CHAPTER 35
Kedua mata itu pada akhirnya berpapasan. Perasaan sedih dan terluka berkecamuk menjadi satu di dalam hati kecil Ae Young. Luka lama yang memang sampai kini tak dapat ia musnahkan pada akhirnya mencuat kembali ke permukaan, namun seketika obat penyembuh itu datang dan membuatnya merasa cukup tenang.
“Kim Sohyun…Putriku..”
Kedua tangan Ae Young menangkup kedua pipi halus milik gadis itu. Air matanya terus meleleh. Meninggalkan jejak-jejak kerinduan yang mendalam. Gadis yang diperlakukan manis itu tak sedikit pun bergerak. Bahkan ketika Ae Young memeluk erat tubuh kecilnya.
Semua orang menatap bingung. Begitu pula Sohyun. Sohyun yang tak dapat mengingat apapun pada akhirnya ikut meneteskan sebutir-dua butir air mata, hingga tiba-tiba kepalanya dilanda rasa sakit yang teramat. Perlahan tapi pasti, pikiran Sohyun berkutat pada cuplikan adegan dimana ada dua orang wanita disana. Yang satu, menyeretnya kasar dan yang satu menangisi dirinya. Kemudian, pikirannya beralih pada gambaran kejadian yang tidak terlalu jelas. Ia melihat dua titik cahaya yang bergerak cepat ke arahnya. Meninggalkan suara decitan rem yang amat keras hingga semua menjadi gelap.
Tiba-tiba Sohyun tak sadarkan diri. Tepat di rangkulan ibunya, Jung Ae Young.
…………………………
Bau obat-obatan cukup menyengat indra penciuman. Samar-samar terdengar suara tangisan dan obrolan-obrolan kecil. Serta sentuhan tangan seseorang yang menggenggam pergelangan tangan. Sohyun terbangun dengan hati-hati. Matanya terbuka, dan semua orang kini sedang menatapnya. Sohyun hanya berfokus pada satu orang saja. Yaitu sosok ibunya. Ibu yang menyayanginya.
“Eomma….”
Sohyun memanggil lirih ibunya. Matanya kini mulai basah. Semua orang yang menyaksikan pertemuan ibu dan anak itu ikut terlarut dalam suasana kemelankolisan.
Tidak dengan Min Yoongi. Takdir buruk ternyata memang tidak jauh-jauh berada di sekelilingnya. Yoongi merasa sangat berdosa karena telah memisahkan hubungan ibu dan anak itu hanya demi menutupi kesalahannya. Yoongi tak sanggup melihat ini semua. Yoongi tak menyangka, bahwa Sohyun yang ia tabrak, ternyata adalah anak dari asisten rumah tangga yang dipekerjakan ibunya sendiri. Bukankah itu memang takdir buruk yang ia dapatkan?
“Eomma… eomma… ini Sohyun.. Sohyun ingat semuanya.. Sohyun ingat eomma..”
Kata Sohyun sambil terisak di pelukan ibunya. Ia kini berada di sebuah ruangan pasien karena sempat tidak sadarkan diri tadi. Seorang dokter datang, lalu memeriksa kesehatannya.
“Ini sungguh mukjizat. Luka di kepalanya membuat dia koma dalam waktu bertahun-tahun. Namun, lihatlah… dia sekarang benar-benar sehat. Pasti ia mendapatkan perawatan medis yang terbaik. Dan… karena keadaan tidur yang cukup lama, maka melemahkan aktifitas sel-sel pada otaknya sehingga membuatnya amnesia seketika saat terbangun dari komanya. Setelah saya periksa, maka saya menyatakan bahwa Nona Sohyun saat ini sudah benar-benar pulih termasuk pulih dari amnesianya.”
Kegembiraan Ae Young tak dapat digambarkan. Ia sangat senang karena tidak jadi kehilangan putri kesayangannya itu meskipun ia harus mengorbankan waktu bertahun-tahun untuk menerima rasa sakitnya. Jimin, yang juga sepupu Sohyun, ikut menyambut kehadiran Sohyun kembali. kebahagiaan semakin lengkap ketika Taehyung datang dan mengatakan bahwa Yoojung sudah siuman.
Seketika, semua orang, termasuk Kim Sohyun bergerak menuju ruangan itu mengikuti Taehyung.
“Yoojung, anakku…”
Ae Young langsung berlari memeluk putrinya yang sudah terduduk di atas ranjang medis.
“Eomma….” Ae Young ikut memeluk ibunya.
“Yoojung… lihatlah.. seseorang sudah datang kembali ke hidup kita…ia datang untuk melihatmu juga..”
Ucap Ae Young seraya mempersilakan pandangan Kim Yoojung menangkap wajah seorang gadis yang berasal dari masa lalunya.
Mata Yoojung membulat. Di dalamnya terlihat sebuah kebencian dan kecemburuan, serta luka yang mendalam. Benar, siapa lagi wanita yang memiliki tatapan tersebut pada Kim Sohyun kalau bukan Kim Yoojung. Kim Yoojung yang sempat merasuki tubuh Im Nayeon, saat ini telah mengambil alih posisinya berkat Jeon Jungkook. Ia menjadi dirinya sendiri. Lagi.
“Tokki-ah…” Bibir mungil Kim Sohyun megeluarkan panggilan kecil itu pada Kim Yoojung.
“Tokki-ah… Yoojungie…” ucapnya lagi namun masih tak mendapat respon dari Kim Yoojung.
Taehyung yang ketinggalan informasi hanya menyaksikan keduanya penuh dengan teka-teki.
“Kau?! Kau masih hidup?”
"Bagaimana Tuhan masih membiarkanmu HIDUP setelah kau membunuh oppaku? Kau lah penyebab KEMATIANNYA! Bagaimana bisa huh??"
Kim Yoojung tiba-tiba saja menyerbu kebahagiaan Sohyun dengan perkataan tajamnya. Sohyun tak kuasa… ia tak percaya.. kebencian Yoojung tiga tahun lalu sampai kini masih menguasai nuraninya. Menyakiti relung hati Sohyun yang terdalam. Bahkan ia tak memiliki maksud apapun sampai membuat saudara kembarnya itu membeci kehadirannya. Ia juga tak tahu, bahwa keinginan kecilnya untuk memiliki sebuah cincin, justru menjerumuskan oppanya dalam ujung tombak kematian.
Tunggu, apa Yoojung bilang? Sohyun membunuhnya? Oppa-nya? Kim Seokjin? KEMATIAN?
“A..apa..yang kau katakan..yoojungie?? Apa yang k-kau bilang barusan?? Oppa…”
“Eomma.. dimana oppa? Aku sangat merindukannya!”
“eomma? Jawab aku! Dimana oppa? Oppa baik-baik saja kan? Oppa selamat kan dari kebakaran itu?”
“Eomma….jawab aku….”
Kini nada bicara Sohyun sudah tak menentu. Batinnya teriris-iris.
Eommanya tak menjawab pertanyaan Sohyun, berarti kematian Kim Seokjin memanglah sebuah fakta. Dan selama ini… selama Sohyun bergentayangan bebas, seseorang yang selalu ada untuknya, seseorang yang selalu menghiburnya, seseorang yang awalnya sahabat lalu dianggap sebagai oppanya, seseorang itu ternyata memang oppa kandungnya yang terbakar di restoran Mario tiga tahun lalu.
Sohyun semakin jatuh dalam kepiluan. Logika dan realita…sama sekali membuat hatinya tak tentu arah. Bagaimana bisa ia tidak mengenali bahkan mengingat oppanya saat ia menjadi roh? Ya, Sohyun mengingat semua kejadian saat ia masih menjadi roh dan berkeluyuran bahkan ia juga ingat saat ia menjadi Kim Yoojung, menguasai tubuh gadis itu sehingga menjadi gadis yang lebih baik dari biasanya.
“Aghh..”
Sebuah cengkraman tangan mendarat di lengan Sohyun. Membuatnya kesakitan dan terbebas dari lamunannya.
“KAU! Pergi kau darisini! Aku tak ingin melihat wajahmu! Pergi!!”
“Yoojung?”
“PERGI!”
Dengan sergap, Yoongi yang ternyata masih berada di sekitar Sohyun, langsung menggenggam tangan Sohyun dan membawanya pergi.
“Ayo..Sohyun.. dia perlu menenangkan dirinya..” ucap Yoongi pelan.
Ibu Sohyun tak menahan putrinya lagi, karena ia tahu, kepergian putrinya kali ini ada yang menjaga. Sohyun pasti akan segera kembali lagi padanya. Sohyun pasti akan baik-baik saja. Semua hanya masalah waktu yang menentukan.
…………………………
Sohyun’s POV
Aku berada di sebuah taman saat ini. Cuacanya cukup cerah. Bunga-bunga penuh warna bermekaran di sekelilingku. Musim semi harusnya berkesan bukan? Tentu saja berkesan… penuh kehangatan. Namun, bagiku kehangatan itu adalah efek air mata yang masih terus mengalir di pipiku.
Pria itu masih duduk di sebelahku. Tak berkata apapun. Aku bingung harus bersikap bagaimana lagi, ini semua sungguh rumit. Dan… oppaku.. dia benar-benar lepas dari diriku sekarang. Dia lepas. Pergi menjauh. Dan ternyata mimpi itu ada benarnya, aku tak akan bisa menemuinya lagi karena dunia kami berbeda. Aku sangat sakit, Oppa! Apa kau melihatku disana?
Apa kau mendengar semua keluhan dan kesedihanku ini?
Apa kau dengar jika hatiku terus memanggil-manggil namamu?
Kenapa kau pergi oppa? Kenapa kau pergi dengan semua kesalahpahaman ini?
Oppa…. Kembalilah dan katakan pada Yoojung bahwa aku tidak bersalah.
Oppa… aku mohon padamu,, kenapa kau melukaiku? Kenapa kau hanya terlalu menyayangiku. dan tidak adil kepada Yoojung adikku??
Oppa…Seokjin oppa… kumohon.. kembalilah dan katakan padanya aku tidak bersalah. Perasaan ini jauh lebih menyakitkan, karena saudara kembarku sendiri yang bersikap kasar padaku. Saudara kembarku sendiri yang membenciku dengan sangat. Aku mohon oppa… Jebal… jebal.. hilangkan semua kesakitanku ini..
Mianhae oppa… karena aku terlalu menuntutmu.. mianhae…saranghaeyo…
Pundakku bergerak naik turun. Aku semakin sesenggukan. Pria itu kini menoleh ke arahku. Tanpa ragu, ia menjatuhkan kepalaku pada dada bidangnya.
“Katakan saja.. semua yang ingin kau katakan.. aku siap mendengar semua kesedihanmu.. aku tahu, kau tidak bersalah, Kim Sohyun.”
Ini semua salahku Sohyun, harusnya aku tak merawatmu sampai pulih jika aku tahu kau akan semakin sakit ketika terbangun dari kegelapan yang menyelimuti pandanganmu.
Ujar Min Yoongi dalam hati.
……………………………
“Apa kau sudah merasa tenang?”
Tanya Taehyung yang masih setia menemani Yoojung di samping ranjangnya.
“Ne.. Taehyung-ah..”
Yoojung sebenarnya sedang tidak merasa tenang. Ia hanya berdusta. Yang ia rasakan sesungguhnya adalah kemarahan dan dendam. Ia sangat ingin membalas Kim Sohyun dengan menyakiti perasaannya. Ia sangat ingin melihat Sohyun menderita. Ia sangat ingin melakukannya. Sungguh.
Lalu ditatapnya pria yang ada disampingnya itu. Kim Taehyung. Bukankah sejak ia menjadi artis, Yoojung sangat mengaguminya dan ingin ia menjadi milik Yoojung? Tentu saja. Lalu, Yoojung menerima sebuah ide baru. Yang sudah pasti akan membuat Kim Sohyun sakit hati.
Yoojung sudah menduga sejak awal, bahwa Sohyun yang dibicarakan Jungkook adalah Sohyun saudaranya. Bagaimana bisa?
Yoojung yang sudah tinggal selama belasan tahun bersama Sohyun. Menghabiskan masa remaja mereka bersama-sama. Berbagi suka duka, dan juga cerita. Hal tersebut membuat Yoojung memahami betul bagaimana karakter saudaranya. Bukankah orang pernah bilang, bahwa saudara kembar itu memiliki ikatan batin yang sangat kuat? Yah, walaupun mereka kembar tak serupa.
Yoojung memanfaatkan kedekatan Sohyun dan Taehyung sewaktu gadis itu menguasai tubuhnya. Yoojung bisa melihat, bahwa Kim Taehyung telah jatuh hati pada Kim Sohyun.
Kesalahannya adalah, Taehyung menyadari perasaannya dalam kondisi Sohyun yang masih berada di dalam tubuhnya. Intinya, Taehyung mencintai gadis yang berwajah Kim Yoojung.
Dan benar saja.. tak lama kemudian, Taehyung mengeluarkan sebucket bunga lili putih. Dan menyatakan perasaannya.
“Yoojung-ah… aku tahu ini bukan waktu yang tepat. Tapi, aku harus mengatakannya.”
“Kegelisahanku saat mendapati dirimu tak ada di sampingku, kekesalanku saat mendapati dirimu bersama pria lain, dan kecemburuanku karena mendapati dirimu sudah berhubungan kekasih dengan Jungkook… itu semua membuatku menyadari satu hal. Yaitu..AKU MENCINTAIMU.”
“Aku mencintaimu Kim Yoojung. Sangat mencintaimu. Aku menyukai semua hal kecil yang kau lakukan bersamaku. Aku menyukai masakanmu, omelanmu, dan semua momen yang kita habiskan bersama beberapa bulan ini saat kau menjadi asisten pribadiku. Maaf karena aku terlambat menyatakannya…”
“Kau.. ah tidak. aku yakin kau tak bisa menerima perasaanku karena hatimu sudah dimiliki orang lain.”
“Tidak Taehyung-ah. Kau bisa memilikiku, karena sudah tidak ada apa-apa lagi antara aku dan Jungkook. Kami sudah tidak berhubungan lagi. Hatiku adalah milikmu sekarang.”
“Jinjja? Jinjjaro? Apa kau tak berbohong padaku?”
Yoojung mengangguk. Tatapan matanya kini beralih ke arah pintu. Meihat sepasang mata sendu itu dengan senyuman sinis dan mengejek.
Kena kau Sohyun!
Taehyung kini merangkul Yoojung dengan mesranya.
……………………………….
“istirahatlah..Sohyun. Kau akan aman disini, sekali lagi maafkan aku yang tak bisa membantumu apapun.”
Ucap Min Yoongi seraya menutup pintu kamar Taehyung.
Setelah kejadian yang memilukan itu, Min Yoongi membawa Sohyun pergi untuk menenangkan dirinya. Dan disinilah semua berakhir.
Sohyun kembali ke rumah keluarga Yoongi dan menginap lagi di kamar Taehyung. Saat ini Sohyun tidak terlihat baik-baik saja. Bukan karena permasalahan mengenai oppanya. Namun ini permasalahan lain yang masih menyangkut hatinya.
Hatinya terluka. Lagi-lagi terluka. Ketika ia melihat pria idamannya mencintai wanita yang salah.
BENAR. Kim Sohyun lah sepasang mata yang mengintip dari balik pintu ruangan dimana Yoojung dirawat. Ia mendengar semua ungkapan perasaan Taehyung. Ia melihat bagaimana Taehyung memeluk tubuh Yoojung dengan mesra. Ia menitikkan air mata.
“Oh.. ayolah Sohyunnn.. dia hanya masa lalumu. Sudah cukup kau membuat Yoojung sakit hati dengan mengambil semua yang ia sayangi. Kali ini.. lepaskan pria itu… lepaskan saja…”
Flashback on
Sohyun’s POV
“Yak Sohyun-ah! Apa kau sudah mendengar kabar ini?” Kata Yeri, sahabat dekatku sewaktu SMA.
“Kabar apa yang kau maksudkan, Yeri?”
“Sunbaenim! Sunbaenim kesayanganmu lolos audisi dan diterima sebagai trainee di sebuah agency. Itu artinya, sebentar lagi ia akan jadi artis terkenal!”
“Apa?”
Aku sangat sedih mendengar kabar dari Lee Yeri. Sunbaenim, idola sekaligus pangeran tampan di sekolah ini baru saja lolos audisi dan diterima sebagai trainee di sebuah agency? Jika kalian kira aku senang, maka kalian salah! Salah besar. Aku sama sekali tidak merasa senang. Jika ia menjadi trainee, itu artinya, dia akan meninggalkan sekolah juga akan meninggalkanku disini sendirian.
Ia akan sukses dan melupakan semua kenangan yang ada di sekolah ini. Aku jadi akan semakin jarang berpapasan dengannya. Aku akan semakin jarang berkirim puisi maupun pesan penyemangat setiap kali ia selesai berlatih vocal di kelas musiknya.
Ya. Aku hanyalah salah satu secret admirer di antara banyak gadis yang mengerubunginya dengan makanan, vitamin, dan surat-surat cinta. Aku sangat payah bukan? Aku memang payah karena aku tak bisa berbicara jika sudah dihadapannya. Tubuhku membeku, lidahku kelu, dan aku menjadi salah tingkah sendiri saat Taehyung Sunbae ada di dekatku. Aku hanya bisa menatappnya dari jauh, memikirkannya setiap hari.
Kim Taehyung. Dia adalah Sunbae-ku. Umur kami berpaut dua tahun. Tapi itulah yang membuatku memiliki stigma positif padanya. Dengan umurnya yang lebih tua, aku pikir dia terlihat sangat keren dan cool. Buktinya? Ia bahkan berganti-ganti pacar setiap minggu, bahkan hanya dalam waktu tiga hari saja. Semua siswa di sekolah ini tahu bahwa Taehyung Sunbae itu seorang playboy. Namun, jika kalian berpikir semua playboy itu terkesan badboy, maka kalian salah. Taehyung sunbae bukanlah seorang badboy. Ia adalah pria yang memiliki image tampan dan cute. Polos, dan kekanakan. Itulah yang aku tangkap selama ia masih bersekolah disini.
Hari itu adalah hari terakhirnya di sekolah. Taehyung sunbae berpamitan pada guru-guru untuk menunda pendidiknnya sementara karena harus menjadi trainee. Hatiku kacau. Aku pikir, disaat terakhir seperti ini aku harus memberikannya sebuah kenangan yang special. Tapi apa?
Akhirnya, pada saat jam pelajaran, aku rela membolos dan pergi ke taman belakang dengan membawa selembar kertas dan juga pita emas keberuntunganku. Tanganku yang sudah memegang pena, secara spontan menuliskan semua perasaanku melalui kalimat-kalimat puitis. Ya, aku menulis sebuah puisi untuknya. Puisi terakhir.
.
.
.
.
Setelah selesai menuliskan puisi yang berlatar belakang perasaanku itu, aku segera kembali ke kelas saat jam istirahat. Aku menyimpan kertas itu sampai jam pulang sekolah.
Seperti biasa, hari ini, sore setelah jam pulang sekolah, Taehyung Sunbae berlatih vocal di kelas musik untuk terakhir kalinya. Mataku terfokus pada sebuah tas berwarna biru gelap di sudut ruangan di sekitar loker. Bibirku tersenyum, karena aku tahu, Sunbae tidak pernah membawa tasnya bersama di dekatnya jika sedang latihan. Tanpa sepengetahuannya, aku selipkan lembaran puisi yang sudah aku gulung dengan pita emas itu ke dalam celah-celah tas punggungnya.
Namun, akibat kecerobohanku yang menyenggol bangku di depanku Sunbae hampir saja memergoki wajahku. Aku berlari terus menjauh. Dan begitulah… saat terakhir aku melihatnya.
Sungguh malang. Aku hanya bisa mengamati punggungnya dan setelah itu, kami tak pernah bertemu lagi.
Flashback off
Sunbaenim… aku tahu kau masih menyimpan puisi itu. Aku sangat berterima kasih karena kau merawat kertas usang itu dengan sangat baik.
Pikir Sohyun yang kemudian mulai terlelap dengan sendirinya di bawah naungan malam yang langitnya dipenuhi dengan bintang-bintang.
To Be Continued....
Apa ada yang jadi secret admirer??😆
Barang kali aja ada. Pasti bisa memahami perasaannya Sohyun.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro