Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Vagabond (35)

"Aku akan mengakhiri kisah dan juga keterlambatan ini. Aku akan temukan sebagian kisah hidupku yang hilang. Kucari tombak menancap pada bagian tubuh dan lukaku. Kalaupun aku pergi itu artinya misi sudah selesai."

(Author **** POV)

Inginnya tubuh terbujur kaku dan tidak kembali, inginnya dia mati dengan segala kebencian yang sudah dia berikan. Tapi kenapa sang adik yang menjadi korban dan harus mendekam dalam panasnya peluru di dadanya. Seorang kakak berseru keras memanggil adiknya yang lelah dan kesakitan.

Tubuh Jungkook lemas dan ambruk dimana kepalanya dia taruh di atas pahanya. Seokjin merasa ini kesalahannya karena sudah membawa adiknya dalam bahaya, dia menekan luka itu dan darah muncrat mengenai wajahnya. Bau amis anyir tercium ketika hembusan angin mengenai wajahnya, karena kesalahan dan ketololannya semua ini terjadi. Sialnya, saat ketegangan di puncak sang adik malah tersenyum.

"Bukankah bantuan akan datang, lalu kenapa kau menangis Hyung." Suaranya lirih dan matanya sayu, Jungkook tidak akan mengira kalau peluru ini bisa menyakitkan. Lalu bagaimana dengan kakaknya yang pasti kena jika dia tidak datang. "Diam bodoh! Kenapa kau malau kesini, aku sudah bilang untuk tidak kemari bukan?!" Suaranya keras dan Seokjin bersumpah akan membuat orang itu menderita jika sesuatu terjadi hal buruk pada adiknya.

Dalam kesakitan nya Jungkook menatap langit, dia sendiri tidak akan sangka kalau kakaknya akan senaif ini. "Selalu saja begini.... Kau selalu melarangku menangis. Tapi, kini kau yang menangis keras. Sebenarnya kau itu kakak atau adikku sih." Jungkook berseru demikian dan Seokjin tak menyukainya. Dia anggap hal ini bukan sebuah obrolan lucu tapi kenapa malah Jungkook senang sekali membuat dia kerepotan.

"Aissshh.... Kau sedang sakit. Jangan banyak bergerak, aku tidak akan memaafkan orang itu. Lihat saja, aku akan membuat dia menderita karena dia sudah menyakitimu Saeng." Ungkapannya terucap kesal dimana suara iringan ambulance datang menjemput seseorang. Sepertinya Jungkook akan mati karena kepalanya terasa sangat pening. Suara sirine makin keras dan dia ingat akan sesuatu.

Namja itu...

Kala Seokjin hendak bangkit satu tangan menahan tubuhnya untuk tidak bangun. Sang kakak menoleh dan melihat bagaimana adiknya yang berkaca dan menelan ludah kesusahan.

"V dalam bahaya, aku rasa dia dalam bahaya. Aku punya firasat buruk saat aku menyusul mu. Aku merasa ada yang aneh di plat mobil ambulance dia tumpangi." Suaranya dia keras kan, berusaha dengan susah payah untuk tidak tersendat. Seokjin tidak memungkiri jika semua hal bisa saja terjadi tapi dia punya keyakinan lebih untuk menepis segala hal terjadi.

"Tapi V dibawa ke rumah sakit bukan? Kenapa kau bisa mengatakan dia dalam bahaya. Adik sebaiknya kau fokus dengan keadaanmu, jangan memikirkan hal lain." Seokjin membantu sang adik bangun, petugas medis telah menyiapkan bunker berjalan dan segera mengangkat tubuh itu untuk pertolongan. Jungkook langsung tak ingin menyerah begitu saja meyakinkan kakaknya, dia merasa yakin dan memang harus segera di usut tuntas siapa dia.

"Hyung, aku sadar kalau setiap kata yang aku katakan pasti akan selalu mustahil bagimu. Tapi, kalau kau tahu... Aku merasa kalau dia memang butuh bantuanmu. Maaf aku tak bisa menjaga dia tapi karena aku tidak suka aku kurang hati-hati." Makin lama suaranya makin berat, dia melihat kakaknya penuh keyakinan.
Cepat atau lambat semua akan jelas, sepeninggalnya sang adik yang dibawa ke rumah sakit. Kedua mata Seokjin memperhatikan pistol tergeletak disana.

Ini milik pria itu dan dia punya banyak nama untuk menjadi penjahat yang diburu. Kenapa ucapan Jungkook lebih meyakinkan dari kedengarannya. Lambat laun semua tampak jelas dan ketika dia melihat ada darah dari benda tersebut, mendadak pandangan Seokjin makin jelas.

"Kalau begitu tidak ada pilihan lain selain mencari pria itu dan membunuhnya. Aku tidak tahan dan akan membuat dia merasa mati, kalau V dalam bahaya maka..." Menerka dan menebak, dia juga tidak mendapatkan kabar dari Yoongi sejak tadi. Padahal dia ingin menanyakan keadaan pria itu, ayah dari V yang sangat menyayangi putranya.

"Tidak biasanya Yoongi diam seperti ini, aku yakin kalau sesuatu hal telah terjadi. Apakah dia dalam keadaan buruk?" Beberapa kali dia menelefon tapi tidak di angkat juga dan membuat Seokjin semakin yakin kalau ucapan adiknya bukan tebakan biasa. "Sial, sepertinya aku masuk dalam kandang harimau." Merutuk kesal dan melihat sekeliling. Tidak ada satupun yang bisa diandalkan jika melihat beberapa temannya yang munafik disana.

Seokjin bisa saja membawa para anak buah untuk bergerak tapi dia sendiri melihat keadaan finansial yang turun drastis saat dia benar-benar sepi job.

"Kalau begitu aku harus melihat lokasi terakhir yang Yoongi datangi, atau... Ah, ya... Kenapa aku begitu bodoh seperti ini." Dia tidak harus susah payah dalam mencari jejak bukan. Jika memang Yoongi tidak ada di rumah sakit dan dia dalam bahaya bisa dipastikan dia bisa gunakan GPS untuk menemukan jalan keluar.

"Ayo! Ayo! Ayo! Cepatlah jangan membuatku dongkol!" Dia menggertak dengan layar ponselnya, dia sendiri marah karena sinyal terlalu susah untuk di dapatkan. Bukan hanya itu saja dia juga kalut dengan adiknya tapi hal itu harus dia pikir belakangan agar semua lancar. Kalau dilihat Seokjin seperti mengabaikan kemanusiaan adiknya tapi dia lebih memilih untuk melakukan semua agar tidak kehilangan satu pun lagi.

Tamparan keras mengenai dirinya saat dia menemukan di satu tempat, bagian pada masa lalunya. "Gudang ini... Shit! Tempat ini aku gunakan untuk menyimpan pesanan narkoba dahulu, untuk apa Yoongi disini, apakah dia... Kalau benar semua akan kacau!" Ketika polisi datang menemuinya dia menghindar, bukan karena dia sombong tapi kalau pihak berwajib tidak harus ikut campur. Dia masih menyayangi dirinya untuk tidak membiarkan keberadaan terendus dulu.

Nasib akan berpihak entah pada siapa  dan apakah takdir membuat dia menjadi manusia buruk atau tidak.

.

Pertanda macam apa ini? Saat Yoongi melihat bahwa dia kalah jumlah dan sekarang keberadaannya dianggap sebagai musibah dan petaka bagi mereka para penjahat. Kedatangan V yang kini diikat di sampingnya membuat rasa jengkel dalam dirinya semakin kuat dan ingin menimpal segalanya. Bukan karena dia kehilangan akal atau rencana tapi karena V adalah target mereka dan hal buruk bisa saja terjadi.

Dia melihat kedua kelopak yang muda itu bergerak karena bangun, dimana dia bisa menyaksikan bagaimana bodohnya mereka sekarang di peraduan kematian. Yoongi berharap Seokjin membawa bala bantuan dari orang dia percaya, apalagi sekarang dia tahu bahwa manusia jahat sesungguhnya disana adalah manusia yang sedang sakit.

"Kau memberiku kejutan dengan keahlian mu. Sudah berapa banyak yang kau tahu, dan aku sama sekali tidak menyukai caramu berfikir dan mengintimidasi." Dia membuat hal rancu dalam setiap kamus hidupnya, dia dulu cukup memahami bahwa sudah banyak pengorbanan dia berikan. Dia melihat bagaimana seorang Yoona tidak bisa bergerak disana, dia mati mengenaskan dengan leher di gantung.

Yoongi menganggap semua itu sebagai tindakan biadab yang jauh dari kata manusia. Jika begini untuk apa dia terus melakukan kebohongan sampai beberapa orang mengalami kebodohan. Yoongi terjebak di dalamnya dan membuat pria ini langsung menendang keras hingga kursinya bergerak, hampir saja dia jatuh jika tidak pandai melakukan keseimbangan.

V mendapatkan kesadaran dan mendengar seseorang berseru menyebut nama kasar. Bukan karena dia bermimpi buruk atau apa tapi malah justru menjurus pada kenyataan yang tak bisa dia pungkiri dan alami sekarang. "Nghhhhh dimana aku, astaga kepalaku akkhhh..." Perutnya seperti terbelit sebuah kain dengan kuat, dia berfikir bahwa dia ada di rumah sakit atau ruangan putih perawatan.

Tapi....

"Aku dimana, dan kenapa aku disini. Eh... Yoongi kau-"

"Selamat datang anakku, senang sekali ayah melihatmu baik saja. Apakah dia membuatmu tertekan nak? Tenang kau aman sekarang bersama ayah." Dia menepuk tangannya pelan ketika kesadaran sang anak muncul. Senang rasanya saat yang muda kini bisa melihat keberadaannya di sebuah istana, anggap saja seperti itu. V melihat tragedi sebuah penculikan dan dia menemukan sang ayah tengah terbaring di atas kursi roda dengan pandangan kosong ke depan.

"Apa yang kau lakukan dengan ayahku, siapa kau sebenarnya brengsek! Aakhhh..." Gemetar dan sakit, dia lupa kalau sebenarnya kesakitan nya semakin menjadi. Dia sama sekali tidak akan menyangka kalau semua orang dia sayang di jebak dalam bahaya seperti ini.

Pria itu adalah semburat dari segala masalah di kehidupannya masa lampau dan sekarang. Dia akan merusak tanpa tahu apa itu memperbaiki sebuah hubungan dan adaptasi, kini Yoongi harus menjadi pengecut sementara agar nyawanya masih menyangkut di raganya. Sayang sekali gadis disana jauh lebih berani dan harus mati di ditempat itu juga. V merasa aneh ketika dia melihat sosok bayangan yang menggantung.

Ketika dia menoleh ke kiri, hal menakutkan menjadi momok dia mendapatkan perhatian dari segalanya. Dia melihat bagaimana manusia mati secara mengenaskan.

Tes...

Tes...

Tes...

Dirinya menangis ketika bola mata tak lagi mampu menanggung kesedihan. Bagaimana bisa seorang gadis dia anggap sebagai seorang saudara kini menjadi malang. Hidupnya semakin hancur bagaikan antah berantah ketika dia kini di pertontonkan beberapa kaum Adam yang sengaja memperhatikan tubuhnya.

"Ada apa dengannya, kenapa Yoona... Oh astaga, sebenarnya apa yang mereka lakukan?" Dia emosi, betul. Bahkan tubuhnya bergerak beberapa kali minta dilepaskan tapi selalu saja diabaikan. Manakala sakit menjerit itu bukan kesalahannya karena ulah tubuhnya yang tak mau di kekang. Perasannya semakin hancur saat dia benar-benar dihadapkan pada satu pilihan yang jelas.

"Temanmu dibunuh karena dia memberitahu semua mengenai mu, Yoona itu adalah saudara sepupumu yang merupakan anak dari saudara pria disana sama halnya dengan ayahmu yang merupakan anak tiri. Apa kau tak apa? Kau tahu di saat seperti ini kau boleh menangis tapi ingat kau tidak bisa terpuruk."

Mendengar hal itu membuat V rasanya...

Dia ingin balas dendam atau kalah dan mati di tempat itu juga. Perasaannya menjadi benci ketika dia melihat sang ayah diberi satu buah obat dan membuat dia semakin menyedihkan. Itu bukan obat biasa dan dia berfikir bahwa orang yang mengaku sebagai ayahnya adalah salah satu germo dan pecandu.

V diam tapi matanya nyalang dan awas. Entah kenapa ucapan Yoongi ada benarnya juga walau terkesan menyudutkan. Tapi tidak ada salahnya karena dia memang pernah dendam dan itu bukan pertama kali. Sampai dia melihat ada celah disana, jika dia bebas dia akan gunakan senjata itu dan membuat dia mati.

"Kau bukan ayahku, kau adalah penjahat dan pembunuh. Kau sudah membunuh Yoona Noona." Tatapan tajam dengan keyakinan bahwa dia akan membuat pria itu habis. Bukan perkara mudah memang saat seseorang minta di lepaskan tapi Yoongi melihat bagaimana sebuah pisau bisa menjadi benda begitu membahayakan bagi beberapa orang. Ketika sebuah tali tak bisa menahan anak singa maka yang terjadi adalah awal dari kehancuran si penjaga kandang itu sendiri.

"Kau hanya belum memahami semua dengan baik, tapi aku sama sekali tidak menyangka kau bisa mengatakan kata kasar itu." Dia membuang nafas dengan asap rokok keluar dari mulutnya, ada lidah munafik disana ketika kedua kelopak matanya berharap dia akan mendapatkan kemenangan. "Kau bajingan aku membencimu! Matilah kau bersama dosa mu!"

Dagu itu di cengkram, seorang pria yang mengaku ayah kenapa bisa katanya seperti itu? Bukan karena dia benci atau apa, hanya saja dia tidak suka kalau direndahkan oleh bocah yang lahir kemarin. "Siapa yang mengajarimu berkata buruk seperti ini anakku, ayah tidak pernah satupun mengajarimu demikian." Di lepaskan nya dagu itu sedikit kasar, membuat yang muda menyalak tajam.

Sungguh untuk kali ini dia sama sekali enggan mengakui siapa pria di depannya walau itu benar.

"Appa, sadarlah aku ingin kau bangun dan lihat appa. Lari appa selama masih ada kesempatan, lari appa!" Teriaknya kuat berharap bahwa ayahnya mau pergi dari sana, tapi tetap saja karena dia enggan bangun dari kursi roda. Hanya menatap wajah sang anak dengan diam dan bimbang, dia tidak punya semangat dan ambisi untuk melepaskan diri dari jeratan mereka.

Tepukan tangan itu melambat, ketika dia menyaksikan orang itu berjuang keras. "Bagus... Kau sangat sayang pada ayahmu dan melupakan aku sebagai ayah kandungmu." V justru tidak pernah mengerti kenapa dia begitu kekeh. Rasanya dia sangat benci dengan apa yang namanya sentuhan kasar tak manusiawi.

Tak lama suara seperti mesin datang, arah dari luar dimana suara klakson beberapa kali juga berbunyi nyaring. Saat suara itu keras yang mereka tanyakan adalah rasa penasaran tinggi, tak perlu sepuluh detik sesuatu datang dan membentur.

Dinding itu langsung bolong terbuka lebar sampai rusak pula bangunan disana, di susul suara mobil membentur keras dengan brutalnya. Yoongi memejamkan mata dan mengalihkan mukanya agar tidak kena pecahan dinding.

"Apa-apaan ini, siapa dia?! Sialan dia merusak bascampku! HEI KALIAN SEMUA TANGKAP MANUSIA SIALAN ITU!" Pria itu mendadak garang dia juga menarik samurai panjang dan tajam miliknya di sisi tahtanya. Mencekal kuat dimana setiap jemarinya adalah kekuasaan dan tak bisa diganggu gugat bagaimanpun caranya.

Orang itu keluar dari batasan sebuah mobil, dia keluar dengan pandangan tajam siap menghancurkan apapun. Dimana di tangannya juga ada samurai tajam mengkilap seperti baru diasah.

"Kim Seokjin untuk apa dia ada disini?" V tidak bisa mengetahui apa yang akan terjadi, tapi Yoongi seolah tahu dan dia sendiri ternyata sudah melepaskan diri setalah kakinya mematahkan salah satu penjaga di sampingnya. Selagi mereka sibuk dengan beberapa kerusuhan terjadi oleh satu orang disana, dengan ganas Yoongi melakukannya. "Kalau kau ingin hidup dan selamat sebaiknya kau andalkan kemampuan dan nekatmu."

Yoongi melepaskan tali itu dengan belati di tangannya. V belum bisa bangun dengan benar, dia mengabaikan rasa nyeri di perutnya begitu saja. Yoongi masih sudi memberikan kemanusiaannya untuk membantu manusia muda labil ini.

"Jika aku minta kau tutup mata, tutup mata karena aku yakin kau tidak akan suka caraku menghancurkan." Yoongi berkata seperti itu, dan V sama sekali tidak tahu apa maksudnya. Belum selesai dia bisa bernafas normal tapi tangan Yoongi bergerak cepat untuk melempar puncak kepala itu dengan belati.

"K-kau membunuhnya, k-kau baru saja... Ohhhh, ya ampun mataku merasa buruk sekarang. Astaga! Apa yang kau lakukan?!" Teriaknya keras dengan mulut tertutup tangan, dia tidak bisa ungkapkan apapun lagi selain deru nafas ketakutan. "Sudah aku bilang tutup matamu, karena aku sama seperti Seokjin. Kau masuk dalam kawasan hitam milik kami dude."

V harap ini semua hanya mimpi buruk atau sebagian memori yang akan hilang besok. Dia merasa bahwa efek pertunjukan tadi mengakibatkan sebuah trauma. Tubuh itu jatuh lemas dengan pandangan dimana V tidak mau menerima akan hal itu. Deru nafas itu bahkan berat saat tubuhnya bergetar, Yoongi anggap hal itu sebagai sesuatu yang buruk.

"Aiisshhh... Jangan sekarang atau nanti musuh akan memiliki kesempatan untuk mencincang kita." Yoongi bersumpah akan menangkap tersangka utama dalam organisasi ini. Dia bahkan memanggil bantuan dengan menggunakan alat pelacak yang sengaja di berikan pasukan keamanan nasional.

Matanya masih awas dan ketika di depannya seseorang menghadang dirinya. Wajah yang diselimuti oleh kacamata putih miliknya, dia sangat percaya diri dan menahan jalan keluar bagi mereka. Musuh abadi Min Yoongi sudah masuk dalam daftar list nya.

"Kau ingin pergi, tapi kau harus terima resep dari dokter sebelum pulang untuk berobat."

Entah kenapa suara dinginnya begitu menyeramkan dengan wajah santai tapi begitu mengintimidasi.

.

Jungkook tahu bahwa dia masih bisa bertahan, tapi siapa yang sedang bertatap langsung dengan matanya disana. Dia tak sengaja menemukan manik mata dimana seperti menelaah. Pria disana berjas hitam dengan dandanan seakan dia pemilih kekuasaan dan pengusaha sukses.

Ternyata cepat juga dia melewati masalah dimana bagian dadanya terkena peluru. Dia tahu kalau keadaannya sangat buruk tapi Tuhan sayang sama dia. "Kau baik? Syukurlah jika anak buah ku cukup cepat. Perkenalkan ini dokter Kang, dia sudah menolong mu. Apakah kau Kim Jungkook?" Tanyanya dengan wajah ramah dimana ada senyum disana. Ketika kedua mata itu bertemu kedua alis di atasnya langsung mengernyit bingung.

"Anda siapa, kenapa bisa ada disini. Lalu dimana aku, bukankah aku dibawa mobil ambulance. Kenapa aku malah di kamar mewah seperti ini, anda mencoba untuk menculik aku ya." Dia bangun dan kesakitan lirih hingga salah seorang perawat membantunya, meski bingung Jungkook tetap melanjutkannya.

Suasana menjadi canggung saat namja muda itu menatap curiga juga hati-hati. Alangkah baiknya dia diam saja saat mereka tidak bicara, apalagi pria disana seperti bicara hal serius pada dokter disampingnya.

"Lukamu tidak parah, mungkin kau terkejut dengan serangan itu dan membuatmu pingsan. Tapi semua aman dan beristirahatlah." Pria itu pamit untuk keluar, dia seperti orang sibuk yang punya banyak pasien. Kepergian pria itu membuat keduanya kini bertatap langsung dan meninggal suasana semakin canggung saja, dalam pandangan tenangnya Jungkook melihat bagian dadanya yang di perban.

Luka ini perih....

"Kau tak apa, apakah aku perlu memanggil lagi jika kau memang merasa sakit." Pria itu bahkan terlalu baik untuk memberikannya penawaran kemanusiaan. "Tidak aku baik saja, aku hanya terkejut dengan keadaanku sekarang. Aku pikir aku akan mati karena benda itu, tapi..." Jungkook memperhatikan benda mengerikan berukuran kecil itu dengan seksama.

"Kau hampir mati karena benda ini, kau hampir saja meninggalkan dunia ini karena benda sekecil ini bisa membuatmu melayang. Kau dan kakakmu sama-sama kuat dan bisa mempertahankan semua dengan baik." Dia mengangkat toples kecil dari atas meja itu, dimana isinya ada peluru yang di isi oleh air. Dia mengguncang-guncang sedikit benda itu. Mengamati benda di depan matanya dengan seksama.

"Butuh keajaiban besar untuk membuat aku percaya kalau Tuhan masih sayang denganku. Aku dan kakakku beda tidaklah sama." Jungkook mentertawakan dirinya sendiri, dia melihat bagaimana luka di sana adalah bekas dari perjuangannya.

Berkas perjuangan...

Pria itu memberikan satu buah gambar dan berkas, dia berikan tepat di hadapan Jungkook dengan kuasanya. Dia melihat hal itu dengan seksama, cukup kaget karena dia melihat foto Seokjin dengan jas hitam di tubuhnya.

Bukankah ini data diri sang kakak, untuk apa pria ini punya. Siapa dia dan kenapa seperti akrab denganku?

Seolah tahu bahwa kebingungan akan selalu ada, dengan gampangnya tangan itu mengeluarkan satu buah yang membuat dirinya terbukti sebagai seseorang yang akan membantu. "Kau mungkin belum mengenal ku dan menjadi bingung, tapi kakakmu dan aku melakukan kerjasama, perkenalkan namaku Hae Joo Won. Aku adalah pemilik usaha bar dan kasino di kota ini, Seokjin adalah salah satu anak buah yang aku percaya dan banggakan. Dia bertugas berat dan tanggung jawab."

"Apa pekerjaan kakakku sampai anda begitu bangga. Kakakku juga bukan orang cerdas dan keras kepala seperti temannya." Bibir itu mendengus kesal dia menjadi tidak semangat ketika harus mengingat kesalahan Seokjin. Entah kenapa dia ingin tahu sekali siapa, kenapa, lalu bagaimana Seokjin bisa hidup setelah dia pergi.

Pria itu ramah tapi juga mengambil satu buah rokoknya. Jujur saja Jungkook tidak suka dengan bau tembakau dan nikotin miliknya, melihat yang muda bersifat begitu membuat pria disana mengurung niatnya. "Aku sudah tua dan lupa kalau anak muda sekarang lebih menjaga penampilan, etika juga kesehatan." Dengan tampang keriput menyimpan rasa malu dia menyembunyikan satu bungkus benda tidak menyehatkan kembali pada kantung celana miliknya.

Jungkook bisa bernafas lega dengan tatapan masih awas. Sistematika ini harus selesai dan dia tidak ingin menyimpan rasa penasaran lebih lam dari sebelumnya.

"Anda bilang, anda kenal dekat dengan kakakku. Dimana anda mengenalnya, dan bagaimana bisa?"

"Kakakmu adalah orang pekerja keras, dia adalah orang langganan di tempatku. Karena suatu hal besar aku bisa melakukan kerjasama dengannya. Dia bahkan membuat bisnis ku sukses. Aku sangat berhutang banyak padanya karena nyawaku juga tertolong. Itulah mengapa aku membawamu kesini dan memberikan bantuan padanya."

Jungkook diam saja tapi dia sedikit menerima alasan itu, hanya saja di bagian akhir kalimat itu saja dia bingung dan ada begitu banyak pertanyaan dalam otaknya.

"Dimana Jin Hyung?" Dia ingin tahu, itu saja. Tapi pria itu malah memainkan tarik ukur untuknya, sehingga perasaannya menjadi kesal setengah mati. Karena penampilan dan ekspresi pria itu seperti membahayakan keadaannya. Apalagi ada kamera cctv disini, cukup berbahaya menurut Jungkook jika dia mengganti baju di sini.

Dia hanya mendecih muak, kenapa sebuah privasi harus diawasi benda itu. Iya aman, tapi kenapa harus kamar? Jungkook menganggap ini bukan tempat aman dan nyaman. Tapi seperti penjara yang dijaga selama dua puluh empat jam.

"Kenapa aku melihat wajahmu saja seperti tampang seorang penjahat?"

Cara bicaranya blak-blakan. Dimana pria itu tersenyum dengan senyuman berbeda dari biasanya. Lebih tepatnya senyum seseorang yang memiliki perangai tertentu dalam hidupnya.

..........

TBC...

Tak terasa bentar lagi bakal selesai, tinggal beberapa chapter lagi pasti akan kelar bulan ini. Semoga kalian masih semangat buat baca cerita ini ya.

Kuharap 2021 apa yang kita inginkan tercapai dan firasat buruk juga pikiran negative hilang seketika.

Aamiin....

Gomawo and saranghae ❤️

#ell

07/01/2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro