Chapter 4
ZRASSHHH
Hujan deras kembali mengguyur kota malam ini. Hujan seperti ini memang biasa terjadi di penghujung musim panas yang merupakan peralihan dari musim panas ke musim gugur
Cuaca ekstrim yang terjadi kali ini memang sedikit berbeda dari yang biasa
Entahlah, mungkin karena pengaruh global warming yang membuat cuaca di bumi menjadi ekstrim
Seorang gadis berambut hitam berkali-kali melihat jam yang terpasang di pergelangan tangan kirinya. Mata whitish blacknya akhirnya beralih menatap butiran-butiran hujan yang jatuh semakin deras
Ia melangkah mundur kemudian merapatkan kaki. Sepertinya atap halte tempat menunggu bus ini tidak dapat melindunginya dari terpaan hujan yang diiringi terpaan angin kencang
Rambut hitam gadis itu sedikit basah. Ia mencengkram celana jins hitam yang dikenakannya
'Sial, kenapa aku bisa lupa membawa payung hari ini'
(Y/n) membuka tasnya, mengambil ponsel kemudian mencoba untuk menelfon Ino. Namun sebelum sempat tersambung, ponselnya telah mati karena kehabisan baterai
Astaga, benar-benar malang nasibnya kali ini
(Y/n) melempar ponselnya kesal ke dalam tas merahnya. Ia berdiam diri sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk berlari menembus hujan
Gadis itu menghalangi hujan yang akan jatuh di kepala dengan menggunakan tasnya
ZRASSHHH
Hujan seakan tidak mau memberi kemudahan baginya. Kali ini hujan yang turun disertai angin kencang yang lumayan keras.. beberapa orang mungkin menyebutnya hujan badai
(Y/n) terus berlari tanpa mempedulikan hujan menerpa tubuhnya yang telah basah kuyup
Ia berhenti sejenak untuk mengambil napas. (Y/n) memegangi lututnya yang mulai terasa sakit karena dipaksa berlari terus menerus di tengah cuaca dingin seperti ini
Namun baru saja ia hendak kembali melanjutkan, langkahnya kembali terhenti akibat mobil ferrari yang tiba-tiba saja berhenti di sampingnya
Mata whitish blacknya menajam..
Dia tahu siapa pemilik mobil tersebut
Boboiboy Halilintar
Kaca mobil itu terbuka perlahan, memperlihatkan sesosok pemuda berambut hitam dengan sehelai rambut putih yang sedang memandang mata whitish blacknya dengan tatapan heran
"Apa yang kau lakukan di tengah hujan seperti ini?" pemuda itu sedikit kaget dengan pemandangan yang dilihatnya
"Bukan urusanmu" (Y/n) memalingkan wajah dan kembali melanjutkan jalannya
Seolah kesal karena diacuhkan, Halilintar menekan pedal gas mobilnya dengan keras. Kemudian membanting stirnya agar ia dapat menghalangi jalan (Y/n)
"(Fullname)! Kau bisa mati kedinginan kalau berlari di tengah hujan seperti itu!" Halilintar berteriak kesal
"Bukankah kau yang selalu menginginkan aku mati, Halilintar?" (Y/n) tersenyum sinis
Mata merah Halilintar membulat. Tangannya mengepal keras
ZRASSHHHH
"Apa.. maksudmu?"
"Kau yang lebih tahu maksudku..." (Y/n) berhenti sesaat
"Ya kan Hali-kun?"
Halilintar merasakan dadanya sakit setiap kali (Y/n) memanggilnya seperti itu
Halilintar membuka pintu mobilnya dengan kasar kemudian menarik tangan gadis itu dengan paksa. Memaksa masuk ke dalam mobil bersamanya
"Apa yang kau lakukan?" (Y/n) berusaha melepaskan cengkraman tangan Halilintar
"Aku mau keluar!" tangan kirinya berusaha membuka pintu mobil
CKLEK
Halilintar mengunci pintu mobilnya secara otomatis, membuat segala usaha (Y/n) menjadi sia-sia
"Sebenarnya sebesar apa rasa bencimu padaku?" wajah Halilintar kali ini terlihat sedih. Tangannya masih memegang pergelangan tangan kanan (Y/n)
(Y/n) hanya terdiam. Perlahan darah keluar perban yang ada di pergelangan tangannya
Mata ruby Halilintar menatap nanar darah yang merembes keluar hingga mengubah warna kaos putih (Y/n) menjadi merah
"Tanganmu..." Halilintar tak dapat berkata-kata. Dengan cepat ia melepaskan pegangannya pada (Y/n)
Senyum tipis terpampang di wajah pucat (Y/n) "Kau tahu?"
(Y/n) memasang kembali perban yang sempat terlepas dari tangannya tadi. Perban itu kini sudah berubah warna menjadi merah
"Dulu ada anak laki-laki..."
Tangan Halilintar gemetar ketika mendengar perkataan (Y/n), ia bahkan kesulitan untuk memutar kunci mobil
"Wah wah, Halilintar kau tidak perlu gugup seperti itu" Sindir (Y/n) ketika mengamati tangan Halilintar yang gemetar
Halilintar hanya terdiam. Ia meginjak pedal gas dengan perlahan hingga mobil pun melaju dengan percepatan konstan menembus hujan yang terus menerpa jalanan. Tangannya mencengkram setir mobilnya dengan kencang
Entahlah, ia merasakan bahwa perkataan (Y/n) yang akan keluar sesaat lagi mungkin saja dapat mengguncang kondisi kejiwaannya
"Hm... kau takut mendengar ceritaku Halilintar?" (Y/n) memalingkan wajahnya ke jendela menatap butiran hujan yang berjatuhan
Halilintar tidak menjawab
Melihat keadaan yang seperti ini (Y/n) kembali melanjutkan perkataannya
Dia... anak laki-laki paling tampan yang pernah kulihat. Dia populer di kalangan gadis-gadis bukan hanya karena ketampanannya saja, melainkan juga dari kebaikan hati dan sikapnya yang lembut pada semua orang" (Y/n) mencengkram tasnya
"Dia... cinta pertamaku"
Bola mata ruby Halilintar mengabur sesaat. Ia merasa tenggorokannya sakit, lidahnya kelu. Ia bahkan tidak dapat memberikan tanggapan apapun
Yah itu karena ia tahu siapa anak laki-laki yang disebutkan (Y/n)
"Teman-teman sekolah, guru-guru... semuanya baik padaku. Aku benar-benar senang bisa berada diantara mereka semua" Kali ini senyum tulus yang muncul di bibir (Y/n)
"Tapi semuanya berubah..." suara (Y/n) tiba-tiba saja terdengar pilu
"Saat itu, terjadi konflik di sekolah kami"
Halilintar berusaha menatap lurus ke depan. Ia berkonsentrasi menatap jalanan yang ada di hadapannya. Pedal gas masih diinjaknya dengan hati-hati
"Para petinggi bersikeras untuk mengeluarkanku dari sekolah ketika tahu bahwa ibuku adalah seorang pelakor, dan aku adalah anak haram yang lahir dari hubungan gelapnya"
"Padahal sebelum ini aku tidak pernah tahu siapa ibuku karena ia meninggal segera setelah melahirkanku"
Halilintar merasakan napasnya tertahan
"Berita itu menyebar dengan cepat. Teman-teman yang selama ini kusayangi mulai menjauh dariku, guru-guru yang biasanya memujiku karena nilaiku selalu saja tertinggi di kelas, saat itu malah berbalik menghina dan memaki diriku. Bagi mereka, aku hanyalah seonggok sampah"
"Tidak hanya tekanan mental yang aku terima tetapi juga fisik. Mereka seringkali menindasku, memukuliku, bahkan melempariku. Dan anak laki-laki itu, hanya mampu melihat aku ditindas seperti itu. Ia bersikap tidak peduli padaku"mata whitish black (Y/n) menggelap
"Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, aku tidak tahu mengapa ia berubah. Kebaikan hatinya... kelembutan sikapnya... semua seakan menguap begitu saja. Anak laki-laki yang kusukai seolah menghilang. Dia bukan lagi orang yang kusukai dulu"
Halilintar merasakan kepalanya bertambah berat seolah ada beban besar yang dibebankan disana
Ya tuhan...
Tolong aku...
"Lalu...di saat kondisi jiwaku lemah, Tuhan malah bertindak kejam padaku. Ia mengambil nyawa nenekku. Satu-satunya anggota keluargaku yang menyayangiku, orang yang membesarkanku seorang diri dengan sepenuh hati" Lanjutnya
Suara (Y/n) melemah "Dan puncaknya adalah hari itu..."
Halilintar kembali gemetar
"Hari itu, satu-satunya orang yang kuharapkan. Satu-satunya anak laki-laki yang kucintai untuk pertama kalinya mengatakan hal yang kejam padaku"
"(Margamu) (Y/n) kau menyebalkan..."
"Sebaiknya kau mati saja..."
"Orang yang selalu kuanggap sebagai dewa penyelamatku malah berbalik menjadi dewa kematian yang menakutkan"
Kali ini Halilintar benar-benar tidak dapat mengontrol reaksinya. Napasnya terputus-putus mata merahnya berkaca-kaca
Ia tahu, ia tahu benar siapa yang mengatakan hal kejam itu pada gadis lemah yang ada di sampingnya
""Yah, luka ini kubuat hanya untuk memenuhi permintaan orang itu" (Y/n) tertawa kecil ketika melihat reaksi Halilintar
"Kenapa Hali-kun? Kau kecewa karena aku belum mati kan?" Halilintar menghentikan laju mobilnya. Kemudian menatap mata whitish black (Y/n) nanar
"Hm.. ya aku juga sedikit bingung kenapa aku belum mati hingga saat ini. Padahal aku sudah berkali-kali berusaha memutuskan urat nadiku sendiri" (Y/n) membuka perban yang sudah rusak terkena darah dan hujan
Mata ruby Halilintar terlihat kaget ketika melihat pergelangan tangan (Y/n) yang dipenuhi bekas luka mengerikan yang memanjang hingga ke sikunya. Bahkan kini ada luka yang kembali terbuka dan masih mengeluarkan darah
"Kau gila..." tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulutnya
Thor, jadi pen nabok si gledek :")
Author: tabok aja udah-
(Oke oke abaikan di atas^)
"Ya, mungkin kau benar. Aku ini gila, ya aku memang sudah gila"
(Y/n) tertawa "Kau yang membuatku gila Hali-kun"
Tidak tidak...
Hentikan...
Ku mohon...
"Tidak... ku mohon hentikan (Y/n)" Suara Halilintar terdengar pilu
"Ku mohon maafkan aku"
""Ha? Apa aku tidak salah dengar tadi? Tuan muda Boboiboy Halilintar minta maaf? Hahaha kupikir itu akan melukai harga dirimu, Halilintar" (Y/n) tertawa meremehkan
"....."
"Lalu kau pikir dengan meminta maaf kau bisa mengembalikan keadaan menjadi seperti semula? Kau pikir aku akan memaafkan orang yang telah melukaiku begitu dalam hingga aku menjadi seperti ini?" Gigi (Y/n) bergemeletuk keras menahan emosi
"(Y/n)..."
"Cih! Sudah kubilang jangan panggil aku dengan nama kecilku!" (Y/n) tiba-tiba saja menangis kencang
"Jangan panggil aku seperti itu lagi..."
Halilintar hanya menundukkan kepala. Mata ruby nya tertutup perlahan berharap ini adalah mimpi yang akan berakhir ketika ia membuka mata
Namun sayangnya ini bukanlah mimpi
Saat ia membuka matanya (Y/n) masih ada disana, menangis tersedu-sedu
Sesaat ia melihat bayangan gadis kecil berseragam sekolah yang sedang menangis sendirian di pojok kelas. Gadis itu meringkuk memeluk lututnya. Luka akibat penganiayaan yang dilakukan teman-temannya masih tampak jelas di tubuh gadis itu
Gadis lemah itu hanya terus menangis sambil bergumam "Itu bukan salahku, itu bukan salahku"
Halilintar kembai tersadar dari lamunannya. Betapa kagetnya ia ketika (Y/n) bergumam "Itu bukan salahku. Itu bukan salahku" Mata campuran hitam putih itu masih mengeluarkan cairan bening yang mengalir di kedua belah pipinya
"Bukan salahku jika ibuku seorang pelakor. Aku tidak pernah minta dilahirkan sebagai anak haram" suaranya kali ini terdengar ketakutan
"Ampuni aku, kumohon jangan pukul aku lagi" (Y/n) seolah berhalusinasi melihat masa lalunya lagi
Tanpa pikir panjang Halilintar bangkit dari joknya kemudian memeluk (Y/n) erat
"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku... (Y/n) kumohon maafkan aku" air mata ikut berjatuhan dari mata ruby nya
Kata maaf terus mengalir seiring dengan air matanya yang berjatuhan "Maafkan aku, maafkan aku, seandainya waktu itu aku lebih peduli padamu, seandainya aku waktu itu tidak terpengaruh orang lain sehingga berkata hal jahat seperti itu padamu"
(Y/n) hanya terdiam
"Maafkan aku... kumohon.. aku akan melakukan apapun. Bahkan jika nyawaku yang menjadi taruhannya. Aku rela memberikan nyawaku padamu. Jika kau memintaku untuk mati, aku akan melakukannya saat itu juga"
Mata whitish black (Y/n) melebar
"Sudah terlambat Halilintar, aku tidak butuh nyawamu"
Pelukan Halilintar mengeras "Lalu apa yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku?"
"Kau bodoh ya?" (Y/n) melepaskan pelukan Halilintar. Ia menyeka air matanya dengan kedua tangan
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu selamanya"
Halilintar merasa seakan ada sesuatu yang menyumbat napasnya
"Sekarang buka pintunya Halilintar"
Halilintar menekan kunci otomatis yang ada di dekatnya. Tak berapa lama kemudian (Y/n) membuka pintu dan pergi meninggalkan Halilintar
"Ah tuhan..."
Ku mohon tolong aku
_________________________________________
-Kimi No Sei-
_________________________________________
"Ada apa kau mengajakku makan di tempat seperti ini Halilintar?" Reina menatap Halilintar dengan tatapan heran. Ia sedikit bingung, kenapa Halilintar mengajaknya makan di cafe mahal seperti ini?
Cafe D'amoure, salah satu cafe terkenal yang menyajikan beragam menu masakan Eropa
Pelayan berseragam maid dan butler terlihat sibuk melayani para tamu cafe yang rata-rata merupakan orang-orang penting dan berkelas sosial tinggi
"Hei Halilintar, aku bicara padamu" Reina mengerucutkan bibirnya. Sedikit kesal dengan sikap Halilintar yang mengacuhkannya tadi
"Reina.." Halilintar menghela napas sebelum mengalihkan pandangannya dari jendela menuju mata lialic Reina
"Hm, apa?" Reina masih sibuk mengaduk-aduk parfaitnya
"Apa yang kau ketahui tentang (Y/n)?" tanya Halilintar tanpa basa-basi
Kejadian semalam membuatnya semakin ingin tahu tentang apa yang terjadi pada gadis berambut hitam yang hampir membuatnya kehilangan kewarasan
"Ha? Apa maksudmu?" Reina menghentikan kegiatan mengaduk parfaitnya. Menatap lurus mata ruby Halilintar
"Maksudku, aku ingin tahu dia tinggal dimana dan dengan siapa dia tinggal. Darimana dia berasal, masa lalunya... aku ingin tahu semuanya" Jelas Halilintar
"Astaga, ternyata kau benar-benar serius dengan (Y/n) ya?" Reina sedikit terkejut
"Ku dengar dari Gempa kalau kau itu sebenarnya laki-laki yang kasar dan tidak pernah tertarik pada perempuan manapun" Reina melipat kedua lengan di dada
"Dengar ya, aku tidak mau memberitahukan apapun tentang (Y/n) kepada laki-laki sepertimu. Aku tidak ingin (Y/n) terluka"
"...."
"Aku tahu, kalian pasti mempunyai hubungan kan? Entah apa itu, aku tidak mengetahuinya. Aku pun tidak tahu masa lalu kalian berdua seperti apa" Reina menegakkan gestur tubuhnya
Mata lialicnya menajam "Tapi satu yang aku tahu, hubungan kalian pastilah bukan hubungan yang berakhir bahagia"
Mata ruby Halilintar membulat
"Reaksi (Y/n) ketika pertama kali bertemu denganmu di kencan buta. Reaksinya ketika kau mengembalikan payungnya yang tertinggal... mata itu... ekspresi wajah kaget, sedih, benci, bercampur rindu yang ditunjukkannya setiap kali ia melihatmu"
"Itu bukanlah reaksi yang wajar" Nada bicara Reina seakan menginvestigasi Halilintar
Sementara Halilintar hanya terdiam seribu bahasa
"Sudah cukup, jangan bicara seakan aku adalah penjahat" tiba-tiba saja Halilintar memecah keheningan yang sempat terjadi tadi
"Hm, satu hal yang harus kuberitahu padamu Boboiboy Halilintar" Reina menggerakkan jarinya membentuk angka satu
"Hn?"
"(Y/n) pernah mengalami mental disorder"
"Dulu dia seorang self-injury"
Ekspresi wajah Halilintar terlihat kaget. Keringat dingin mengalir di pelipisnya
'(Y/n)... seorang self-injury?'
Tentu saja hal ini menjelaskan tentang kejadian semalam. Bekas luka sayatan di lengannya, darah yang mengalir dari perban, emosinya yang labil. Kata-katanya saat itu...
Semuanya sudah jelas...
"Kenapa Hali-kun? Kau kecewa karena aku belum mati kan?"
"Hm.. ya aku juga sedikit bingung kenapa aku belum mati hingga saat ini. Padahal aku sudah berkali-kali berusaha memutuskan urat nadiku sendiri" (Y/n) membuka perban yang sudah rusak terkena darah dan hujan
Mata ruby Halilintar terlihat kaget ketika melihat pergelangan tangan (Y/n) yang dipenuhi bekas luka mengerikan yang memanjang hingga ke sikunya. Bahkan kini ada luka yang kembali terbuka dan masih mengeluarkan darah
"Kau gila..." tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulutnya
"Ya, mungkin kau benar, aku ini gila. Ya aku memang sudah gila"
(Y/n) tertawa "Kau yang membuatku gila Hali-kun"
"Kenapa Halilintar?" perkataan Reina membuyarkan lamunannya
"Kau pucat?"
"Tidak, tidak apa-apa"
"Hei jangan bilang kau menjadi takut pada (Y/n) karena perkataanku tadi" Sindir Reina
"Tenang saja, dia sudah berjanji padaku dan pada Kaito kakak angkatnya, bahwa ia tidak akan melakukan hal bodoh seperti itu lagi"
Haha
Kau salah Reina
Dia baru saja mengingkari janjinya padamu kemarin
Bayangan (Y/n) yang sedang asyik melukai dirinya sendiri muncul mengganggu pikiran Halilintar
"Kau yang membuatku gila Hali-kun"
Halilintar mengacak rambut hitamnya kesal
"Maaf, kepalaku sedikit pusing"
Merasa Halilintar sedang butuh sendirian saat ini, Reina segera bangkit dari kursinya "Ano... sebenarnya aku ada janji dengan temanku"
Reina mengambil tasnya yang berada di atas meja "Terima kasih kau sudah mentraktirku hari ini"
"Hn.." Halilintar hanya bergumam
"Ah, Halilintar kuharap kau benar-benar serius dengan (Y/n). Aku tidak ingin sahabat baikku terluka" Reina melangkah menjauhi Halilintar kemudian berbalik
"Kalau kau menyakitinya, aku tidak akan memaafkanmu"
"...."
Tenang saja Reina
Aku tidak mungkin menyakitinya lebih dari ini
Karena dulu aku sudah banyak menyakitinya
Dan kau tahu Reina?
Karma itu ada
Ya, aku terkena hukum karma
Aku mencintainya sepenuh hatiku
Aku mencintai gadis itu...
Nakashima (Y/n)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
Sedikit keterangan
Mental disorder : gangguan mental atau gangguan jiwa adalah penyakit yang memengaruhi emosi, pola pikir, dan perilaku penderitanya. Sama halnya dengan penyakit fisik, penyakit mental juga ada obatnya
Self-injury : perilaku menyakiti dan melukai diri sendiri yang dilakukan secara sengaja. Ini merupakan salah satu bentuk dari gangguan perilaku yang terkait dengan sejumlah penyakit kejiwaan (jadi si korban suka nyakiti diri sendiri gitu)
Oke
See you in next chapter!
Don't forget to voment minna ttebara
Salam kematian
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro