaf aku lupa. Pria itu kan hanya imajinasimu saja." Shirenia terhenyak mendengar kata kekasih. Sejak kapan dia punya kekasih? Astaga! Kenapa ia tidak ingat sama sekali?

"Apa maksudmu?" Shirenia yang tak juga mendapat titik terang akhirnya memilih bertanya.

"Kau ini lupa ingatan atau apa? Baru seminggu yang lalu kau berbicara omong kosong di depan kelas tentang kekasihmu. Kau bahkan menunjukkan gambarnya. Dan itu benar-benar gila. Omong-omong katanya kemarin kau sakit ya? Pasti kau pergi ke rumah sakit jiwa." Wanita itu tertawa sebelum pergi meninggalkan Shirenia yang mematung di tempatnya.

Dia merasa kepalanya kembali berdenyut sakit. Tapi kali ini sebuah ingatan melintas cepat dalam kepalanya. Hingga semua ingatan itu mengarah pada satu nama.

Shaquille.

Shirenia membulatkan matanya terkejut. Astaga! Kenapa dia bisa lupa seperti ini? Jantungnya tiba-tiba berdetak kencang, kepalanya menoleh ke segala arah hanya demi mencari sosok kekasihnya. Tidak mungkin! Shaquille tidak mungkin hilang karena Shirenia tak sengaja melupakannya kan? Shirenia mengusap wajahnya kasar, sementara kakinya mulai berjalan seperti tanpa pijakan. Lututnya lemas membayangkan pikiran buruknya menjadi nyata. Kebingungan dan ketakutan tampak jelas di manik kelabu yang bergerak liar ke segala arah.

"Shaqi, kau dimana?" bisiknya dengan keringat mulai membasahi kepalanya. Tidak mungkin dia menghilang! Tuhan kumohon jangan ambil dia. Pikirannya sudah benar-benar kacau sekarang.

Namun, semua itu hilang saat kedua netra kelabunya menemukan Shaquille berjalan mendekat dengan senyum simpul yang meneduhkan.

"Merindukanku?" tanyanya dengan senyum jahil.

Shirenia tidak menjawab, memilih langsung berhamburan ke pelukan pria itu seolah keduanya tidak bertemu selama ribuan tahun.

"Hei, tenanglah. Aku masih hidup, Shire. Aku tidak pergi kemanapun." Shaquille berbisik menenangkan Shirenia yang gemetar dalam pelukannya.

"Aku bahagia kau masih di sini. Tapi, kenapa ini bisa terjadi? Bukankah jika aku tidak mengingatmu maka kau akan—" Shirenia tak melanjutkan karena Shaquille melonggarkan pelukan untuk memberikan gelengan kecil.

"Sssh ... jangan mengatakan hal yang akan melukaimu. Aku akan menjelaskan kenapa aku masih ada, kau mau tahu jawabannya?"

"Apa?"

"Karena hatimu yang mengingatku. Biar aku tebak kau pasti merasa kosong saat tidak melihatku, 'kan?" Shirenia mengangguk. Ia jelas masih ingat dua hari selama perawatan yang membuatnya merasa kehilangan sesuatu sedangkan ia sendiri tidak tahu sesuatu itu apa. Rasanya benar-benar menyesakkan.

"Pikiranmu boleh jadi melupakan aku. Tapi perasaan yang tumbuh di hatimu akan selalu mengingatku, Shire. Awalnya aku juga tidak mengerti saat aku bisa sadar dan melihatmu, sedangkan kamu sama sekali tidak melihatku yang jelas-jelas ada di sekitarmu. Tapi setelah aku berpikir lagi, ternyata ini semua karena aku sudah diingat oleh hatimu." Shaquille menjelaskan dengan senyum bahagianya. Iya, dia bahagia mengetahui tak hanya pikiran gadis itu yang mengingatnya tapi hatinya juga.

"Benarkah?" tanya Shirenia dengan takjub. "Jadi selama aku sakit kau ada di sampingku?" tanyanya lagi. Shaquille mengangguk mengiyakan.

"Pantas aku merasa selalu diperhatikan. Tunggu dulu! Itu artinya kau juga mengintip saat aku mandi?" Mendengar pertanyaan itu tiba-tiba Shaquille menelan ludah. Duh! Bagaimana cara membohongi kekasihnya? Tentu saja dia melihatnya. Tapi itu tidak sengaja, sungguh! Ya meskipun setelahnya ia mengulangi lagi. Baiklah, yang kedua itu sengaja.

"Ah, aku tidak sengaja, sungguh!" elaknya kemudian. Shaquille tidak sepenuhnya berbohong. Tapi itu tak serta-merta membuat gadis itu tenang.

"Apa?! Kurang ajar! Dasar pacar mesum!" Shaquille menutupi wajahnya dari serangan gadis yang sedang bertransformasi menjadi bar-bar itu. Karena tak tahan akhirnya dari berbalik dan berlari menjauhi kekasihnya.

"Hei, dasar bodoh! Mau kemana kau?! Enak saja mengintip sembarangan! Kemari kau!"

Setelah itu keduanya sibuk bermain kejar-kejaran hingga Shirenia kelelahan dan mengajak pulang. Sudah ia lupakan kelakuan mesum pacarnya itu.

***

Shirenia terbangun tengah malam karena tenggorokannya terasa kering. Dengan pelan ia berjalan ke dapur, namun ia terkejut melihat Shaquille sudah ada di sana.

"Ugh, kau mengejutkan saja." Tak ada respon dari pria itu selain tersenyum jenaka seperti biasanya.

Shirenia mengambil air minum dan meneguknya hingga habis satu gelas.
Saat hendak ke kamar Shirenia teringat sesuatu dan menghentikan langkah hingga membuatnya menabrak dada bidang Shaquille saat berbalik. Hampir terjatuh jika saja Shaquille tidak langsung menahan pinggangnya.

"Ada apa berbalik tiba-tiba?" tanya kekasihnya heran.

"Anu, ada yang ingin aku tanyakan." Shaquille diam beberapa saat sebelum menuntun kekasihnya untuk ke balkon kamar.

"Tanyakanlah," ucap pria itu setelah keduanya berdiri di balkon dengan tangan bertumpu pada pagar.

"Apa yang kau lakukan saat aku tertidur?"

"Tidak ada. Aku menghilang," jelasnya.

"Maksudmu?" tanya Shirenia tak mengerti.

Shaquille menoleh dan menatap lekat manik kelabu di depannya.

"Aku ada jika kau sadarkan diri, Sayang. Saat kau tidur kau tak bisa mengingatku, jadi aku menghilang."

Butuh beberapa detik sebelum Shirenia mengangguk paham.

"Sebenarnya akhir-akhir ini aku tengah memikirkan sesuatu." Shaquille mengarahkan tatapannya ke depan seolah tengah menerawang jauh.

"Apa itu?" tanya Shirenia penasaran.

"Setelah kejadian kau yang mengalami kelelahan otak. Aku rasa sebaiknya kau melupakanku saja."

Deg.

Shirenia membulatkan matanya tak percaya. "Apa? Kenapa?" tanyanya lirih. Matanya sudah berkaca-kaca dan siap meluncurkan air bening itu kapan saja.

"Walau bagaimanapun aku ini makhluk fana, Shire. Aku terlalu lemah untuk menjadi nyata, mengingat kejadian yang menimpamu aku sadar bahwa aku tidak akan bisa bersamamu selamanya. Akan ada masanya kau akan terpuruk jika terus bertahan untuk bersamaku. Cepat atau lambat, mau atau tidak, kau pasti akan melupakanku," jelas Shaquille dengan kesedihan yang terlukis di manik hitam kelamnya. Hatinya sesak mengatakan ini, tapi ia tak mau Shirenia semakin terluka nantinya.

"Tidak! Itu tidak akan terjadi! Jangan katakan hal itu lagi. Aku berjanji akan selalu mengingatmu." Shirenia berkata dengan yakin.

"Percuma saja, Shire. Meskipun sekarang ingatanmu kuat, pada akhirnya ingatan itu akan melemah seiring usiamu bertambah. Aku menyayangimu, tapi aku ingin kau bahagia hidup bersama manusia. Bukan dengan buah dari pikiranmu sendiri," terang Shaquille yang membuat Shirenia tak lagi menahan air matanya.

"Aku tidak percaya kau semudah itu mengatakannya. Setidaknya jika kau tak bisa melakukan apapun, cukup diam dan dukung aku. Jangan mengatakan sesuatu yang mematahkan semangatku. " Setelah mengatakan itu, Shirenia masuk dan mengunci pintu balkon.

Shaquille hanya menghela napas berat. Ia mengacak rambutnya frustasi. Bukan itu yang dia maksud. Kenapa gadis itu tak bisa mengerti? Padahal dia hanya tidak ingin Shirenia semakin menderita. Tapi gadis itu salah memahami maksudnya. Shit! Bagaimana ia harus meminta maaf sekarang?

***

Sejak pembicaraan di balkon itu Shirenia mengabaikannya. Hampir saja Shaquille mengira gadis itu kembali melupakannya jika saja Shirenia tak melemparkan tatapan sengit padanya. Gadis itu masih mengingat dan bisa melihatnya, hanya tidak mau bicara padanya.

"Shire, maafkan aku. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu," lirihnya. Meskipun pelan Shirenia tetap bisa mendengarnya. Setiap kesempatan Shaquille pasti akan meminta maaf. Tak perduli gadis itu mengabaikannya dan berpura-pura tuli, ia akan terus mengatakan maaf sampai gadis itu memaafkan.

Hingga puncaknya Shirenia luluh juga karena kasihan melihat muka melas Shaquille. Dia memang tak bisa marah terlalu lama pada kekasih tampannya.

"Jangan berkata seperti itu lagi. Aku yakin suatu saat kita akan bersama. Tolong jangan hancurkan keyakinan ku." Shaquille mengangguk cepat. Tanpa aba-aba dia langsung memeluk Shirenia erat.

"Terima kasih. Terima kasih karena kau sudah begitu yakin padaku." Shirenia mengangguk dalam pelukannya.

"Aku tidak akan melupakanmu, aku juga tidak mau melupakanmu. Kalau perlu aku akan membawa buku merah itu kemanapun agar saat aku lupa aku bisa mengingatmu lagi ketika tak sengaja membuka buku itu." Shirenia melonggarkan pelukan dan mendongak menatap Shaquille yang lebih tinggi darinya.

Untuk sesaat keduanya terjebak dalam tatapan dalam, saling menyelami perasaan masing-masing melalui tatapan intens. Hingga entah siapa yang memulai keduanya sudah menyatukan bibir dengan lembut, mengirimkan berbagai perasaan seolah tak ada hari esok.

Malam itu salju pertama telah turun, seolah menjadi saksi bisu ketika Shirenia menyerahkan diri pada kekasihnya. Membiarkan Shaquille menguasai dirinya dengan kehangatan.

"Aku mencintaimu." Bisikan terakhir Shaquille sebelum wujudnya menghilang bersama udara musim dingin yang menusuk tulang. Meninggalkan Shirenia yang tertidur nyaman di ranjangnya.

***

To be continue.

A/n: hayoloh Shaqinya menghilang kemana ya? Apa Shirenia akan sendirian lagi? Tunggu kelanjutannya besok.

TDWC - Day 9

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro