Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

real world paradox (22)

"Datang ke tempat dimana semua di mulai, meskipun hal itu menimbulkan luka. Tetap saja langkah kaki itu akan berhenti pada peristiwa. Lalu ketika kembali apakah semua itu jelas?"

(Author **** POV)

"Aku tidak ingin bertemu denganmu lagi Hyung, bisakah kau tidak melakukan hal buruk lagi! Aku muak melihatmu bahkan tingkah mu!"

Seorang kakak tumbang perasaannya ketika benar-benar hal itu menyakitkan. Dimana setiap cara dan penjelasannya sama sekali tidak di dengar. "Kau salah, kau tidak tahu apapun tentangku Jungkook. Tapi aku ingin tanya kenapa kau pergi meninggalkan kakak?" Dia mencoba menahan lengan adiknya, tapi di tepis beberapa kali hingga dia bungkam.

Jungkook enyah, melihat keadaan kakaknya dan ruangan di dalam ini. Mungkinkah ini jawaban dari firasat dia mengikuti Yoongi? Sampai sekarang dia tidak percaya melihat kakaknya dan Yoongi diam menyembunyikan keadaan seperti ini.

"Aku pergi karena kelakuan kakak, aku ingin menjauh dari kakakku yang menyimpang. Terlebih aku tidak suka kedekatan kakak dengan Taehyung!" Bentaknya, sementara dia melihat keduanya dengan mata emosi. Haruskah dia menerima hal ini dengan lapang dada? Bahkan rasanya sangat sulit untuk menghirup udara yang sama di sini.

"Panggil Taehyung dengan sebutan hyung! Kenapa kau membawa nama Taehyung, aku ingin tahu alasan jelas kau pergi dari rumah!" Seokjin murka bahkan dia menghembuskan nafas emosi yang tak bisa dia kendalikan beberapa menit. Salah satu cara dia lakukan adalah sabar, tapi nyatanya semua itu percuma. Jungkook juga masih bocah pikirannya dia tidak paham akan kesulitan apa yang dialami kakaknya.

Anggapan Yoongi adalah, dia terlalu terburu-buru dalam menangkap sesuatu. Rasanya sangat bodoh saat dia tidak peka bahwa Jungkook mengikuti dirinya pergi, dengan tatapan santai dia mencoba mendekati namja muda itu.

"Cih, kau bahkan peduli dengan namja jalang itu Hyung. Pedulikan adikmu ini, bukan dia. Sama sekali tidak ada hubungan keluarga tapi kenapa kau begitu simpati?!" Dia akui dia kesal, terlihat dengan jelas dari cara bicaranya. Meskipun dia tidak mengakui secara gamblang tapi Seokjin mampu merasakan hal itu karena dia kakaknya.

"Aku tidak tahu apa yang kau inginkan secara jelas, tapi yang pasti aku tidak pernah membedakan kasih sayang pada adikku." Lemah tapi berusaha kuat, dia mencoba untuk tidak bertindak salah kaprah karena dia tahu adiknya memang manja tak suka dibentak. Yoongi mencoba untuk menetralkan suasana memanas ini tapi masih direncanakan dalam otak.

"Kau bohong, jika memang begitu kenapa kau bawa dia pulang. Dia bahkan menjual tubuhnya untuk uang dan budak dari ayahnya!"

PLAAAKKK!

Tamparan keras itu sebenarnya tidak diinginkan oleh Seokjin ataupun Jungkook, tapi tangan itu sudah terlanjur melakukannya hingga sang adik merasakan perih pada pipi kanannya. Yoongi terkejut tapi dia tidak bisa menahan hal itu karena pada dasarnya apa yang dikatakan Jungkook memang keterlaluan.

"Jangan katakan hal buruk tentang Taehyung, bodoh! Kau membuat kesabaranku habis Jungkook!" Dia sadar bahwa dia berkata kasar, tapi dia juga tidak bisa membiarkan adiknya seenaknya berkata seperti itu. Sementara dia paham betul bagaimana kehidupan Taehyung sebagian. Dia hanya korban bukan pelaku, tak ayal dia marah jika mendengar hal seperti itu.

Ditambah lagi pikirannya sedikit kacau karena masalah yang dia hadapi. Nafasnya nampak tak teratur dengan tatapan kesal, dia tidak menggubris bagaimana Jungkook mengeluh sakit. Sang adik nampak kecewa dan berkaca pada kedua matanya, tentu saja Yoongi melihat hal itu karena dia tahu bahwa sebenarnya Jungkook dirasuki emosi hingga dia menggunakan kata sebagai sebuah pedang.

Tajam dan menyakitkan, maka ada alasan kenapa Seokjin bisa membanting kesabaran seperti tadi.

"Kau berani menamparku hanya karena orang itu? Bukankah aku adikmu Jin hyung?" Ungkapan itu lolos tanpa sadar setelah dia membuang ludah untuk menghilangkan jeruji rasa sakit yang menyerangnya. Bukan sesuatu yang mudah memang tapi kenyataanya, semua yang dia katakan dianggap sebagai halusinasi mungkin. Dia kecewa memang.

"Kau kejam padaku, kenapa kau membuatku semakin membencimu padahal kau kakakku!" Jungkook ingin membalas perlakuan kakaknya tapi sayang dia bisa dihindari dengan mudah oleh kakaknya. Dia jatuh oleng tepat di samping Seokjin, tak ada raut peduli dari seorang kakak yang terlanjur marah. "Kau bahkan tidak bisa memukulku dengan benar, lalu kenapa bisa kau membuat keputusan salah kabur dari rumah. Aku sudah bilang aku tidak kejam, jika aku kejam sudah dari dulu aku buang kau."

Jungkook tersenyum remeh dia merasa bahwa kakaknya bukan orang yang sama seperti dulu, harapannya adalah dia ingin pulang suatu hari nanti dengan tanpa adanya Taehyung. Berharap kakaknya tahu bahwa dia lebih berharga dari pada orang asing.

"Kau pilih kasih Hyung, bahkan kau sama sekali enggan membuang Taehyung. Haruskah kau membuatku menderita. Kenapa kau sekarang memberikan aku petunjuk bahwa kau kecewa padaku, seharusnya aku kecewa padaku karena kelakuanmu!" Suara itu murka bahkan Jungkook sudah berani menarik kerah kakaknya ketika Seokjin lengah, tapi dia malah jatuh berbalik dan posisi mereka berubah.

Tatapan itu membuat Jungkook bergidik ngeri kemudian. Tapi dia sembunyikan itu dengan sunggingan senyum menggampangkan. Mencoba kuat padahal ada yang tahu bahwa dia sebenarnya jatuh mental.

"Karena kau menjelekkan nama Taehyung, bisakah kau tidak melakukan hal itu. Tolong mengertilah Jungkook. Kau hanya bocah kemarin siang yang datang padaku dan memaki aku. Lalu kau menyalahkan semua, dunia tidak berputar padamu saja Jungkook!" Dia menunjuk adiknya dengan murka, dia bahkan menarik kerah baju itu lalu menghempaskan tubuh adiknya kesal.

"Jika kau bukan adikku dan orang lain aku pasti akan menghajarmu. Tapi aku memaafkan mu jika kau tidak menjelekkan Taehyung dan tidak membuat hal buruk padanya." Keinginan Seokjin hanya sederhana, dia senang jika Jungkook mau akur dengan Taehyung. Jujur, suasana hatinya menjadi semakin tidak baik saja. Melihat sebuah balok kayu di dekatnya saja seperti sebuah jalan pintas untuk masalah.

Dia tahu bahwa Taehyung tidak salah apapun. Tapi sekarang opini dan fakta tidak bisa diandalkan karena perkataan Jungkook akan membahayakan V. Dia tidak bisa percaya pada orang luar, di sini banyak kawasan penjahat.

Seakan tahu apa pemikiran Seokjin, salah seorang maju selangkah. Dia bahkan membuat keputusan untuk membantu Jungkook dahulu, dia muda dan labil biasanya yang tua yang membuat keputusan untuk menunjukkan sesuatu dianggap lumrah.

"Sudah Kook, jangan lakukan hal itu. Kau bisa berdamai dengan Jin hyung dan keadaan, dia bahkan bisa membuat kau mengerti beri dia waktu."

"Untuk apa kau peduli Yoongi Hyung. Kau bahkan menjadi kaki tangan kakakku diam-diam. Jangan sok pintar mengatakan hal itu padaku." Tatapan mata itu sama sekali tidak bersahabat, dia menepis tangannya.

Yoongi nampak kesal tapi dia maklum, si keras kepala memang sulit di mengerti. Akan tetapi sikap Jungkook membuat namja lebih tua itu maju dan hendak menghajar adiknya untuk memberikan pelajaran. "Jaga tata kramamu Kook, kau bicara pada yang lebih tua!" Hendak menghardik yang muda itu dan membuat sasarannya hampir terjungkal ke belakang.

Lutut belakang tangannya kesakitan dan dia meringis saat merasa ngilu. Yoongi memisahkan keduanya agar tidak terjadi adu jotos antara dua saudara. "Seokjin tenanglah, dia adikmu! Jangan lakukan itu. Dia adikmu sadarlah!" Suaranya hampir habis karena serak, berusaha menahan beban tubuh yang menubruk dirinya.

Bisa dirasakan aura marah itu memang terasa, membuat Yoongi susah payah untuk menenangkan keduanya. Sampai akhirnya dia menarik tubuh Seokjin mundur tapi kedua matanya masih melihat ke depan sana. "Aku sudah bilang tenangkan dirimu Seokjin! Jangan gila, dia adikmu. Kau ingin membunuh nya?" Yoongi menahan gerakan tangan itu. Dia melirik ke belakang melihat keadaan Jungkook tak bisa berkata apa-apa di belakang sana.

Jungkook tak akan menyangka jika dia mengalami hal ini. Melihat kakaknya seperti pecandu, mabuk atau tempramental yang membawa kayu sedang di tangannya. Dia bahkan membuat makian untuk dirinya, padahal dia adik kandungnya. Rasanya ini sangat menyakitkan dalam hatinya, dia akhirnya berdiri dengan sempoyongan dengan kedua tangan tertatih.

Yoongi di sana dan melihat bagaimana parahnya Seokjin, bau rokok dan alkohol. Sudah pasti ini sebagian dari efek dua macam ini. Kecanduan itu pasti ada walau dia tahu bahwa sebenarnya Seokjin tidak menginginkan nya.

"Jungkook pergilah, kau tidak lihat kalau Jin hyung murka. Jika kau tidak bisa memaafkan dirinya atau siapapun, larilah! Jangan membuat aku kelimpungan karena mu!" Gertak dia. Bahkan suaranya cukup mendominasi keadaan, tenaganya seperti kalah kuat. Hingga dengan terpaksa dia menggunakan jurus rahasianya.

"Maafkan aku Jin hyung, tapi kau bisa melewati batas."

Satu gerakan cepat membuat keputusan telak dalam hidupnya, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal ini. Tapi kedua kali dia tidak akan mengulanginya.

Brukkkk!

Bukan suara benda jatuh ataupun benda di pukul, tapi tubuh seseorang baru saja di banting di atas sofa yang sengaja Yoongi lakukan agar dia tidak kesakitan. Dia masih menghormati orang yang baru saja dia banting hingga wajah bersalahnya itu muncul.

"Aku sudah bilang bukan, temui dia dengan cepat tapi di waktu tepat. Kau datang kesini dan membawa nama Taehyung. Dia depresi paham!" Fakta mengejutkan akhirnya dia kuak. Sangat terpaksa dan di sengaja agar manusia disana mengerti.

Hingga pada akhirnya dia menjatuhkan kedua lututnya untuk melemaskan dirinya. Dimana dia mempunyai perasaan rasa bersalah teramat besar, dia tidak sadarkan diri karena Yoongi membuat dia begitu. Berharap dalam hati kecilnya dia tidak gagar otak.

Beruntung benturan itu hanya menimbulkan pusing saja. Tidak berlebihan bukan?

"Kau bilang padaku dia depresi, bagaimana mungkin dia gila. Apakah karena orang itu huh?!" Jungkook bangun, dia melihat keadaan kakaknya seperti tuan tidur. Dia juga melihat bagaimana Seokjin membawa balok kayu yang hendak digunakan untuk menghajarnya. Seperti itukah pengalaman dimana seorang kakak hendak menghabisi adiknya. Yang muda berdecih dengan perasaan dongkol.

"Aku sudah bilang padamu kakakmu sensitif dengan nama itu. Sebaiknya kau pulang karena kau datang keadaan buruk." Yoongi mengusirnya, meminta pada Jungkook agar tidak mengurus hidup kakaknya. Tapi jika bisa dia membantu beban sang kakak, mental itu jatuh dan tetap saja akan jatuh jika tidak ada yang mengerti dirinya termasuk adiknya. "Kau bahkan memintaku untuk pergi setalah aku tahu bahwa kakakku penjahat Yoongi Hyung."

Mundur perlahan dengan wajah tak bisa dibaca. Kentara dengan apa yang terjadi hingga pada akhirnya dia beranggapan bahwa kakaknya mencoba membunuh.

Yoongi hanya bisa melirik kearahnya dengan tatapan sedih, sembari dia memasang selimut pada namja tua yang kelelahan itu. Wajahnya damai dan itu membuat seseorang itu tenang, tapi...

Berhadapan dengan Jungkook seperti ini bukan keahliannya, sebenarnya.

"Aku pun juga tidak ingin kau bertemu dalam situasi seperti ini Kook." Kata-kata dramatis itu memang dia ucapkan bahkan tulus. "Kau bahkan tidak ingin mengerti keadaanku, sekarang aku mengerti bahwa kalian berdua adalah kaum penjahat." Terlalu percaya diri bahkan Tuhan bisa melihatnya secara langsung. Bahkan semua itu nampak salah dimatanya.

Yoongi pasrah dia juga malas berdebat, istirahat adalah salah satu cara agar dia bisa memperbaiki keadaan. Ini masih jam dia untuk melakukan pekerjaannya, menyerah dengan keras kepala Jungkook merupakan jawaban paling tepat untuk saat ini. "Aku harus melakukan pekerjaan ku, pulang atau memang kau ingin berdamai dengan kakakmu aku sangat senang. Tapi jika kau membuat masalah baru aku tidak akan biarkan hal itu Jungkook." Tegas dan sedikit tajam, tatapannya seperti elang yang siap meringkus.

Sepertinya memang dia harus berjuang sendiri sekarang, apapun dia lakukan kemarin adalah sia-sia belaka. Untuk sekarang dia mungkin akan kalah tapi untuk besok? Bisa saja dia jadi pemenang. Dia menunjukkan tangannya dan mengatakan bahwa dia sangat marah dan kesal. Kasar dan gelap seperti hatinya sekarang, dia berharap akan ada penyesalan untuk keduanya.

"Aku harap kalian menyesal."

Mungkin kata-kata itu sama seperti sebuah sampah bagi mereka yang percaya diri. Tapi bagi Yoongi hal itu adalah doa. Dia percaya bahwa kata adalah doa dan harapan, sama seperti dirinya untuk mencoba berkata baik. Hingga pada akhirnya semua menjadi jelas saat Jungkook hilang dalam kegelapan. "Bahkan kau tidak pernah mengerti akan keadaan kakakmu. Lalu untuk apa kau mengatakan hal buruk padanya. Semoga kau sadar Kook."

Itulah Yoongi, dia berusaha netral walau sebenarnya dia juga bukan orang seperti itu. Dia setia kawan dan itu sikapnya.

Patut ditiru atau tidak?

.

Dia dianggap setan kecil karena tingkah nakal di luar batas manusia. Bahkan semua itu membuat deretan nama panggilan kecilnya nampak luar biasa sekarang. Banyak sekali sampai V merasa tidak perlu menghafalnya.

"Setan kecil, kau lihat Yoona panggilanku saja sangat banyak. Besok apalagi? Apalah daya sebuah nama tapi sungguh padahal aku punya nama singkat dan bagus." Dia menyeruput sedotan di bawahnya, sementara V tertawa terbahak saat dia mengingat kejadian lucu hidupnya kenapa bisa dia mendapatkan namanya. Ayahnya bahkan masih merahasiakan nama aslinya, katanya dia tidak boleh tahu jika tidak mau kena sial.

"Kukira kau gila setelah bertemu dengan pria itu, tapi jujur ya temanmu tampan juga. Kalau aku punya kekasih macam dia aku tidak masalah sepertinya hehe...." Entah mengapa topik berubah secara mendadak dan membuat V merasa tersedak karenanya. Dia memuntahkan kopi lewat hidungnya dan itu rasanya sangat sakit, perih, basah dan juga menyakitkan di kerongkongan. "Oh astaga V, kau tak apa. Aku bilang kalau minum hati-hati. Kenapa kau seperti bocah yang berantakan seperti ini." Mengambil tisu dengan cepat dan berlapis, lalu mengusap wajah itu sembarangan.

"Yaaaakkk yaaakkkk kau membuatku semakin parah. Bisakah kau melakukannya dengan lembut di wajah tampanku, oh astaga Noona karena ucapanmu aku begini." Yang muda melakukan protes, bahkan cara bicaranya bisa dikatakan ganas seperti perempuan. Tak merasa bersalah bahkan Yoona menganggap bahwa V terlalu percaya diri dalam setiap hidupnya.

"Kenapa kau salahkan aku, dia memang tampan. Kau saja yang jatuhnya ke manis, walau kau tampan tapi kebanyakan pengunjung bilang kau cantik. Aku heran padahal kau namja, apa jangan-jangan karisma mu salah letak ya." Wajahnya meragu dan itu membuat si muda merasa tertohok. Haruskah dia tersedak dua kali sekarang? Realitanya Yoona melihat keadaan dirinya dengan tatapan aneh.

"Kau lihat apa?" Pertanyaan dengan tatapan menuju ke bawah dia merasa bahwa ada yang salah pada penampilannya. Hanya saja dia sadar bahwa ada si kecil yang seperti menyembul dari dalam celananya. Kedua mata itu membola dengan dirinya yang melihat wajah kawannya itu dengan lekat. "Lain kali benarkan resleting mu, celana dalam mu saja kelihatan." Jika saja V tidak bergerak cepat sudah pasti Yoona akan menggodanya lebih ngawur lagi.

"Aissshhh jangan bicara keras, bagaimana kalau ada yang dengar. Kau sengaja tidak mengatakannya ya?! Yaaakkk kenapa kau tega sekali padaku." Malu sekali, bahkan dia tidak punya muka saat melihat keadaan sekitar memperhatikan dirinya. Melihat hal itu saja gadis di depannya tertawa senang, dia merasa puas mengerjai V. "Hahahaha, aku memang sudah tahu tapi kau terlalu percaya diri. Bahkan setiap perjalanan orang lain memperhatikan warna celana atau upsss... Hahaha awas nanti burungnya terbang." Rasanya sangat mengasyikkan saat membuat seorang V malu setengah mati.

Dia yang selalu percaya diri terlalu ceroboh, dan Yoona hanya bisa memberikan kode saja tidak cukup. Jika tidak begini tentu saja dia tidak akan kapok, sementara V memang suka ngomel kalau mendapatkan komentar yang menurutnya tidak bisa diterima.

"Sial kau, aku sangat malu sekarang. Oh ayah bagaimana ini, anakmu ternista disini. Yaakkk... Jangan melihat celana ku, lihat saja celana mu!" Suaranya keras bahkan beberapa orang memperhatikan tingkah polah keduanya, hal itu membuat Yoona langsung menjitak kepala namja muda itu sadar.

"Bodoh sekali, kau membuat jurang untuk dirimu sendiri. Sekarang lihat mereka memperhatikan kita. Mereka pasti berfikir aku akan melakukan hal aneh padamu, padahal kau saja lebih aneh." Semoga saja nasihat itu masuk dalam otaknya, tidak masuk ke telinga kanan dan keluar ke telinga kiri. V mengaduh kesakitan tapi gadis itu tetap tidak peduli, dia mendapatkan satu balasan kecil yang perih.

Sadar ini rana hukum membuat keduanya diam sejenak untuk menetralkan keadaan absurd ini. Akan tetapi meski begitu rasa penasaran seorang gadis masih saja tetap ada dan bisa sampai permanen jika tidak ada penjelasan sama sekali.

"Kalau begitu kemana temanmu itu, si tampan. Bukankah kalian tampak akrab." Yoona memasukkan ujung sedotan di mulutnya. Selesai mengaduk capuccino dalam cangkirnya dan melihat wajah temannya dengan serius. Rasanya mereka seperti orang pacaran saja padahal, keduanya hanya orang dekat, teman kerja dan sebagainya.

Toh, Yoona punya tipe sendiri untuk memilih calon masa depan. Katanya lebih tangguh dan punya badan kekar, anggap saja gadis itu punya cita-cita tinggi mendapatkan pria idaman.

"Kim Seokjin maksudmu, kenapa kau sangat penasaran. Aku dan dia akrab? Hahahaha... Mitos sekali. Anda tidak tahu betapa aku berharap dia minggat di kota ini." V mengaduk kopi latte nya tidak santai, dengan emosi sedikit dia memasukkan roti tawar dan kopinya. Cara dia melampiaskan kekesalannya dengan makan.

"Aku hanya mengatakan pendapatku, toh kau pernah tidur dengannya. Apa kau lupa hubungan badan sama saja mengetahui bentuk privasi. Jadi aku pikir kalian pasti akrab karena bau badan kalian menyatu." Kata macam godaan, sindiran dan juga kekehan menjadi satu. Membuat V hampir tersedak lagi tapi dia tahan dan membuat kedua matanya mendelik tak suka.

"Jika aku tidur dengannya bukan berarti aku akan tahu apa yang dia pikirkan atau dia lakukan. Toh aku melakukannya karena aku bekerja, dia juga membayar ku lumayan. Hanya saja rasanya muak saat dia bertindak sebagai pahlawan." V ingin sekali mengatakan banyak hal tentang sesuatu yang mengganjal. Dia sembunyikan hal itu dengan tatapan anehnya.

Termasuk mengenai Taehyung yang merupakan persoalan untuknya. Sementara dia ingin tahu dimana seorang Taehyung berasal, jika memang dia mirip lalu kapan dia keluar sehingga salah paham itu hilang. Terakhir dia bertemu dengan orang aneh itu membuat pikiran V menjadi mendetail lagi. Sekarang saja dia harus lebih awas karena tidak ingin orang salah mengira siapa dia.

Apa mungkin dia harus membuat inisial namanya di baju dia pakai agar semua tidak salah menduga. Entahlah, bahkan semua itu nampak tidak jelas sekarang. Dia merasa buram untuk beberapa menit kemudian mungkin. Yoona merasa aneh dengan sikap V mendadak diam seperti ini, dia takut jika V kerasukan.

"Kau tak apa V, kenapa kau nampak terlalu banyak pikiran sekali?" Dahinya mengernyit, ditambah lagi dia mengguncang tangan itu sedikit keras agar namja itu sadar lagi. V langsung tersentak dengan kesadaran di luar batas, dia bahkan tergagap setelahnya. "Ak-aku baik sa-sangat baik, kenapa apa kau mau pulang?" V mengatakan hal itu dengan senyuman manis di wajahnya.

Yoona merasa bahwa dia menjadi bodoh dalam beberapa detik. Dengan ragu dan mengambang ada jawaban dimana dia harus mengatakan antara ya dengan anggukan meragu.

"Aku akan pulang dan kau bagaimana?" Yoona bangun dengan pelan tapi tatapannya sendiri bingung. Karena dia melihat seseorang mendekat ke arah meja mereka.

"Aku akan tetap disini, aku masih menunggu makananku ingat. Lalu bagaimana bisa kau mendadak mau pulang, dan hei... Kau melihat apa?" V menoleh ke belakang dan menemukan seseorang datang mendekat ke arahnya. Seorang namja bermata sipit yang pucat, dimana dia datang dengan langkah kaki santai dan ransel besarnya.

"Oh tidak! Kenapa aku harus bertemu dengan orang itu lagi." Kedua bola matanya memutar malas. Sementara dia melihat sekitar tidak ada orang yang membuatnya kesal. "Ku pikir kau ada pembicaraan penting. Aku harus mengantar ibuku." Dia bangun dari kursinya dan memakai tasnya, ada senyum cantik disana dan melambaikan tangan. Itu ucapan sampai jumpa atau memang sengaja dia pergi karena mendapatkan tekanan.

Gadis itu keluar dengan cepat dimana langkah berjalan nya seperti lari kecil yang sengaja untuk menghindar seseorang yang datang. Punggung itu menghilang di balik keramaian para manusia berlalu lalang.

V bersumpah bahwa selama ini Yoona pasti selalu free jika di hari Rabu seperti ini. Kedatangan namja itu V rasa justru membawa kabar lain yang membuat dia akan kerepotan. Akankah dia meminta nota pembayaran untuk lekas pergi dari tempat ini? Sepertinya iya.

"Maaf tapi aku ada kepentingan, sepertinya aku juga harus-"

"Maaf, lama ini pesanan untuk anda. Spagethi Italia dengan saus tomat dan udang kukus balado spesial. Semoga anda menikmati makanan kami." Ungkapnya dengan senyum cerah di wajahnya, wanita itu ramah dan nampan di tangannya sudah berpindah isinya di atas meja. V merasa bahwa makanan di depan matanya lebih menggiurkan ketimbang niatnya beberapa detik lalu. Akhirnya dia memutuskan untuk duduk kembali, menghadap makanan lezat itu dan menikmatinya sampai habis jika orang itu tidak mengganggunya.

Tanpa aba-aba Yoongi mendudukkan pantatnya pada sebuah kursi kosong. Dimana dia juga berada pada zona itu. "Aku tidak mengganggumu bukan?" Suara baritonnya terdengar keren tapi sayang V tidak berselera menanggapi hal semacam itu. Dia pun menelan ludahnya tidak enak dan memasang wajah sombongnya. Sedikit masam dengan tangan mengaduk garpu di piring itu.

"Sebenarnya kau mengganggu tapi, aku maklum karena kau adalah kawan orang itu." Satu teguk air dia gunakan untuk membasahi kerongkongan, pada dasarnya dia malas. Tapi dia masih ada etika untuk menanggapi manusia lain yang bisa jadi membutuhkan dia sebenarnya.

"I see, bahkan kau tidak mau menanggapi ku sebenarnya. Akan tetapi aku berterima kasih padamu karena Sudi menerima keinginan ku untuk bicara padamu." Yoongi memutuskan sepihak hal ini, dia akan melakukan yang memang seharusnya dia lakukan. Menolong Seokjin dengan cara ini mungkin saja berhasil, jika gagal akhirnya itu urusan belakangan.

V merasa bahwa ini adalah permainan tebak pikiran, dia tertawa di tengah menikmati makanannya. Tolong ingatkan V ini adalah tempat umum dan memaksa V harus menelan makanan terlebih dahulu sebelum dia terbahak. Tidak mungkin bagi orang terkenal seperti dia tersedak di tengah jalan. "Kuharap kedatangan mu disini cukup berguna. Kau tidak harus mengatakan hal sulit padaku, ingat." Tak ingin kerepotan, dia tak peduli dengan penampilannya yang belepotan. Saus tomat itu memang menempel di sisi bibirnya tapi bagi V ini adalah cara menikmati sesuatu yang pantas untuknya.

"Tidak, karena aku yakin kau pasti akan tertarik soal ini." Yoongi mencoba memesan minuman mungkin, tapi dia sadar dia hanya sebentar karena sebenarnya masih ada hal yang harus dia lakukan. Dengan teliti dia merogoh tas dan mengambil sebuah map di dalamnya.

Ada berkas kumpulan di sana dan ada foto juga diatasnya. V melihat gambar disana tersenyum dengan jelas dan salah satunya ada wajah Seokjin yang merangkul manusia di sampingnya.

"Apakah itu yang namanya Taehyung?" Suara itu nampak ragu tapi satu detiknya dia mengatakan hal itu dengan mantap. Tak peduli noda saus di pinggir bibirnya dan melihat bagaimana miripnya wajah itu dengannya. V merasa dia menemukan kembaran yang hilang jika melihat foto itu dengan mata kepala sendiri.

Yoongi mengangguk sembari memberikan kata singkatnya, dia bisa memastikan bahwa namja di depannya ini pasti terkejut dengan yang dia lihat. Bukan hanya itu saja dia juga menunjukkan salinan data yang dia dapatkan di rumah lama temannya. "Kau bisa mencari tahu mereka? Aku dengar kalau kau pintar multimedia. Kau bisa hacker data bukan? Aku punya komputer dan alat komunikasi yang kau butuhkan dengan lengkap." Dengan mudahnya dia melempar kartu nama miliknya, V melihat dari atas sana ada alamat namja pucat itu.

Dia mengambil proposal berwarna kusam pada kertasnya, membaca dengan teliti. Hingga akhirnya dia merasa bahwa daftar nama yang dia bawa cukup banyak. "Ini terlalu banyak, kau pasti akan memintaku dengan gratis bukan? Lalu kenapa kau sama sekali memintaku melakukannya, apakah karena aku mirip orang itu." Dia mendorong berkas di tangannya, sedikit melupakan pemikirannya darimana manusia di depannya tahu bahwa dia pernah bersekolah di multimedia.

Lupakan jika dia memikirkannya maka akan pusing dan tidak menemukan jawaban.

V akan menolak selepas dia menghabiskan makanannya, karena dia butuh asupan untuk otak. Tapi Yoongi seperti enggan kehilangan sebuah kesempatan, dimana dia berusaha keras untuk membujuk manusia di depannya.

"Jika kau mau aku akan bayar lebih dari pekerjaan malam mu. Kau bisa di rekrut di perusahaan besar jika mau, karena aku adalah orang kepercayaan beberapa orang." Suaranya nampak lihai membuat sengketa acara yang akan dia lakukan segera. V melihat gelagat itu sejak kedatangannya. Mendadak dia tidak nafsu makan dan melihat kedua mata itu serius lagi.

Kedua tangannya menautkan satu sama lain seperti sebuah jembatan, dengan dia menyatukan dagu di atasnya. "Jika kau mencoba membodohi ku maaf saja karena aku tidak semudah itu. Lalu kau sendiri juga memintaku untuk melakukan tugas merepotkan. Aku melihat kalau kau punya basic hacker, tapi kau meminta. Apakah aku salah jika aku menebak kau sebenarnya memintaku untuk membantu Seokjin?"

Tepat!

Bahkan Yoongi mengulas senyum saat dia melihat bahwa namja di depannya lebih pintar dari pada penampilannya. "Kau membuatku kagum dengan analisis mu. Tapi memang benar, karena aku tahu bahwa kau punya potensi selain menjadi jalang." Ucapan itu pedas tapi benar, dan V merasa bahwa pekerjaannya sangat sensitif untuk dibawa orang lain. Meski dongkol dia ingat pesan ayahnya untuk tidak membuat masalah.

"Anggap saja pekerjaan malam ku untuk sekedar hiburan. Karena aku suka tantangan, tapi bisakah kau menjelaskan hal penting mengenai sebuah pentingnya privasi. Aku akan memikirkan hal ini tapi, katakan padaku apakah Seokjin punya waktu?" V merasa bahwa dia tidak harus buru-buru menerima tawaran itu, dia masih ingin bebas dengan uang mencair dalam waktu singkat.

Jika dia lepas dia pasti akan rindu club malam dan alkohol, tapi dia juga ingin menjadi salah satu ahli dalam teknologi. Pilihan sulit memang membutuhkan pemikiran matang karena menurutnya pekerjaan lamanya inilah membuat dia menjadi sekarang,  cukup dan bahagia dengan caranya.

"Tidak masalah tapi aku harap secepatnya, dan untuk Seokjin. Kau butuh teman malam atau apa? Dia lelah dan butuh istirahat." Yoon

"Aku hanya ingin membantunya sekedar. Aku melihat dia frustasi dan gila lalu aku berfikir bahwa hal gila akan membantunya." V memang punya cara sendiri dalam menebak masalah orang lain, tapi dia tidak buta soal hati. Orang memang berfikir negative terhadapnya tapi terkadang punya cara lain berbuat kebaikan walaupun mereka juga mendapatkan dosa di jalan berbeda.

"Jangan bilang kalau kau ingin melakukan aksi gila untuk membebaskan pikirannya." Yoongi merasa bahwa apa yang dia lihat memang beda dengan Taehyung. Hatinya semakin mantap untuk melihat kebenaran ini, bagaimana dia bekerja semestinya dan siapa dia itu adalah haknya.

"Kau tahu dengan jelas apa yang bakal aku lakukan. Tunjukan dimana dia. Aku punya waktu satu hari untuk membuat dia tenang, tapi hanya dua orang dan kau sebaiknya siapkan alat lebih banyak untuk membuatku betah di kantormu beberapa hari."

Seperti sebuah jawaban cerah di sebuah pertanyaan sulit dan terjal, jelasnya Yoongi mendengar ungkapan itu. V setuju dan dia punya manusiawi untuk membuat satu orang bebas dari rasa gila. "Kau akan mendapatkan kantor yang kau inginkan."

Terasa mantap karena Yoongi biasanya orang melebihi batas ekspetasi.

Dalam sakunya V juga menyimpan satu buah obat, berwarna putih dengan ukuran kecil sebanyak satu tablet. Dan jika kalian tahu obat apa itu, jawabannya adalah...

Obat perangsang.

Tak ada yang tahu bahwa V membayangkan hal gila sebenarnya dan hal itu ada satu orang,

Kim Seokjin.

....

TBC...

Mungkin dalam chap ini sedikit dangkal soal konflik tapi next chap akan lebih besar konfliknya. Maaf ya jika ada sedikit kata dewasa dan fulgar, sudah ada peringatan di bagian sinopsis kok hehehe...

Tetap semangat dan bahagia selalu, jangan lupa jaga kesehatan dan ibadah.

Terima kasih untuk dukungan kalian, jangan bosan dengan ff ini ya. Gomawo and saranghae ❤️

#ell

24/11/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro