CHAPTER 7
Kehidupan yang baru dimulai
.......................................
"ireumi moaseyo?" [Siapa namamu?]
Sohyun yang terus mengikuti pria itu akhirnya menanyakan siapa namanya. Bahkan sampai mereka tiba di apartemen pria tersebut.
"Molla!" Jawab singkat pria itu.
"Yaa! Aku hanya menanyakan namamu saja! Apa salahnya? Jangan berpikir kalau.. kalau.." kalimat Sohyun terputus. Ia tampak ragu ingin mengatakannya.
"Kalau aku.. tertarik padamu."
Deg! Jantung Sohyun seakan terhenti. Suasana menjadi hening. Kemudian pria itu angkat bicara.
"Yaa!!! Babo... apa yang kau bicarakan? Eoh! Shikkeuro! [diamlah]. Pergi saja sana..."
Sohyun tampak menyerah. Wajah yang tadinya tampak begitu ceria, sekarang berubah menjadi lesu tak berdaya. Ia pun mulai berbalik arah dan akan meninggalkan pria yang tak mau membantunya itu. Namun, ketika Sohyun hendak melangkah...
"Hei! Hei... agashi...mian..Mianhae... sebenarnya aku tidak bermaksud..."
Sohyun masih belum menoleh. Tetapi langkahnya terhenti menunggu cucuran kata yang keluar dari mulut pria itu.
"Kau tahu... hidup sebagai orang yang bisa melihat hantu itu tidak mudah. Aku bisa saja dimanfaatkan oleh mereka.. geunde... kau sepertinya berbeda."
Pria itu menundukkan kepalanya dan menyadari apa yang ia barusan katakan. Sohyun pun menoleh.
"Jinjja, arayo... aku memang berbeda! Jadi... apa kau mau membantuku. Jeball??"
.......................................
"Yoongi?? Kau sudah bangun?"
Suara Namjoon membangunkan Taehyung yang tertidur resah di samping ranjang Yoongi.
"Dimana aku?"
"Hyung!! Hyung.. Gwaenchanha?"
Yoongi memalingkan muka. Ia kembali memejamkan mata. Walaupun ia memejamkan mata, dirinya masih tersadar dan berbicara ketus kepada Namjoon, terutama kepada adik tirinya, Taehyung.
"Kenapa kalian membawaku kemari? Aku bukan anak kecil yang bisa dibawa kesana-sini."
"Yoongi! Kami mengkhawatirkanmu.. tapi kau malah berkata seperti itu!" Ucap Namjoon sedikit emosi.
Sebenarnya ia sudah lelah harus menghadapi sobatnya yang super judes itu. Meski ia mengkhawatirkannya berkali-kali, namun Yoongi tidak bisa membalas Namjoon dengan lebih peduli. Yoongi tetaplah orang yang sama. Dingin. Cuek. Tetapi hatinya sebenarnya baik. Namjoon, yang awalnya merasa kesal akan sifat Yoongi, perlahan mulai mengerti.
"Hyung... jangan minum-minum lagi! Jebal. Jika memang ada masalah.. kau bisa bicarakan pada Namjoon hyung.. atau kau bisa ceritakan padaku.. aku pasti akan membantu jika aku bisa."
"Cih!! Anak kecil memang bisa apa? Eoh? Lupakan saja."
Namjoon melirik ke arah Taehyung. Ia bisa melihat, betapa keras usaha Taehyung untuk bisa mendapatkan hati hyungnya. Betapa besar perhatian Taehyung pada hyungnya. Namun, Yoongi sendiri masih belum menyadari itu.
Taehyung semakin lemas. Ia bingung harus mencoba cara apa lagi agar hyungnya bisa terbuka padanya. Ia tidak menyerah. Sama sekali tidak menyerah. Walau ia dikatakan anak kecil, baginya, dirinya sendiri sudah cukup dewasa untuk menanggung masalah dan menyelesaikannya.
.....................................
Yoo Jung terlihat sedang mengetuk pintu rumah Min Rae pagi itu. Seakan tak merasa bersalah, ia justru datang kembali dengan membawa uang hasil menipu ibunya.
"Min Rae!.. apa kau nggak mau membukakan pintu buatku? Ayolah! Disini dingin sekali!"
Teriakan Yoo Jung serasa membangunkan seisi kota. Namun, hal itu tak sia-sia. Sayup-sayup terdengar langkah seseorang yang akan membukakan pintu.
"Yaa!. Kenapa lama banget?"
Yoo Jung terus mengeluh meskipun Min Rae telah membuka pintu dan mempersilakan dia masuk. Belum. Min Rae belum mempersilakannya masuk, tetapi Yoo Jung sendirilah yang masuk tanpa permisi.
"Kau kemari lagi? Sudah nggak marah padaku?" Min Rae terdengar membuka pembicaraan.
"Mian.. aku memang kasar padamu semalam. Eiy.. kau kan mengenalku dekat. Pasti taulah kenapa aku sampai marah-marah begitu semalaman.."
Tentu saja. Min Rae sudah berkali-kali menghadapi amukan Yoo Jung. Ia menjadi pelampiasan Yoo jung ketika mood-nya sedang buruk. Hal yang luar biasa adalah Min Rae tidak mempermasalahkan itu. Ia sangat peduli dan pengertian pada sahabat kecilnya itu. Seburuk apapun Yoo jung, bagi Min Rae ia adalah sahabat terbaik yang ia miliki. Namun tetap saja... Min Rae tidak ingin melihat sahabatnya terpuruk terus seperti ini. Ia ingin mengubah sifat buruk sahabatnya itu.
"Aish... ini sudah kali keberapa? Santai saja. Aku selalu mengerti kenapa kamu bersikap begitu. Lalu... apa tujuanmu kemari?"
"Min Rae... konsernya tinggal menghitung hari. Kita masih tetap akan pergi kesana kan?! Uhm.. aku hanya ingin memastikan bahwa kau sedang tidak marah padaku. Harus pergi dengan siapa lagi aku kecuali denganmu?"
"Yoo Jung~a... tentu saja kita akan pergi. Aku nggak mau uangku terbuang sia-sia kalau tiket konserku tidak tersobek di hari-H."
Jawab Min Rae.
"Apa kau punya rencana untuk bekerja? Maaf.. maaf karena aku menanyakan ini. Tapi.. apa yang aku ucapkan kemarin malam.. aku serius tentang itu. Kamu nggak bisa bergantung terus pada eomma mu. Kamu harus cari penghasilan sendiri. Lagian apa salahnya?"
Yoo Jung terdiam mendengarnya. Lalu ia mendesah dan membalas pertanyaan Min Rae.
"Aish..jinjja. Ne.. aku pasti akan cari kerja. Tapi nanti saja. Lihat...", Yoo jung mengeluarkan iang dari sakunya, "Eomma memberiku uang tadi pagi."
Min Rae kali ini diam membisu. Ia kehabisan kata untuk menasihati sahabatnya.
....................................
"Namjoon hyung.. bagaimana konser comeback ku nanti? Kita tidak mungkin mengadakannya kan.. lihat saja kondisi hyungku."
Namjoon berpikir keras. Ia mondar-mandir di depan Taehyung sambil menyilangkan kedua tangan di depan dadanya. Sekali-kali ia hendak bicara. Namun tak jadi diungkapkannya.
"Euh... ini cukup berat juga. Tidak mungkin kita menggunakan komposer dan editor lagu selain hyungmu. Dialah pembuat dan pengatur chord dan melody nya dari awal. Bagaimana bisa digantikan orang lain? Sentuhannya pasti berbeda." Tanggapan Namjoon membuat Taehyung semakjn resah.
"Bagaimana ini..? Ahh.. kepalaku jadi pusing hyung."
Taehyung mulai mengeluhkan nasibnya.
Tak lama kemudian, pintu studio (tempat dimana Taehyung dan Namjoon sedang berdiskusi) terbuka. Terlihat sosok berkulit pucat masuk dari balik pintu lengkap dengan pakaian serba hitam dan topi putihnya.
"Jangan sebut aku seorang professional jika aku tidak bisa menyelesaikan permasalahan kalian."
Taehyung membelalakkan mata. Begitu pula Namjoon.
"Yoongi hyung?" Sahut Taehyung
"Aransemen lagu dan sebagainya.. senua sudah siap sejak 2 hari lalu. Kau bisa segera rekaman. Tinggal hitungan hari lagi.."
"Kau menyelesaikannya Yoongi? Bahkan tanpa sepengetahuanku?"
Tanya Namjoon
"Sudahlah.. fokus saja pada proses.perekaman ulang suara. Kita tidak ada banyak waktu."
Mustahil proses perekaman di detik-detik akhir menuju konser. Semua sudah sangat tidak rasional. Namun, begitulah... kerjasama antara taehyung dan yoongi tidak pernah lancar sebagaimana hubungan kekeluargaan keduanya. Anehnya, walaupun pekerjaan dilakukan secara mendadak, Taehyung selalu dapat diandalkan. Ia begitu cekatan hingga rekaman bisa selesai dalam sekali klik.
Taehyung tersenyum kecil melihat Yoongi yang diam-diam sebenarnya memedulikan dia. Namjoon pun merasa bangga akan sahabat karibnya. Seperti biasa, Yoongi bekerja tanpa diusik orang lain. Bekerja dibalik layar namun hasilnya memastikan.
"Kalau begitu, V akan segera tampil di atas panggung. Taehyung~a..V... segera bersiaplah untuk perekaman ulang vokalmu. Aku akan menunggu di studio pusat bersama Yoongi. Apa kau bisa kesana sendiri? Sebelum kesana ada hal yang harus kami urus terkait gedung pelaksanaan konsermu."
Ucap Namjoon.
"Ooh...geureyo.. kalian bisa duluan hyung. Aku akan menyusul dengan sopirku nanti."
"Baiklah. kami berangkat. Jaga dirimu."
Perlahan kedua pria itu meninggalkan Taehyung. Taehyung pun bergegas berganti pakaian dan segera menuju lokasi.
.................................
"Jungkook. Jeon Jungkook. Itu namaku. Puas?"
Jungkook sedang duduk santai di atas sofa empuknya di depan tayangan televisi. Sedangkan Sohyun, sedari tadi ia memperhatikan jungkook yang terlihat tampan meskipun judesnya bukan main.
"Jungkook-ssi.. namaku.. Kim Sohyun. Senang mengenalmu."
Jungkook masih diam. Fokusnya tertuju pada sebuah trailer konser seorang idol di televisi.
"Dia mau comeback rupanya. Eotteokhe? Ini artinya aku harus lembur semalaman lagi.. ah.. menyebalkan!"
Sohyun ikut menatap layar televisi. Idol yang ada di dalamnya.. Sohyun seperti mengenal matanya. Dua mata bulat yang tampak tak asing baginya. Tapi sungguh.. ia tak dapat mengingat satu pun tentang itu. Sohyun pun kembali fokus pada dirinya dan mulai meminta pertolongan jungkook lagi.
"Jungkook-ssi... apa kau mau menolongku? Kumohon..ini menyangkut masa depanku."
"Hantu... memang butuh masa depan?"
Nada Jungkook agak sedikit meledek. Tapi memang kenyataannya dia bisa memikirkan masa depan untuk setidaknya beberapa saat ke depan.
Bagaimana aku harus mengatakannya? 'Aku ingin hidup kembali karena aku ingin bertemu denganmu sebagai manusia, maukah kau membantuku mencari orang yang tepat?'... AH! tidak.. itu terlalu polos. Bagaimana ini? Aku bahkan baru tahu kalau dia bisa melihatku. Tapi aku tetap ingin merasakan bagaimana rasanya jadi manusia dan dekat dengan orang yang kusukai. Jinjja.... ini rumit sekali. Aku pusing.
Sohyun terus berkecimpung dengan pikirannya hingga ia lupa kalau jungkook menunggu kata-kata berikutnya dari mulut Sohyun.
"Sohyun~a... apa yang ingin kau katakan?"
"Ehm... aku... apa kau...aish... aku harus pergi karena ada urusan. Annyeong!!"
Sohyun cepat-cepat menghilang. Jungkook hanya menatapnya heran dan aneh.
.......................................
"Min Rae... ayo antar aku berbelanja baju. Aku harus pakai baju bagus di konser sekaligus fanmeeting nya nanti. Kajja!!"
"Eiyy... kenapa harus beli.. pakai saja punyaku. Jangan boros-boros.."
"Apaan nih? Katanya teman. Masa teman ga mau liat temannya bahagia? Eoh? Ayolah Cha Min Rae!!"
Min Rae berpikir sejenak. Baiklah. Sekali ini saja. Pikirnya
"Oke oke. Sekali ini saja ya?"
"Baiklah."
Mereka pun pergi untuk berbelanja pakaian. Cuacanya cukup dingin. Dan di rumah Min Rae tidak ada mobil karena mobilnya sedang berada di bengkel akibat ulah Yoo Jung. Mereka pun memutuskan untuk naik taksi.
Beberapa menit kemudian.
"Wah... bahkan jarak rumahmu dengan mall ini hanya sekitar 1,5 km tetapi kenapa bayarnya sebanyak ini?"
"Beginilah resiko naik taksi." Min Rae melirik Yoo Jung.
"Hei.. mana aku tahu kalau ada anak kucing di depan mobil.. kalau aku tahu pasti aku tidak akan terkejut dan membuat mobilmu menabrak pohon."
"Sudah ah.. lupakan saja. Mari masuk ke dalam."
Di saat bersamaan, Sohyun masih terlihat khawatir kalau-kalau Jungkook akan segera tahu alasannya ingin menjadi manusia. Ia sekarang berada di luar gedung apartemen.
"Huh.... semoga saja, Jungkook nggak tahu kalo aku suka sama dia. Aish... hampir saja tadi.."
Seekor anjing berwarna hitam berdiri tepat di samping Sohyun. Anjing itu terlihat garang.
"Kenapa anjing ini? Kok dia terus liat-liat sih? Serem banget."
Tiba-tiba anjing hitam itu menggonggong, hal itu membuat Sohyun takut dan ia pun spontan berlari menjauhi si anjing. Namun, anjing itu pun terus mengejarnya.
GUK..GUK..GUK..!!!
"Anjing pintar.... pergilah kumohon... wooo wooo aahh... yaa!!! Hajima...!! "
Sohyun lari..lari..dan terus berlari hingga tanpa sadar dirinya menabrak sesuatu. (Menabrak sesuatu?)
"Yoo Jung, kau kenapa? Anjing ini... Aish.. jinjja!!
GUK..GUK...GUK...!!!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro