Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 07 - Playing Card

Song: You Don't Have to Worry by Dorris & Kelley

Follow my instagram @augustin.rh and keep in touch with me cause i like to share some information, secret and fact about Allison and Luke.

Happy Reading

****

"Bagaimana jika kita memainkan persamaan kartu berganda?" Maximiller mengusap dagunya sambil menatap ke arah Allison dengan tatapan intens, "hanya saja akan lebih baik kalau kita memperlihatkan seberapa kuat daya ingat di antara kita, Miss Franklin," lanjutnya lagi.

Allison tidak menjawab, melainkan menunggu penjelasan lanjutan mengenai permainan seperti apa yang pria itu inginkan. Menyerah sebelum memulai bukanlah style-nya. Namun, mengambil kemungkinan-kemungkinan demi kepentingan adalah prioritas sehingga ia akan melakukan apapun—bermain judi dengan menggunakan taruhan terbesar secara berkala untuk mempelajari strategi lawan.

Di sisi lain, Luke tampak berusaha meredam rasa khawatir karena menganggap bahwa perjudian tidak memberikan keuntungan sama sekali selain rasa candu hingga membuat siapa pun kehabisan harta. Ia menganggap bahwa judi adalah sesuatu yang lebih berbahaya, daripada narkoba.

Kuharap kau bisa mengontrol ambisimu jika hal buruk terjadi. Hanya itu yang bisa diucapkan Luke dalam benaknya ketika melihat tatapan Allison yang seakan begitu bergairah mengenai permainan ini.

"Persamaan kartu berganda, bukankah itu terlalu mudah, Mr. Maximiller?" tanya Allison, terlihat tidak sabar menunggu kelanjutan yang akan diucapkan Maximiller.

Tidak ada ekspresi meremehkan dari wajah Allison karena sejak gadis itu berdiri berhadapan dengan Maximiller di meja judi ia senantiasa memperlihatkan keseriusan, meskipun Allison tahu bahwa Luke khawatir mengenai dirinya—Luke sudah terlihat seperti seorang pengecut berbadan tegap. Namun, Allison tidak memusingkan hal tersebut sebab dunia seperti ini memang bukan milik Luke dan tugasnya sekarang adalah membuat pria tersebut terbiasa demi meraup banyak keuntungan.

Suara tawa mengejek terdengar dari bibir Maximiller hingga hal tersebut berhasil menarik perhatian Allison dan Luke—sikap yang membuat siapa pun akan menaruh rasa curiga—terutama ketika pria itu mengambil dua set kartu dari tas yang telah disediakan bawahan Maximiller.

"Persamaan kartu berganda memang terdengar mudah jika menggunakan satu set kartu, Miss Franklin terutama jika kita hanya memainkannya dengan mencocokan angka. Namun, bukan seperti itu yang akan terjadi di meja ini," ucap Maximiller, sambil menampilkan senyum angkuh nan memuakan tersebut. "Kita akan menggunakan dua set kartu dan tidak hanya menyamakan angka, tetapi juga menyamakan jenis kartu."

"Dengan kata lain, kau ingin kartu yang benar-benar sama." Luke mengernyit samar, meyakini bahwa permainan ini sangat rumit karena membutuhkan daya ingat yang sangat kuat dalam mengingat letak kartu. Ia sadar bahwa Maximiller tidak akan membiarkan semuanya berjalan dengan sangat mudah.

Seringai lebar terpampang di wajah Maximiller—terlihat seakan sedang mengintimidasi Allison. Namun, tentu saja hal tersebut tidak mempengaruhi gadis itu karena hingga kini wajah Allison masih tampak tenang dan serius, hingga di detik kelima Allison berkata, "Akan kuberikan fasilitas kemudahan memasuki areal pasar dan keuntungan 75% untukmu jika kau memenangkan permainan ini, Mr. Maximillier."

Seketika ekspresi Luke berubah terkejut seakan tidak percaya dengan keputusan Allison yang menurutnya terlalu cepat, bahkan beberapa mafia dan pebisnis di sekitar mereka menoleh dengan ekspresi yang sama—aura ketegangan menyelimuti wilayah penonton kelas bisnis dan bahkan tidak sedikit dari mereka tertarik untuk menyaksikan perjudian antara mafia dan seorang dewi kemanusiaan— bagi para mafia, mereka lebih menyebut Allison sebagai malaikat pencabut nyawa, daripada dewi kemanusiaan karena telah mengenal bagaimana sosok Allison sesungguhnya.

"Keputusan yang tepat, Miss Franklin. Kau sungguh membuatku bergairah. Baiklah dan jika kau menang, maka 70% keuntungan akan menjadi milikmu." Maximiller membuka dua kotak kartu remi tersebut kemudian memberikannya pada bawahan pria itu untuk diacak dan diletakkan secara random di atas meja judi.

Selagi bawahan Maximiller meletakkan kartu-kartu tersebut, Luke bisa mendengar perbincangan sekelompok pebisnis yang mengatakan bahwa Allison sudah benar-benar gila karena telah memberikan taruhan cukup besar terhadap seorang mafia. Tentu saja setelah mendengar perbincangan tersebut, Luke bisa menyimpulkan bahwa mereka belum mengenal sosok Allison sesungguhnya.

Allison bukan gadis biasa karena dari wajah ramah dan bersahabat, serta diamnya dia bisa saja menjadi sebuah bumerang yang sewaktu-waktu bisa membunuh seseorang.

Luke sadar bahwa Maximiller mengetahui hal tersebut sehingga pria itu lebih memutuskan melakukan hal demikian, daripada menyerahkan lima puluh persen keuntungan dari kerjasama ini kepada Allison.

Setidaknya lebih baik bertaruh, daripada secara perlahan dikuasai oleh Allison.

Ini bukan sekadar untuk bersenang-senang karena jumlah taruhan begitu besar, tetapi keduanya tampak menikmatinya, kecuali pria kulit hitam yang berada di sisi Miss Franklin. By the way he looks so hot, right?

Ungkapan yang tidak sengaja terdengar, membuat Luke tersenyum karena para gadis berpakaian indah di dekat mereka sedang membicarakannya. Namun, untuk saat ini fokus Luke ada pada diri Allison karena permainan sudah dimulai dan Maximiller mempersilakan agar Allison mau memulainya.

"Akan lebih baik jika kau yang memulainya, Mr. Maximiller karena permainan ini adalah milikmu." Allison menolak secara halus.

Ini bukan penolakan biasa, Allie sedang melakukan analisis terhadap Maximiller. Luke memusatkan fokus secara samar—terlihat tidak peduli jika orang biasa yang melihatnya—pada dua pemain tersebut karena ia tahu bahwa mereka sama-sama saling mengawasi—mencari kelemahan kemudian memenangkan permainan.

Delapan kali mereka bergantian untuk membuka kartu dan menentukan letak pasangan kartu tersebut, tetapi hingga saat ini tidak ada satu pun yang menemukan kartu sepasang. Luke melirik ke arah Allison dan gadis itu masih memasang ekspresi serius bahkan tidak ada rasa tegang atau ketakutan sedikit pun, sedangkan Maximiller juga tampak menikmati permaianan tersebut sambil sesekali melirik ke arah Allison dan tidak jarang pria itu memperlihatkan sikap aneh yang mencurigakan.

Allison dan Luke berpikir bahwa Maximiller telah menyembunyikan sesuatu. Namun, seperti ada kesepakatan tersirat mereka memutuskan untuk mendiamkan kecurigaan tersebut karena sadar bahwa beberapa bawahan Maximiller tidak pernah berhenti memerhatikan keduanya.

"As sekop, sepertinya kau pernah membukanya, Miss Franklin," ucap Maximiller, sambil menatap ke arah Allison untuk kesekian kalinya kemudian mengarahkan tangan kanannya ke bagian meja kiri menelusuri beberapa kartu tertutup yang diletakkan secara acak kemudian berhenti pada satu kartu, sembari kembali berkata, "Di sini."

Dan suara takjub para pebisnis dan mafia yang menonton mereka pun terdengar setelah Maximiller berhasil menemukan sepasang as sekop dari seratus empat kartu terbalik di atas meja.

"Karena aku telah menemukan pasangannya, jadi kesempatan untuk membuka kartu selanjutnya masih berpihak padaku." Senyum miring tampak di wajah Maximiller.

"Yes, take your chance, Mr. Maximiller. I will wait for my turn." Allison masih mengamati gerak-gerik tangan Maximiller demi menjawab kecurigaannya terhadap pria itu.

Empat, lima, enam pasang kartu telah berhasil ditemukan oleh Maximiller hingga akhirnya giliran Allison pun tiba. Tentu saja kali ini gadis itu semakin hati-hati dan cermat dalam mengingat letak kartu yang telah ia atau Maximiller buka sebelumnya.

"Empat hati, kau sudah pernah membukanya, Allie," bisik Luke ketika ia melihat kartu apa yang telah dibuka Allison. Namun, bagaimanapun ia tidak bisa membantu atau bahkan memberi tahu di mana letak kartu tersebut karena ini adalah permainan mereka dan campur tangannya tidak dibutuhkan.

"Oh, just stup up your mouth man!" Maximiller menatap dingin ke arah Luke. "Dan untukmu, kuharap kau masih mengingat di mana letak kartu itu karena kau telah ketinggalan enam poin."

Allison tidak menanggapi perkataan Maximiller melainkan bersikap khawatir seolah berusaha mengingat dan berhati-hati dalam memutuskan letak kartu pasangan dari empat hati, hingga setelah membuang waktu lima belas detik gadis itu membuka kartu tepat di hadapannya dan kartu empat hati terlihat di baliknya.

Refleks helaan napas lega terdengar pada diri Luke membuat gadis itu ingin sekali tertawa karena telah begitu khawatir dan meremehkan dirinya. Luke hanya tidak tahu bahwa gadis itu telah mengingat empat puluh persen dari letak kartu yang telah ia lihat selama permainan ini berlangsung.

"King diamond," ucap Allison saat ia masih memainkan gilirannya kemudian segera membuka kartu di sebelah kiri meja dan ia kembali mendapatkan pasangan kartu tersebut, hingga Allison berhasil mengumpulkan sepuluh poin.

Sepuluh poin yang membuat suasana semakin tegang hingga Maximiller pun tidak dapat menyembunyikan kegugupan di tengah permainan bahkan siapa pun bisa merasakan hal tersebut.

Kegugupan yang sangat menguntungkan bagi Allison dan di waktu bersamaan pula Luke telah menyadari pikiran gadis itu terhadap sosok Maximiller.

"Kau bersemangat sekali, Mr. Maximiller dan ingatanmu ternyata lebih bagus dariku." Allison melipat tangan di atas dada kemudian masih terus menatap tangan Maximiller dan kartu-kartu yang pria itu buka.

Sekali lagi Maximiller berhasil mendapatkan poin lebih unggul, daripada Allison yaitu lima puluh lima poin. Senyum kemenangan pun tergambar jelas di wajah Maximiller tanpa menyadari bahwa gadis di hadapannya tidak suka menerima kekalahan dan telah bersiap untuk menaikkan taruhan demi memenangkan permainan.

"Dewi keberuntungan sepertinya telah berpihak padaku, jadi kuharap kau tidak keberatan dengan perjanjian yang telah kau berikan sebelum permainan," ucap Maximiller dengan nada angkuh.

"Poinku hanya empat puluh dan jika aku berhasil membuka semua kartu pun, kemenangan tetap berpihak padamu." Allison tersenyum miring dengan tatapan intimidasi yang membuat Luke paham tentang isi pikiran gadis itu.

"Allie," panggil Luke terdengar berbisik, "don't do that." Tanpa rasa takut Luke menggenggam lengan gadis itu meminta agar Allison menghentikan permainan yang menurutnya mulai tidak sehat karena ia sadar Allison akan memulai kembali permainan ini dengan minggikan angka taruhan—cerita klise bagi para pecinta judi.

"Berulang kali kukatakan jangan melewati batasmu, karena aku tidak segan-segan akan melakukannya terhadapmu, meskipun kau masih sangat berguna bagi pekerjaanku." Allison melepas kasar genggaman tangan Luke di lengannya bahkan ekspresi wajah gadis itu menampakkan amarah yang tidak pernah ia perlihatkan di mana pun.

Mau tidak mau Luke melepas genggamannya. Namun, satu gerakan kecil dari Allison telah membuat pria itu paham bahwa kecurigaan mereka adalah benar.

Allison tidak bodoh dan memang semua ekspresinya adalah sandiwara.

Seketika Luke melupakan fakta tersebut karena rasa khawatir yang begitu mendominasi.

Suara tepuk tangan dengan jeda yang dibuat seakan mengolok atau mengintimidasi terdengar dari arah Maximiller dan tentu saja pria itu sudah melangkah pelan mendekati Allison tanpa memedulikan keberadaan Luke, bahkan ia juga berani melingkarkan lengannya di pinggang Allison.

"Jadi, apa kau sudah mau mengakui kekalahan, Miss Franklin?" tanya Maximiller terdengar lirih tepat di telinga Allison.

Melihat pemandangan tersebut tanpa sadar telah membuat tangan Luke terkepal. Ia tidak mengetahui mengapa reaksi ini terjadi dan yang ia ketahui hanyalah fakta bahwa dirinya tidak menyukai orang lain menyentuh bahkan cenderung ingin melecehkan Allison.

"Aku tidak bisa menerima kekalahan dengan mudah, sehingga berikan aku kesempatan untuk memainkannya kembali denganmu."

Perkataan Allison yang memang sudah diprediksi Luke akhirnya terjadi juga dan tentu saja telah membuat seisi area penonton kelas bisnis berdecak kagum dengan keputusan gadis itu bahkan pertandingan rugby seakan sudah tidak menarik lagi, karena teralihkan oleh perjudian sengit antara dua pebisnis dari dunia yang berbeda—black market dan sosial—itulah dipikiran mereka, para pebisnis tanpa mengenal sosok Allison lebih dalam.

"Allie," bisik Luke. Namun, tidak mendapat tanggapan dari Allison.

"Baiklah, aku akan memintamu untuk berada di kamarku malam ini jika aku berhasil memenangkan permaianan ini tanpa membatalkan taruhan awal. Apa kau setuju, Miss Franklin?" Nada angkuh terdengar jelas dari setiap kata yang keluar dari bibir Maximiller membuat Luke dan orang-orang di sekitar mereka geram karena tindakan pria itu telah di luar batas dan cenderung melecehkan Allison—sang dewi kemanusiaan mereka.

Sebagian besar pebisnis di tempat ini beranggapan bahwa Allison ingin memberantas aktivitas black market para mafia dengan cara menguasai saham hasil penjualan mereka kemudian secara perlahan menggiring aktivitas tersebut ke meja hukum atau mengubahnya menjadi perdagangan legal.

Berbanding terbalik dengan para mafia yang juga berada di tempat ini tanpa sepengetahuan para pebisnis. Mereka sudah mengenal baik sosok Allison dan tentu saja setelah ini semua akan menjadi penentu keberlanjutan hidup seorang Maximiller.

"Tidak masalah, tetapi dengan keuntungan 85% berada di tanganku jika aku berhasil memenangkannya." Senyum ramah terpancar di wajah Allison, bahkan berhasil membuat setiap kaum adam di tempat ini terkagum-kagum untuk sesaat menikmati kecantikan gadis itu.

"Kutunggu kau di kamarku malam ini," bisik Maximiller sebelum kembali ke tempatnnya.

Luke tampak menyempatkan diri untuk mendekati Allison kemudian berbisik, "Kau tidak akan membiarkan—" Ucapan Luke terhenti ketika dengan gerakan cepat Allison mengarahkan bibirnya tepat di telinga pria itu.

"Berhenti bersikap seolah mengkhawatirkanku karena itu sama saja kau meremehkanku. Bukankah tugasmu di sini untuk menjagaku dari mereka? Jadi jangan mencoba ikut campur." Sebuah gigitan kecil pun bersarang di telinga Luke sebelum Allison menatap pria itu dengan mengedipkan sebelah matanya.

Semua orang yang melihat mereka pasti berpikir bahwa Allison dan Luke berada dalam sebuah hubungan sehingga mereka merasa miris karena jika Maximiller memenangkan perjudian maka, pria itu harus merelakan Allison untuk semalam.

Sungguh keadaan yang sulit dan mereka tidak menyangka bahwa Allison akan bertindak sejauh itu.

"Silakan kau mulai duluan, Miss Franklin." Maximiller memperilakan Allison dan tentu saja senyum angkuh senantiasa menghiasi wajahnya.

Namun, Allison tetap bersikap tenang dan mulai menimbang-nimbang kartu mana yang akan ia sentuh hingga senyum sinis terlihat di wajah gadis itu dengan tatapan membunuh mengarah pada sosok Maximiller.

"Aku mengetahui trik yang kau gunakan, Mr. Maximiller." Allison membuka kartu yang menunjukkan gambar as keriting dan dengan gerakan cepat ia membuka kartu hingga gambar serupa pun muncul. "Mata kiri—"

"A-apa maksudmu, Miss Franklin? Kau pikir aku berbuat curang?" Tawa sumbang terdengar di bibir Maximiller dan tentu saja sikap pria itu membuat semua pengunjung memerhatikannya bahkan pandangan merendahkan pun tampak jelas dari sebagian besar orang-orang yang berada di sini.

Allison tidak menjawab. Namun, gerakan tangannya semakin cepat membuka satu per satu kartu hingga tanpa sadar lima puluh enam pasang kartu telah terbuka. Tinggal satu kartu di tangan gadis itu dan senyum kemenangan terlihat di wajah Allison karena berhasil mengetahui trik murahan yang digunakan oleh Maximiller.

Trik yang sudah terlalu sering tersaji di film dan salah satu kasino miliknya di Mexico.

"Kartu kelima puluh tujuh, apa kau ingin aku mengatakan trik murahan ini atau kau sendiri yang mengatakannya?" Tatapan Allison berubah tajam dan tentu saja Luke yang berdiri tepat di belakang Allison sudah bersiap jika hal buruk akan terjadi akibat permainan tidak sehat ini.

Sejak tadi Luke menyadari bahwa bawahan Maximiller sudah bersiap untuk menyerang Allison jika hal buruk menimpa tuannya. Sungguh mereka adalah sekelompok mafia pencundang yang hanya mengandalkan jalan curang bahkan jalan tersebut sangat tidak kreatif.

"Kau diam saja?" Allison meletakkan kartu kelima puluh tujuh kemudian mengarahkan tangannya ke kartu yang sudah ia tebak memiliki jenis yang sama. "Baiklah, kau kehabisan kata-kata. Tuan Maximiller telah menggunakan trik murahan dengan menggunakan kontak lensa infra merah di mata kirinya kemudian memberikan tanda tidak terlihat pada empat puluh kartu."

Sekali lagi Allison melirik ke arah Maximiller yang sudah dibanjiri keringat karena gugup—sikap pecundang karena telah tertangkap melakukan kecurangan—dan ketika gadis itu ingin melanjutkan penjelasannya, Luke menahan Allison kemudian mengganti posisinya.

Alih-alih pria tersebut ingin agar Allison tetap aman karena situasi sudah tidak memungkinkan lagi.

"Dan sisanya, Mr. Maximiller memberikan tanda dengan menambahkan pola kecil pada bagian belakang kartu sehingga hanya orang-orang teliti yang bisa menyadari hal tersebut. Ayo pergi, Allie." Luke menarik tangan Allison sebelum keributan dimulai. Namun, gadis itu menahannya sesaat.

"Perjanjian tetaplah sebuah perjanjian, Mr. Maximiller dan bagian hukumku akan segera menemuimu untuk kesepakatan ini. Selamat bersenag-senang."

Luke segera menarik tangan Allison tepat beberapa detik sebelum pisau lipat menancap pada meja bar di belakang mereka berdua. Luke sempat melihat sesaat bahwa serangan tersebut berasal dari salah satu bawahan Maximiller dan seketika suasana ruangan tersebut menjadi riuh hingga para pihak keamanan pun berlarian untuk melakukan evakuasi.

Salah satu pihak keamanan tersebut adalah bawahan Allison yang diam-diam memberikan senjata kepada Luke demi melindungi gadis itu dan Luke sudah tidak heran lagi.

Tidak ada siapa pun yang bisa membunuh Allison kecuali gadis itu sendiri.

Kekuasaan, kewaspadaan, dan kecerdasan tingkat tinggi , kombinasi yang sempurna dengan ribuan ekspresi pada diri Allison untuk menipu dunia.


____________
TBC

Maximiller ketahuan curangnya, apakah Maximiller atau Allie bakal diem aja? Atau mungkin bakal ada war? Gimana menurut kalian??

Btw selamat hari minggu 😆😆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro