Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 01 - Allison Franklin


Song: Follow You - Bring Me The Horizone

Follow me on instagram @augustin.rh cause i'll give some secrets about next chapter there ^^ let's talk and be friend.

Happy reading

****


Tidak ada kata tidak mungkin atau tidak mampu untuk para pekerja di Franklin's Corporation dalam mendapatkan kepentingan, begitu pula dengan Allison Franklin sang pemilik perusahaan terbesar di seluruh dunia yang berhasil bergerak di bidang sosial, sebab baru-baru saja gadis cantik berusia dua puluh lima tahun itu mendapati suatu artikel di surat kabar harian New York, mengenai kemurahan hatinya dalam memberikan suntikan dana demi membantu krisis pangan di Afrika Barat. Memang, pemberitaan tersebut bukanlah hal baru bagi Allison. Namun, untuk sekarang ia akan berbangga sedikit atas pencapaiannya tahun ini karena berhasil menguasai aset sumber daya alam dan manusia di kawasan tersebut.

Jika mendengar kawasan Afrika Barat, sebagian orang atau pebisnis lain mungkin akan berpikir bahwa Allison adalah pebisnis gila yang suka menghamburkan uang untuk bantuan kemanusiaan secara cuma-cuma. Namun, tidak demikian bagi gadis berambut dark blonde ini karena menurutnya aset jangka panjang justru ada pada negara miskin dan berkembang dengan sistem pemerintahan yang cacat.

Tidak ada yang tahu mengenai kepentingan Allison Franklin dalam memberikan bantuan di negara-negara tersebut karena pada kenyataannya media memang mudah untuk dibodohi.

Allison menyalakan macbook lalu mulai mengecek email dari para partner organisasi sosial serta kemanusiaan dan para pemimpin dari pekerja terselebungnya, dalam menjalankan bisnis kotor yang ia geluti dari balik tabir Franklin's Corporation.

"Apa dia mencoba mempermainkanku melalui berita bodoh seperti ini?!" bisik Allison penuh tekanan ketika menemukan berita lain tentang dirinya mengenai jamuan makan malam dalam rangka penggalangan dana untuk warga Syria, beberapa hari lalu-sebuah pemberitaan palsu seputar asmara yang sama sekali tidak berguna. Setelah mengetahui kabar tersebut, Allison segera mengambil ponsel kemudian menghubungi Justin, salah satu rekan kerja sama dalam bisnis kotornya. "Di mana kau?"

"Aku ingin bertemu denganmu."

"Apa kau ingin aku memutuskan kontrak kerja sama kotormu itu!?"

"Kau membacanya? Wow, calm down, Allie. Tidak, tidak jangan putuskan kontrak itu, kau tahu aku membutuhkannya dan kita harus bertemu untuk membicarakan berita tersebut di-"

"Kuperintahkan kau segera selesaikan masalah itu dalam waktu dua belas jam atau akan kubatalkan kontrak payahmu itu!"

Klik.

Allison mengusap wajah demi menyembunyikan amarah akibat perbuatan Justin. Baru saja melihat kabar baik di media, kini gosip murahan kembali menimpa dirinya yaitu mengenai kegiatan berkencan dengan pengusaha tampan paling dipuja wanita di beberapa negara Amerika dan Eropa-Justin.

Hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Allison, bahkan berniat untuk memikirkannya pun tidak.

"Yang benar saja, kau bahkan masih berada jauh di bawah kakiku, Justin." Allison tersenyum miring jika mengingat, bagaimana pandangan tiap wanita di acara jamuan makan malam setiap kali melihat sosok Justin. Mereka hanya tidak tahu, bahwa aura misterius khas CEO favorit kaum hawa hanyalah sekadar image belaka karena pada kenyataannya pria seperti itu sangat mudah takluk di bawah kaki Allison.

Salah satunya adalah Justin.

Allison hanya suka bermain dengan para pengusaha yang memiliki label lady killer. Namun, sebenarnya ia tidak berniat untuk menyerahkan diri ke dalam pelukan mereka karena kembali lagi, Allison hanya mementingkan kepentingan bisnisnya dan Justin adalah pengusaha yang diam-diam memiliki bisnis sampingan film porno terbesar di Inggris.

Tidak memberikan keuntungan sama sekali. Itulah yang Allison pikirkan jika membicarakan hal mengenai hubungan percintaan antara lawan jenis. Namun, jika mereka berpikir bahwa Allison adalah gadis polos yang tidak pernah tersentuh, maka asumsi tersebut adalah sebuah kesalahan besar.

Allison memang tidak pernah mengenal cinta bahkan berkencan pun ia tidak tertarik. Namun, dengan kecerdasan dalam mengelabui publik tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya gadis ini suka bermain dengan banyak pria-tentu saja atas dasar hukum yang kuat atau mereka akan menghilang tanpa jejak jika berani menentang Allison.

"Miss Franklin, sekadar mengingatkan bahwa satu jam lagi Anda memiliki pertemuan dengan perwakilan dari lembaga Food and Agriculture Organization di kantor kedutaan Amerika Serikat untuk membahas bantuan pangan di Somalia." Amanda, personal assistant sekaligus sahabat masa kecil Allison kembali mengingatkannya melalui sambungan interkom kantor.

"Katakan pada Taylor untuk datang setelah lima menit. Kau tahu aturannya, Amanda."

"Yes, Miss." Suara Amanda kembali terdengar dari interkom di sudut meja Allison.

Tanpa menunggu lama Allison segera mengambil cultch bag dan ponsel yang terletak di atas meja kemudian mulai mengecek jadwal kegiatannya hari ini.

Allison segera keluar ruangan dan melihat Amanda sudah bersiap untuk menemani gadis itu di pertemuan satu jam yang akan datang. Diam-diam Allison tersenyum, tidak sabar melebarkan sayap bisnisnya dalam membeli sebuah negara secara perlahan atau dalam bahasa kasarnya adalah menjajah.

Sepanjang perjalanan menuju lobi, Allison tampak selalu memainkan gadget sekadar memeriksa pekerjaan para bawahannya, sedangkan Amanda terlihat senantiasa menuntun dan menjelaskan agenda apa saja yang akan mereka lakukan di kedutaan kepada Allison, meskipun gadis itu tahu bahwa Allison sedikit pun tidak mendengarkannya.

Amanda sadar, bahwa Allison memang sangat ahli dalam mengendalikan keadaan-Allison tidak butuh penjelasan dalam setiap bisnisnya karena ia hanya perlu membaca sekilas kemudian berpikir cepat untuk mendapatkan kepentingan semaksimal mungkin.

"Miss Franklin," panggil Amanda, mencoba menyadarkan Allison bahwa dirinya sedang berbicara. Namun, gadis itu hanya membalas dengan mengangkat tangan kiri, menandakan bahwa ia tidak ingin diganggu untuk beberapa saat.

"Amanda, kau sudah mengenalku dan aku paham sebelum kau menjelaskannya. Pekerjaanmu di sini cukup mengatur jadwal pertemuan serta membuat laporan tanpa meninggalkan kesalahan sedikit pun," ungkap Allison, tanpa melihat ke arah Amanda karena terlalu sibuk dengan ponselnya.

Seiring dengan langkah kaki mereka berdua menuju lobi, pemandangan serupa pun terjadi di mana setiap pasang mata hanya terfokus pada sosok Allison. Sebagian menatap kagum dan sebagian menatap dengan nafsu, tentu saja hal tersebut terjadi karena Allison adalah sosok gadis idaman para pria.

Satu per satu karyawan di Franklin's Corporation pun menunduk memberikan rasa hormat kepada Allison, meskipun tahu bahwa boss mereka sama sekali tidak peduli, bahkan terhadap asisten pribadinya sendiri.

Di depan kantor, Taylor terlihat sedang berdiri, menunggu di depan mobil Cadillac Escalade. Pria tegap mantan angakatan darat itu, bahkan sudah bersiap untuk membukakan pintu mobil ketika melihat Allison dan Amanda di depan pintu kaca otomatis.

Pria itu tersenyum hangat dan sayangnya, hanya Amanda yang membalas karena Allison terlalu sibuk dengan ponsel berisi beberapa bisnis baru yang akan ia geluti.

"Good afternoon, Miss Franklin," sapa Taylor ketika Allison menutup panggilannya dan bersiap untuk masuk ke mobil.

"Taylor," sapa Allison tanpa menatap ke arah Taylor.

Amanda tersenyum sambil mengedikkan bahu melihat sikap Allison terhadap Taylor, hingga membuat pria paruh baya itu membalas senyumannya dengan ekspresi maklum.

"Sial, ini begitu mendadak!" Allison memaki pelan, sambil melempar ponsel ke dalam tas kemudian menatap ke arah Amanda. "Jam tujuh malam, apa jadwalku kosong?"

"Aku sudah memasukkannya ke dalam agendamu, Allie. Sebuah pesta pertunangan kakakmu, jam tujuh malam di Seattle."

"Jesus. Kau tahu, bagaimana?"

"Mrs. Franklin memberi kabar empat hari yang lalu, tetapi dia ingin semua ini menjadi kejutan sehingga-"

"Merepotkan. Dia bahkan tahu bahwa aku tidak suka kejutan." Allison menyandarkan kepala di jendela mobil kemudian menatap ke arah Taylor yang sedang fokus mengendarai mobil.

Allison tidak suka kejutan dan itu bukan berarti bahwa ia membencinya. Namun, kesibukan membuat hal tersebut menjadi sangat merepotkan.

Gadis itu mengetuk-ngetuk high heels-nya, sambil terus menatap ke arah Taylor seakan sedang menimbang-nimbang keputusan yang akan ia ambil. Seperti biasa kurang dari dua menit Allison telah menemukan solusi, sehingga tanpa pikir panjang Allison langsung memerintahkan Taylor untuk pergi menemui Darren-salah satu perancang busana pribadinya.

"Allie, apa kau serius menyuruh Taylor untuk membeli gaun dan pakaian dalam?" Amanda tampak syok dengan perintah Allison barusan. Namun, gadis itu tidak peduli karena itulah alasan Allison mempekerjakan dan membayar mereka.

"Berkeliling untuk menemukan gaun yang indah bukanlah pekerjaanku dan Taylor sudah terbiasa melakukan hal tersebut." Allison menyampirkan rambut dark blonde-nya ke bahu sebelah kanan kemudian bersandar di kursi penumpang. "Setelah aku melakukan pertemuan di kedutaan pastikan kau sudah menemukan gaun terbaik milik Darren untukku, Taylor."

Amanda hanya memutar mata mendengar perintah konyol dari Allison, sedangkan Taylor senantiasa selalu mengangguk menyetujui tanpa melakukan perlawanan sedikit pun.

Bekerja di bawah kuasa Allison sama saja bekerja layaknya robot. Itulah yang dipikirkan Amanda. Namun, ia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena mengingat kebaikan Allison terhadap keluarganya di masa lalu, yaitu ketika mereka mengalami permasalahan ekonomi beberapa tahun silam.

"Selain itu, pastikan bahwa aku akan menjadi yang tercantik di pesta itu, Taylor dan katakan pada Darren untuk datang ke penthouse satu jam sebelum pesta." Allison mengalihkan pandangan ke arah Amanda yang menandakan bahwa ia juga akan kebagian tugas merepotkan dari Allison. "Kemudian kau, kosongkan dan batalkan beberapa jadwal yang berdekatan."

Tidak salah lagi apa yang dikhawatirkan Amanda pun akhirnya terjadi juga. "Tapi ... pukul lima sore kau ada pertemuan dengan Justin untuk membicarakan kerja sama mengenai-"

"Cancel, please." Hanya itu yang keluar dari bibir Allison sebelum mobil berhenti di depan gedung kedutaan Amerika Serikat. Menandakan bahwa sosok Allison yang baik hati dan lemah lembut akan terlihat lagi di hadapan publik.

Allisonselalu melakukan pencitraan dan hal tersebut adalah sebagai salah satu strategiuntuk mengelabui publik demi meraup kepentingan semaksimal mungkin, tanpamendapatkan lebel buruk.

________
TBC

Hai ketemu lagi dg penulis tidak terkenal ini, sebelum eike cuap-cuap ^^ aku mau tanya sesuatu, lagu di mulmed atas itu cucok gak buat soundtrack cerita ini?

TBH waktu nulis ini aku sudah jatuh cinta banget sama mereka, jadi kuharap kalian juga bisa merasakan hal yang sama ^^

Apa yang kalian harapkan dan bayangkan setelah melihat sosok Allison Franklin?

Well, ini masih 1 chap, tapi menurut kalian chapter ini bagaimana? Mengalirkah atau rada maksa?

Chap selanjutnya kita bakal kenalan dg tokoh utama cowok, semoga kalian syuka dg karakter dia.

By the way, please support me with ur vote and comment cz i like to read and know reaksi kamu. Seperti biasa reaksi kalian itu bagai mutiara di dasar laut, berharga dan bernilai tinggi buatku.

Terima kasih sampai ketemu minggu depan.


Well, sampai ketemu lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro