Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

My World Crazy (32)

"Kebenaran macam apa ini? Untuk melihatnya saja aku tidak sanggup apalagi mendengar hal buruk seperti ini."

(Author ***** POV)

V diajak di apartemen pemuda itu, begitu dia menurut dia berakhir disetubuhi dengan kemauannya juga. Rasanya aneh saat dia terjebak dalam hal seperti ini, tubuh lemasnya seperti memberikan kejelasan bahwa dia bukan korban.

Tapi sama-sama penikmat.

Bahkan V tidak bisa menahan rasa malunya saat dia melihat wajah pulas di sampingnya. "Oh bajingan ini malah begitu santainya setelah aku melayaninya. Sialnya bokongku menjadi sakit, sial! Aku akan cari pelacur untuk pelampiasan ku." Gerakannya turun dan itu salah, yang ada membuat kedua kelopak Seokjin bangun dengan wajah bodohnya.

"Kau salah karena memberiku bir, kau lihat aku membuat kesalahan padamu. Aku tidak akan minta maaf karena kau yang salah V." Begitu santainya dia mengatakan hal bodoh begitu. Di mata V dia adalah manusia dengan aib tinggi dan egois besar, mana mungkin dia mau mengaku bahwa dia sebenarnya suka dengan bagian tubuhnya. Dengan gampangnya dia memberikan sentilan nakal pada bagian terlarang itu.

"Aku juga tidak butuh maaf mu Kim. Tapi sebaiknya kau anggap lunas hutangku, apalagi kau sudah menggunakan tubuhku tiga kali. Lain kali kalau kau birahi carilah pelacur!" Geramnya dengan pakaian yang dia ambil dari lantai dan dipakai lagi. Dia tidak malu dalam keadaan telanjang seperti itu, sudah kepala tanggung.

"Aku sadar bahwa kau sangat menikmati permainan tadi. Tapi kau tidak tahu bahwa sebenarnya aku anggap kau sebagai adik, aku sadar aku salah tapi kenapa kau mendesah di bawahku ketika tidak suka?" Begitu senangnya dia bisa menggoda yang muda hingga kedua bola matanya seperti hendak keluar dari tempatnya. Dia membalikkan badan dan mempertanyakan cara bicaranya.

"Kau bilang apa sialan?! Kau bilang aku menyukainya? Heiii... Aku tadi tidak sengaja karena kau memulai!" Tangannya sudah memukul bahu itu hingga si empu mengaduh, dia protes dengan kepala panas. Tubuhnya penuh keringat dan dia butuh mandi sebenarnya, tapi niatnya seakan menguap karena ocehan keparat itu.

"Yakkkk yakkk... Aku mengatakan yang sebenarnya dan kenapa kau marah. Seharusnya kau senang bisa merasakan punyaku, jarang sekali aku memakainya pada orang lain selain pelanggan setiaku. V apa kau yakin tidak menyesal karena kita begini huh?!"

Tubuh itu tengkurap dengan kedua tangan menopang dagu, wajah tampan itu semakin membuat V malu setengah hidup. Kedua pipinya bagaikan udang rebus dan namja muda itu membulatkan matanya malas. "Tidak sama sekali, aku pernah merasakan lebih panjang darimu Kim." Celetuknya bangga, padahal apa yang dikatakan belum tentu benar.

V sekarang berani berhadapan di depan Seokjin jika sudah memakai bajunya. Dia sendiri menahan gerakan tangan Seokjin yang mulai kurang ajar membelainya, dia menjaga ego dalam hatinya. "Permisi, jika kau lakukan hal itu aku akan membuat petisi untuk membuatmu kena hukum." Dia membuang tangan itu seperti membuang bungkus sampah plastik di jalan.

"Benarkah? Tapi bagaimana bisa kau menjelaskan keinginanmu yang ingin sekali lagi aku seorang. Kau bahkan mengatakan hal petisi padahal kau sendiri tidak tahu bagaimana dampaknya bukan? Kau juga akan ditangkap karena kau menikmati permainanku." Ucapnya senang, beberapa detik kemudian begitu dia mendengar dan seolah memikirkan segala ucapan itu membuat V merengut.

"Dasar kentang kau sudah menikmati tubuhku juga tapi kenapa kau seolah menjebak ku biadab!"

Karena lucu membuat Seokjin terkekeh dia juga merasa gerah tapi sayang kamar mandi pasti akan dipakai. Dia hafal betul bagaimana V tidak suka jika posisi utama di rebut sekalipun itu yang punya rumah, dia tidak mau mengantri dan selalu menjadi tuan rumah di tempat tinggalnya. Ketika dia masuk menikmati mandinya justru pemuda itu memakai setelan bajunya.

Dia duduk dengan kedua tangan menyentuh layar ponselnya, memberi pesan pada Yoongi untuk selalu mengabarinya.

"Aku menemukan bukti ada tanda lahir di bahunya dan bekas sobekan di punggung belakang. Aku masih ingat saat Taehyung terluka dan aku yang menjahitnya."

Send.

Bukan tanpa alasan kenapa dia melakukan hal ini, bersetubuh dengan orang lain yang tak tahu apapun. Meski dia nampak jahat, tapi jika kebenaran seperti ini ada kemungkinan besar dia memang Taehyung.

"Seharusnya kau tidak menyangkal V, walau kau sudah mencari bukti dan tidak menemukannya. Aku tahu bahwa kau sudah menyadari siapa dirimu." Tak ada tatapan lunak seperti tadi, dimana atensinya menunjukkan sebuah kejelasan yang ada. Seokjin selalu melakukan dugaan kuat tapi tak pernah terbukti dan sekarang dia mendapatkan bukti itu.

"Aku bukan orang bodoh yang sembarangan menerka." Dia menjatuhkan tubuhnya dan melihat langit kamarnya. Dia sedikit bosan dengan desain ruangan ini.

Tok...

Tok...

Tok....

Bunyinya nyaring dan berasal dari luar, seseorang tengah mengganggu kegiatannya bermain ponsel. Sang adik meminta agar kakaknya mengijinkan dia masuk. "Masuklah Saeng, kamar ini tidak di kunci." Tatapannya kelabu tapi hatinya sama sekali tidak, dia hanya sedih karena yang dia kenal lupa segalanya.

"Aku pikir kau mati di dalam sana dengan... Oh dia sedang mandi rupanya." Jungkook melempari Seokjin dengan selimut yang baru dia angkat dari jemuran. Tangan kanannya menangkap langsung benda itu, dia duduk di atas ranjang dengan wajah tertekuk kesal. Jungkook tahu bahwa kakaknya tak akan bisa marah begitu lama dengannya.

"Kau anggap semua ini candaan? Bagaimana pun kakakmu sudah menikmati harinya. Bisakah kau mendukungku, kau pun tahu bagaimana tujuanku dalam hal ini adikku sayang." Dia melipat selimut itu cepat dengan rapi, sengaja dia berikan untuk V yang kebetulan menginap disini. Jika banyak tetangga yang melihat tak masalah dia lebih memilih diam karena dia tahu kalau si pemilik sewa apartemen melihatnya membawa banyak orang maka dia akan kena omelan.

"Ya, kau habis memperkosa seseorang. Beruntung sekali aku biasa tinggal dengan penjahat." Jungkook meminum soda di kalengnya, dia memprotes rasa asam menyentuh di lidahnya. Seokjin mendengar kata itu dan meringis dengan bahagianya, merangkul tangan sang adik lalu memoles kepalanya cukup kasar.

"Kau tahu kalau kakakmu ini bajingan, tapi aku tahu bahwa kau masih sayang. Aigu, adikku aku sangat rindu padamu. Jangan marah denganku hemm... Walau aku bajingan begini aku masih memikirkan kehidupanmu." Ditaruhnya bantal itu di puncak kepalanya dengan sengaja, dia tidak akan memberikan kesempatan untuk sang adik membalas.

"Hahahaha Hyung geli awwww... Sakit bodoh issshhh!" Jungkook sesekali mendorong wajah itu jengkel dia seperti perkedel dan sang kakak membuat dia bagaimana sebuah adonan kue. "Oke oke cukup, kalau kamar ini berantakan kau yang membereskannya." Titahnya dengan wajah sok cool. Sang adik tidak terima karena dia sendiri juga belum sempat memakai kamar itu dua puluh empat jam.

"Kau curang! Padahal kau yang bergumul kenapa aku yang repot. Oh astaga aku seperti pembantu dalam apartemen ini." Ada decakan sebal keluar dalam mobilnya, tenaganya sudah biasa di pakai untuk bekerja tapi dia menjadi pembantu dalam rumah kakaknya adalah sesuatu yang aneh dimatanya. "Daripada kau bekerja mengupas bawang disana, lebih baik bekerja denganku. Apapun yang kau minta bisa kau dapatkan dengan mudah."

"Dasar sombong, lihat saja kalau aku sukses aku akan bicara seperti itu. Sebaiknya aku pergi ke dapur daripada aku mengganggu kau dan si kunyuk itu." Dia berniat minggat dari ruangan itu tapi langsung dibuat diam ketika Seokjin memanggilnya. "Adikku sayang jangan memanggilnya begitu, bukankah sebentar lagi dia menjadi kakakmu. Rasanya menyenangkan loh kalau punya dua kakak." Seokjin berujar dengan sedikit manja, dia sengaja menggoda adiknya agar sesekali tertawa.

Tapi gagal....

Namja muda itu malah merutuk tidak suka dan justru menutup pintu dengan keras.

"Aisshhh... Adikku sekarang lebih egois dari yang aku kira. Sebenarnya dulu aku memberikannya susu apa? Dia malah keras kepala seperti kepala badak." Menggeleng dengan bingung, sementara dia kembali melanjutkan berkirim pesan. Entah kenapa dia seperti pria sosialita yang sibuk.

Sampai, tak sadar bahwa seseorang didalam sana tengah tak fokus dengan mandinya.

Ya, seseorang....

Dia berdiri di sana dengan wajah dingin tanpa ada kecamuk sama sekali. Bukan soal bagaimana dia bisa hidup atau apa, hanya saja ketika dia melihat bayangan di kaca. Merasa bahwa semua ini terasa begitu memuakkan. Apalagi saat shower air hangat menyiram tepat di tubuhnya.

Dia ingin air membersihkan tubuh dan dosanya yang kotor. Ya... Dia kotor seperti kotoran hewan, bahkan tidak satu katapun keluar dari mulutnya ketika dia merenung baik dalam hati. Begitu banyak ketentuan hidup yang dia jalani sampai akhirnya dia kehilangan prinsip pada titik sekarang. Dia ambil plester dari salah satu kotak kaca di baliknya, dia membuat luka sayatan di jarinya. Tidak kecil dan tidak panjang, tidak dalam dan sakit.

Jika dia gila seharusnya dia di bawa ke rumah sakit jiwa, tapi... Sepertinya manusia di sana tidak terlalu peka. Dia memang gila, tapi bukan karena keadaan tapi hasrat dan kesalahan yang berarti. Hidup penuh penyimpangan bukan keinginannya tapi waktu terus berjalan dengan langkah kaki terus di dorong untuk bekerja.

Ayahnya dirawat inap dan dia ada disini, apakah dia jahat?

Otaknya mencari dari sebuah rasa beku yang menyakitinya. Mendongak ke atas dan melihat air jatuh di wajahnya, mengakibatkan beberapa air itu membuat kelopaknya bergerak menghalau spontan. Dia tersenyum dengan mimik wajah tanpa ekspresi.

"V, kau sungguh hebat, bukankah kau punya bakat melayani manusia? Mereka sampai ketagihan dengan dirimu." Sekedar penyemangat di balik atraksi setiap detik tindakannya, dia kahwatir pada sang ayah. Tapi secara jujur dia lebih khawatir pada dirinya.

"Siapa aku, sebenarnya bagaimana aku. Apakah aku seperti sekarang atau memang orang asing dengan nama aneh itu. Sial... Aku bahkan tidak menemukan bukti bahwa aku V. Apakah kau berbohong pada anakmu ayah? Kau tahu bukan kalau aku tidak suka di bohongi. Kau tahu bukan?"

Sejujurnya dia menangis tapi air telah meredamnya, membuat bibir bawahnya bergerak menggigit kuat. Hatinya kacau dan otaknya juga, jika dia memang Taehyung dia akan merelakan semua kehidupannya sebagai V? Apakah dia terlalu terlambat untuk memperbaiki semuanya? Dia tak sengaja menemukan titik balik temu dalam relung gelapnya, rasanya sangat tidak manusiawi.

Kontrol.

V membenci Taehyung dan begitulah sebaliknya jika dia memang benar Taehyung. Dia harusnya V karena dengan jati diri seperti inilah dia bahagia tanpa sebuah beban. Hanya karena Seokjin menceritakan sebagian besar kehidupan soal Taehyung membuat dia takut dan gelagapan.

"Jangan risau, jika kau kalah kau masih bisa hidup. Tapi menjadi siapa kau, V anak ayah. Atau Taehyung adik dari Seokjin, meski aku yakin aku V tapi kenapa Taehyung lebih merasuki ini. Apakah dia mati atau memang saudara kembar ku. Aku benci kerumitan, apakah kau tidak bisa membantuku Tuhan?"

Kepalanya mendongak dengan aksen dia seperti manusia mengantuk. Dia hanya ingin suatu saat ada harapan kecil sebenarnya, dia adalah V dan bukannya orang yang katanya pernah dijual dan lainnya. V sangat ingin menaikkan suhu air tempat dia mandi, agar dia bisa memusnahkan segala ketakutan yang berkutat disini.

"Aku adalah V....."

Keras kepala.

.

Yoongi hanya bisa menduga bahwa sebenarnya dia benar. Sudah ada banyak bukti dia dapat sementara pihak lawan tidak. Dia menjaga pria itu dengan baik hingga seolah polisi bertugas menjaga korban. Kedua matanya sudah mengantuk tapi dia mendapatkan sinyal bagus rumah sakit sehingga dia kepalang tanggung menulis beberapa hal penting di dalamnya.

Tak disangka seseorang telah bangun dengan kedua mata dibuka perlahan, awalnya namja dengan kelopak sipitnya tak akan menyangka. Begitu dia mendengar pria itu merintih dia lantas mendekat dan melihat keadaannya. "Anda baik saja, apakah ada yang sakit?" Karena dia bukan dokter dia menjawab seadanya. Dia tidak suka jika orang tua sakit, entah itu keluarga atau orang asing.

Karena dia melihat sekitar dan berada di ruangan aneh membuat kepala pria itu mengernyit. Dia tidak ingin disini dan justru meminta pulang dengan sangat. "Tolong bawa aku pulang, aku ingin pulang. Te-tempatku bukan disini. Aku ingin pu-pulang. Anakku V.... Anakku..." Pria itu seperti belum menyadari sepenuhnya dia masih dalam efek obat.

Membuat Yoongi mendesah paham, memberikan ketenangan lewat punggung tangannya. Seperti seorang anak yang menyayangi ayahnya, seperti itulah gambaran tepat ketika melihat keduanya. "Aku tidak bisa membawa anda pulang jika dokter tidak ijinkan. Anda di rumah sakit, istirahatlah dan V bersama Seokjin." Yoongi membenarkan selimut, dia kelihatannya tidak panik.

Dia percaya bahwa dokter pasti akan mengatakan bahwa pasien sudah membaik. Ketika pria itu mendengar nama Seokjin justru yang terjadi adalah tubuh itu bergerak panik dengan Sorot mata ketakutan. "Jangan bawa ke Seokjin, dia bi-bisa dalam bahaya. Anakku akan dalam bahaya, pria itu akan membunuh Seokjin." Pria itu seperti membuka tabir kebenaran, membuat Yoongi tak percaya.

"Apa maksud anda, kenapa bisa bicara begitu. Siapa yang akan membunuh Seokjin!" Yoongi yang panik tak sadar membentak hingga membuat pria itu seperti mengalami rasa syok. "Ak-aku mohon bawa aku pulang. Biarkan anakku dan aku pergi jauh, kalian tidak aman jika dekat denganku dan anakku. Dia akan membunuh Seokjin, pria itu membencinya."

Pria yang sering di panggil paman oleh Seokjin tentu saja menangis. Bukan karena apa, hanya saja dia ingat bagaimana kebaikan pemuda itu. Tangannya bergerak sembari menunjuk salah satu kertas dan pulpen. Itu milik Yoongi dan membuat namja itu berpaling ke belakang.

Tak ingin membuang waktu lama membuat namja itu bangun dan segera mengambilnya. Tapi begitu mendengar ucapan pria di belakangnya membuat langkah kakinya seperti membeku dalam es.

"Anda membutuhkan kertas itu?" Yoongi menerka dengan memperhatikan mimik wajah pria yang sekaan setuju. Ditambah lagi anggukan benar sebagai suatu kepastian yang panjang. "Seokjin akan mati jika tidak melepaskan anakku. Dia bisa dalam bahaya, bawa aku pulang dan aku akan pergi dengan V. Aku tidak ingin dia membunuh orang lain lagi. Tolong aku... Tolong bawa aku pulang."

Suara itu meminta dengan sangat, dibalik rasa sedih dan rasa ampun. Yoongi semakin bimbang, dia harus menolong siapa? Di satu sisi dia juga mencurigai pria itu. Bagaimana bisa dia menganggap V sebagai anaknya padahal dia pernah dengar jika pria ini bahkan sempat membunuh Taehyung saat masih bayi.

Anehnya dia pernah menikah dan tidak punya anak karena alasan begitu bodoh dan tak masuk akal.

Yoongi membalikkan badan dan melihat pria itu menatap dengan tatapan beda dari sebelumnya. Tangan itu seperti memegang sesuatu, sebuah peluru yang berbahaya berikut mini. "Bagaimana bisa kau mendapatkan benda itu?" Dia melihat bahwa ada laci di dalamnya. Sepertinya ini ruangan sudah ada yang mengunjungi tapi siapa?

Yoongi sudah cukup lama disini, dan dia rasa bahwa....

Ada dokter masuk dengan meneriakkan bagian yang sakit ketika pria itu kambuh. Yoongi bahkan dilarang menunggu di dalam dan terpaksa berada di luar. Ya, sepertinya masuk akal hingga ada pistol di dalam laci rumah sakit umum.

"Aku akan memastikan bahwa siapapun tidak tahu kalau anakku adalah..."

Dor!

Suara keras dan cepat, tapi pria itu telah siaga dengan menunduk separuh badannya. Dia merutuk sial karena baru sadar. Salah seorang pria yang berpura-pura selama ini. Ketika dia melihat manik mata tak asing itu, kerutan rasa terkejut Yoongi muncul.

"Kau..." Tubuh itu bangun dengan wajah dongkol sekaligus menerka. Beberapa kali dia menepis pemikiran bodoh itu tapi ingatan dengan sebuah bukti saling berkaitan. Melihat bagaimana tubuh itu bisa bangun dengan kaki menyentuh lantai, membuat Yoongi mundur dan menyentuh bagian tasnya.

Perlahan dia mundur hingga sampai di depan pintu keluar, pria itu justru tersenyum dengan anehnya. "Kau sudah tahu dan terima kasih sudah menjagaku. Tapi maaf aku sudah bukan orang tua yang lemah, jangan libatkan dirimu jika kau tidak mau mati." Sesuatu seperti ancaman dan hal itu bukan sesuatu yang baik.

Pistol berbunyi membentuk kunci sebuah bidikan akan dia sematkan ketika manusia itu melangkah kakinya keluar. "Jika kau keluar aku akan menembak mu sebaliknya jika kau bisa lari kau beruntung, tapi aku tidak akan membiarkan kau lolos."

Suara itu cukup mengerikan dan dominan, Yoongi merutuk sial dan hanya bisa mundur sekali lagi. Dia harus tetap tenang karena merasa bahwa usianya tidak akan mati dengan jangka cepat dan semudah itu.  "Tapi aku tidak akan membiarkan kau mendapatkan keinginanmu, kau yang seperti nya akan mati."

Dor!

Pria itu tersenyum lantaran sudah menciptakan lubang pada pintu disana, ada titik puas dia dapatkan dan malah tertawa dengan lepas. Dia seperti bukan sakit atau apa, tapi dia lebih menjurus pada gila. Kenapa dia berubah begitu cepat dan sekejap, bahkan Yoongi yang sudah ada di luar hanya bisa melihat bahunya berdarah dengan cairan itu menetes.

Yoongi hampir saja mati dengan kaki terbirit-birit. Dia bahkan terkena tembakan tepat pada bahunya, suara sirine rumah sakit berbunyi keras ketika dia menekan tombol kebakaran. Suasana menjadi keruh ketika berusaha lari dari maut, jika pria itu adalah ayahnya V maka yang terjadi adalah....

"Sial, dia adalah pengedar dan pemakai narkoba. Aku sudah menduga dari sisi wajahnya kalau dia adalah Hong Shiwan. Sial, aku harus lolos." Dia menggendong tasnya tapi beberapa dokter dan suster memberikan tatapan aneh padanya. Sepertinya mereka bukan dokter sungguhan, kata kasar lolos dari bibirnya. Tragedi kejar mengejar saling terjadi, dan beberapa orang di rumah sakit panik menyelamatkan diri ketika sirine dan air yang keluar begitu deras menampik.

Darah bercampur air dan beberapa dokter juga pasien berusaha menyelamatkan pasien. Mereka sudah dibohongi tapi masih berlanjut karena rasa panik. Beberapa kali Yoongi terdorong dan beberapa kali juga dia hampir terjatuh. Mereka dengan pakaian medis palsunya berusaha menangkap dirinya yang bagaikan seorang buronan.

Salah jalan hingga lari ke parkiran atas, Yoongi terjebak pada sebuah jalan buntu. Hanya tersisa dinding di belakang dan mereka datang seperti mengepung.

"Kau tidak akan lolos Min, kami tahu siapa kau. Jangan membuat ulah dengan kami." Dia melepaskan maskernya, meski cukup muda tapi dia sudah meninggalkan sedikit bekas luka. Yoongi membelalak seketika, dia melihat bagaimana namja di depannya sama sekali berubah.

"Kau..."

"Selamat datang Yoongi, sebentar lagi kau akan mati. Aku senang bertemu denganmu, dan bagaimana kabar Seokjin juga adiknya." Suara itu sudah pernah didengar.

"Kenapa kau bisa ada disini. Apa kau..." Kedua matanya melotot dengan suara nafas tersenggal.

Yoongi pernah mengenalnya, seorang pria dengan senyuman manisnya dimana dia juga bicara dengan lembut. Dokter sakit jiwa.

"Sepertinya kau masih ingat aku bukan?" Suaranya juga tak asing lagi dan Yoongi berani bersumpah bahwa dia yang pernah menjadi penjamin Kim Taehyung untuk sembuh.

"Park Chanyeol, untuk apa kau melakukan ini." Yoongi rasa bahwa penjahat tidak datang dari orang asing, tapi teman dan salah satu kepercayaan.

Sial!

........

TBC...

Hayoooolohhh sudah sampai chap ini, jangan lupa dukungannya ya. Sudah mau bab bab penentuan tinggal beberapa kok.

Oh ya maaf kalau ada yang typo, semoga kalian tidak bosan ya. Tetap semangat dalam menjalani hari. Jangan lupa dengan jaga kesehatan dimanapun berada.

Gomawo and saranghae ❤️

#ell

26/12/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro