Midnight (18)
"Tengah malam, bahkan untuk keluar pun harus menunggu waktu yang tepat. Seperti senja yang butuh waktu untuk tenggelam."
(Author ***** POV)
Gelagat aneh ketika kakinya melangkah pulang, Yoongi seperti diawasi dari belakang oleh seseorang. Dia menoleh kemanapun sesuai jangkauan kedua matanya tapi anehnya dia hanya melihat beberapa orang sibuk dengan urusan masing-masing. Duduk di dalam kereta listrik dengan tenang sembari mendengarkan musik di earphone.
Dengan erat dia memegang tali tas tengah di pakai sembari mengeluarkan secarik kertas dan selembar foto di dalam sakunya. Ada tanggal di pojok bawah itu dan mengingat hal apa yang penting dari setiap tanggalnya.
Buntu.
Yoongi hanya bisa mendesah frustasi sembari menunggu dirinya sampai di halte. Seharusnya dia pulang dua jam yang lalu tapi di tengah kota dia mengalami macet dan harus ketinggalan kereta karena terlambat. Mana bisa Yoongi menghentikan masinis, bisa-bisa dia yang mati tertabrak benda besi tercepat itu.
Yoongi penasaran untuk apa mereka datang kesana, Seokjin tanpa beban merangkul Taehyung. Sementara Taehyung dia seperti menciptakan wajah yang bisa dibilang keberatan akan suatu hal. "Mengherankan, kenapa Tae tampak tidak nyaman. Apakah ada sesuatu disana?"
Di belakangnya juga ada senjata dan kardus berisi benda misterius. Berfikir bahwa di dalamnya pasti sejenis obat-obatan narkoba. Otaknya terlalu ekstrem hingga memiliki pemikiran gila seperti ini. Diambil satu tahun lagi dan kira-kira seminggu sebelum tragedi mengerikan itu terjadi.
Namun suasana tegang dalam pemikirannya pecah saat sering ponsel dalam sakunya mengejutkannya. Tulisan pada layarnya terdapat nomor yang tak diketahui, membuat Yoongi mengabaikannya dan memilih untuk memperhatikan masalah di depannya. Belum dua menit dia bisa duduk dengan ketenangan, tapi ponselnya sudah berisik.
Terdapat empat kali panggilan dalam nomor yang sama.
Banyak sekali panggilan mendesak dan menuntut untuk segera ditanggapi, suaranya membuat dengungan kedua telinganya terganggu. "Aissshhh... Siapa yang terlalu memaksa ini!" Berdecak sebal dan membuat si pemilik ponsel langsung berseru lantang.
Salah seorang pengunjung wanita di sampingnya menatap tajam dengan gelengan kepala kecilnya. Masa bodoh memang jika orang lain tak nyaman dengannya. Ini fasilitas publik jadi dia bebas melakukan semuanya selama tidak merugikan pihak siapapun.
"Halo, ini siapa?" Dia tahan rasa kekesalan itu tapi wajahnya masih sebal menatap foto di depannya. "Kau Yoongi bukan? Aku V jika kau ingat." Cara bicara yang cepat dan dingin, Yoongi tentu saja langsung tahu hal itu. Sejujurnya dia tidak menyukai V karena pada dasarnya namja itu cukup menyebalkan. Tatapannya dia edarkan ke sekitar, tak ada yang mencurigakan.
"Untuk apa menelfon ku dan dari mana kau dapat nomor ponselku?" Dingin dan acuh sementara Yoongi menelan ludah saat dia merasa kerongkongan kering.
"Aku ingin bertemu denganmu, dimana kau dan jangan ingin tahu aku dapat darimana." V sangat mendikte dari segala ucapannya, harus tanpa ada perlawanan dan membuat namja sipit itu merasa disengaja untuk tenggelam dalam pemaksaan. "Aku tidak bisa aku sedang ada urusan, besok saja jika kau ingin bertemu." Suaranya melirih dan tatapan tak nyaman ada di balik maniknya, tak sengaja melihat seorang yang seperti jatuh menelisik dirinya.
Langsung saja Yoongi berdiri untuk mencoba menghindari seseorang itu. Tak lupa tudung jaket dia gunakan untuk menyembunyikan wajah dinginnya, Yoongi mencoba berpindah tempat di ruang lain tapi tangannya sama sekali tidak berubah dari posisinya. "Aku tidak mau tahu dan jangan beralasan aku mau kau menjelaskan soal Kim Taehyung!"
Diam.
Mendadak tubuhnya mematung dengan kedua mata membulat, dia tidak salah mendengar bukan? Kenapa V ingin tahu tentang Taehyung. Yoongi merasa bahwa sesuatu hal buruk terjadi disana. Hanya saja disini dia sedikit mengalami bahaya dan berusaha menghindar, berbekal semua rasa kewarasannya dia hendak memasuki bagian ke empat dan sengaja mengunci pintunya tanpa ada penumpang lain yang melihat.
Sekarang Yoongi berada diantara mereka yang tertidur lelap, hanya saja disinilah sekarang menunjukkan hampir tengah malam kurang dari satu jam. Dia mengambil bangku dari bagian paling depan dan melihat jendela luar. "Kenapa kau ingin tahu, bukankah kau tidak peduli dengan Seokjin Hyung?" Seperti seorang bos yang tidak suka dengan karyawan keras kepala, cara bicaranya bisa saja lebih sadis jika mood-nya benar-benar ambrol.
"Tentu saja aku ingin tahu, karena ini terlalu melelahkan. Disini ada juga orang aneh yang mengatakan aku Taehyung, dia menghajarku sialan!"
Yoongi mengatakan hal itu dengan telak, dia juga mendesah keras saat paham siapa yang dimaksud dengannya. "Tapi aku memang tidak bisa menemui mu sekarang. Jika kau paham V, tapi kalau bisa besok pagi saja karena aku sedang kerepotan." Wajahnya lelah tapi dia sedikit lega jika seseorang yang bisa saja jahat padanya tidak bisa melakukan tindakan lebih kejam lagi.
Hanya saja dia harus awas. Dengan ponsel yang masih bertengger disana Yoongi mengeluarkan seruannya. Sedikit tegas dengan kata-kata yang bisa dikatakan cocok untuk orang asing walupun sempat tahu wajah dan nama masing-masing. "Terserah kau tapi yang pasti malam ini aku tidak bisa V."
Yoongi membanting ponsel di bangku kebetulan kosong di sampingnya. Kepalanya mendadak semakin pusing sekarang, kenapa masalah bertambah ketika dia sudah menghadapi satu masalah lagi. Perutnya sudah lapar dan hanya ada satu bungkus roti yang bisa dia makan untuk menunda lapar, tidak ada penjagaan atau pos dimanapun.
Dengan cepat dia membuka bungkus rotinya, melihat bahwa ada selai nanas di dalamnya. Sialnya dia benci nanas dan membuat mulutnya tak berminat untuk makan. Sekali lagi dia melihat ponselnya untuk menghubungi seseorang yang bisa saja membuat teka-teki ini hancur.
Seokjin.
"Aiiisshhh... Kalau aku bertanya dia pasti tidak akan terima atau parahnya kambuh. Mendengar nama Taehyung saja dia pasti akan pusing apalagi soal ini?" Kemelut rasa bingung seperti merasuk dalam pemahamannya mengenai tabiat sahabatnya. Jikalau semakin sulit maka dia akan mencari jalan mudah, tapi mana tahu kalau seandainya ada kerikil yang menghalangi.
"Seokjin sebenarnya apa yang kau lakukan dulu. Kau tak akan mungkin mengalami bahaya jika kau tidak mulai api. Sepertinya kau lari bukan karena ayah Taehyung. Apa kau pengedar kawan?"
Jika itu benar, maka hancur sudah kepercayaan dan persepsi mengenai bahwa Seokjin adalah orang yang baik.
.
Klik!
"Halo! Hei kenapa kau mematikan nya! Halo!" Seribu usaha gagal juga kini di hadapannya ada kenyataan bahwa panggilannya baru saja di hentikan sepihak. Padahal malam ini adalah hal penting yang harus diselesaikan. Bukan berarti tidak ada kata besok, tapi V hanya ingin semua berakhir. Ingin hidup normal seperti biasa tanpa dibatasi bahwa seseorang telah salah persepsi padanya.
Kim Taehyung!
V merasa bahwa ini sudah kelewat batas dan merepotkan dirinya. Padahal dia tidak pernah merepotkan orang lain, tapi sejak bertemu dengan Seokjin dan melakukan hubungan menyimpang karena uang membuat dia terjatuh dalam lubang kesialan.
"Bagaimana V apa orang itu bisa datang?" Seseorang bertanya di balik wajah penasarannya dia juga khawatir dengan sahabatnya yang lebih buruk jika sedang kebingungan seperti ini. V melihat Yoona dengan wajah sendu juga menggeleng, dia akan bertindak seperti adik yang manja di depan gadis cantik ini Karena dia menganggap Yoona kakaknya.
"Rasanya aku sangat lelah dengan ini, kupikir dunia kita sudah gila. Karena ini aku tidak bisa bekerja dengan tenang dan membuat aku syock. Lihat luka di pipiku ini karena ada orang yang begitu membenci Taehyung dan menganggap ku demikian."
Dipeluknya tubuh V untuk menenangkan, dia kebetulan libur kerja dan bisa membuat sahabatnya terhibur walau tidak seberapa. Hanya saja dia melihat bahwa masih ada perban di bahunya, membuat dia berfikir buruk akan hal itu. "Kalau begitu jangan buat dirimu sakit. Lihat dirimu semakin kurus, apa yang akan aku katakan pada ayahmu jika dia datang ke club lagi." Yoona merasa kasihan karena selama ini V selalu datang bukan dengan makanan atau minuman kesukaan dia.
Melainkan sebuah beban masalah yang memang harus dikeluarkan agar lega. V merasa bahwa dirinya terlalu lelah untuk menanggapi hal gila yang kini tengah terjadi. "Kau memintaku untuk makan banyak dengan nikmat tapi lidahku hambar karena masalah ini. Ayahku besok bisa pulang karena keadaan sudah membaik tapi bagaimana dengan orang itu. Dia bahkan kekeh menganggap aku bukan diriku yang apa adanya."
Mungkin tidak nampak puitis tapi dari segi dan sisi lain ini cara V mengadu agar gelagat dalam hatinya sudah runtuh dan membaik. Konsekuensi seorang namja penghibur adalah namanya tercoreng. Lalu bagaimana jika Seokjin tipikal orang pendendam dan membuat masalah lebih rumit dari sebelumnya?
V tidak bisa berhenti menangis dan dia tumpahkan bening itu di dalam pelukan hangat. Seokjin datang dengan buah-buahan di tangannya, dia melihat disana dengan tatapan jauh dari kata bahagia. Yoona sadar bahwa seseorang tengah berdiri disana tapi dia juga bingung jika harus melepaskan V dari pelukannya terlebih namja muda itu tetap saja memaksa isak pelupuknya keluar.
"Aku hanya ingin kehidupanku normal, bekerja dengan mereka yang kaya dan banyak uang. Sekarang aku seperti melakukan kesalahan besar jika aku dekat langsung dengan orang itu." Tangisnya semakin pecah seperti seorang wanita yang putus cinta. Tapi sebenarnya ini lebih parah karena dia dihadapkan pada kenyataan bahwa Seokjin hanya akan mempersulit hidupnya yang sudah remuk. Semua itu ada yang menyaksikan dan tentu saja membuat seseorang diam itu mulai mendekat. Langsung di cekal begitu saja tangannya, kedua mata itu menatap saat V merasa bahwa orang itu lancang.
"Untuk apa kau kesini, kau mengikuti ku. Mau apa kau, mau merepotkan ku dengan perkataan bodoh lagi. Mau mencari Taehyung adikmu lagi? Kau kira aku bodoh, jangan mendekatiku jika kau merasa kalau aku adikmu." Tanpa ada penjelasan dari Seokjin mengenai maksud kedatangannya atau hal yang berkaitan mengenai permasalahan aslinya, V malah menuduh namja tampan itu dengan banyak ungkapan. Menuntut semua kejelasan dalam satu baris kalimat, hal itu tentu saja membuat dia lebih bungkam untuk memikirkannya.
"Tenang lah aku datang disini karena aku khawatir padamu, kau tidak ada sementara ayahmu mencari mu. Aku membawa buah untukmu dan ayahmu tapi kau malah disini dan menjelekkan ku." Sepertinya V membutuhkan adaptasi agar bisa berada dalam jangkauannya. Bagaimanapun namja muda ini sangat labil hingga dia tidak bisa memahami mana yang benar dan mana yang salah. Dia tarik tangannya hingga bersembunyi di balik punggungnya.
V melihat hal itu sesuai ketidaksukaannya dengan Seokjin. Muak dan jijik sudah menjadi satu seolah hal itu sudah mendarah daging. "Aku mengatakan berdasarkan fakta, kau lihat dirimu sendiri di depan cermin. Kau ini manusia munafik!"
Yoona merasa bersalah karena mendengarkan ungkapan itu, dia sendiri juga ragu jika apa yang dikatakan V mengenai Seokjin benar. Jika dilihat semua orang memiliki kepribadian berbeda, nalurinya bisa membedakan mana yang tulus, baik, jahat dan munafik. Dia bisa melihat hal itu dari sikap seseorang, memang jika manusia dingin akan dipandang buruk tapi soal tabiat belum tentu akan buruk juga. Karena penampilan bisa menipu.
"Hak apa kau mengatakan hal itu, bilang kalau aku munafik. Jangan berprasangka tidak benar mengenai ku." Mengeratkan tangan itu dan menenggelamkan V dalam rangkulan. Tapi sayang beberapa kali juga sumpah serapah dan umpatan kasar itu keluar dari bibirnya. Cukup jahanam memang tapi yang jelas hal itu membuat seorang Kim Seokjin dongkol.
Rasa dongkolnya bisa dibaca oleh Yoona dan membuat gadis itu pergi dengan meninggalkan V. Melihat gelagat aneh gadis cantik itu membuat V langsung menahan tangan temannya dengan ekspresi minta jawaban. "Maaf tapi aku ada urusan V ibuku berkirim pesan padaku agar cepat pulang." Ucapnya sedikit takut terlebih dia tidak berani jika menatap atensi Seokjin yang diam sejak tadi.
"Kau tidak bermaksud untuk meninggalkanku bukan? Kau jangan alasan, aku-"
"Maaf teman tapi ini sungguh mendadak dan penting, jika butuh sesuatu hubungi aku oke."
Dia menepuk pundak V dengan kaki melenggang pergi dan mengeratkan tas yang dia pakai. Tahu bahwa temannya seperti tidak ingin ikut campur akan urusan satu ini membuat dia berteriak protes cukup keras. "Hei jangan tinggalkan aku, aku mengajakmu karena aku butuh solusi dengan masalahku!" Sedikit berteriak keras dengan wajah yang sudah merah menahan marah. Sayang sekali karena semarah apapun V tidak bisa membenci gadis itu. Pertemanan yang dekat membuat jalinan seperti seorang saudara.
Kini tinggal mereka berdua yang ada di dalam ruangan ini. Sebuah cafe yang rupanya cukup sepi dari pelanggan. Mungkin sekarang bisa lebih leluasa untuk memberikan hukuman kecil pada namja muda yang sangat keras kepala di depannya ini, dengan pasti jemari itu masuk dalam kantung plastik yang dia bawa.
Sebuah apel merah yang sempurna, mencium aroma dengan khidmat dan memberikan tatapan tajam pada V yang tidak pernah menyerah dengan pengakuannya. Entahlah, Seokjin tetaplah dirinya. Dia sama sekali mempunyai pemikiran bahwa V itu Taehyung sampai kapanpun, hingga pada akhirnya semua itu nampak jelas saat V melihat bagaimana Seokjin menggigit apel di tangannya.
Jujur di dalam hati namja muda itu mengucapkan satu kata yang dimana dia tidak akan tarik setiap katanya.
Dia adalah seorang bajingan sejati.
.
Katanya seorang pria tidak boleh mengeluh, kata orang seorang pria sejati tidak boleh menangis. Dan kata orang seorang pria adalah tumpuan punggung dengan tanggung jawab besar. Tapi kenapa semua itu tidak ada dalam diri V?
Padahal dia adalah tulang punggung keluarganya, pekerjaan juga gelarnya sebagai anak dunia malam membuat dia menghasilkan uang dalam waktu singkat. Bahkan koleksi di kamarnya tidak kalah dengan tetangganya yang kaya. Apakah ini adalah hukum karma jika dia diciptakan dengan lemah lembut walau seorang pria? Katakan... Apakah itu adalah sebuah kesalahan?
Padahal penjahat sekalipun punya hati untuk melakukan sesuatu yang bisa dikatakan sebuah kesalahan besar. Tapi kali ini dia benar-benar keterlaluan karena cambukan itu membuat goresan merah di punggungnya. Sialnya, Seokjin mengatakan perlakuan yang dia dapatkan adalah salah satu dari hutang.
Hutang!
Muak dengan kata tersebut dan dia sangat menyesal dengan menerima bantuan dari bajingan itu. "Kau pernah diajarkan tidak bahwa seorang pria tidak boleh menangis?" Seokjin melepaskan salah satu sarung tangan ditangannya. Dia bahkan membuang salah satu sabuk yang dia gunakan untuk memecut namja itu.
Perih dan sakit.
Salah satu bentuk penyimpangan mengerikan dari seseorang yang mendambakan sebuah kekerasan. Dunia gelap telah mengubah pandangannya yang dewasa dulu menjadi sebuah modus. "Aku tidak menangis sialan, kau mengikatku seperti seorang penjahat!" Tangannya sudah kebas dia juga kesakitan sekujur tubuh, sialnya dia ada di dalam rumah bajingan yang sudah menyiksanya. Dia masih terluka walau sudah satu bulan, memang karena dia mendapatkan luka lagi sebelum seminggu yang lalu dan masih ada sisa kesakitan disana.
Seokjin bergerak dan berjongkok tepat di depannya, dia mencari ujung tali tebal itu dan menariknya. Ikatannya kencang, dengan satu tarikan saja dia sudah merasa bahwa kedua tangannya tidak terbelenggu.
"Alasanku melakukan ini karena kau seperti seekor macan yang galak, sikapmu tidak aku ampuni tapi cara bicaramu lebih tidak aku sukai." Sunggingan senyum smirk mengerikan.
V sangat ingin meludah di depannya, hanya saja dia harus menindak pikirannya lebih jauh karena melihat barang penyiksaan yang dia ketahui.
"Seharusnya kau memikirkan bagaimana sikapmu. Anjing saja tunduk pada tuannya, aku yakin jika kau punya bos kejam dan dendam padaku."
Tangannya bergerak dengan getaran menahan sakit, dirasakan begitu jelas bagaimana cairan di tangannya. Dia bisa melihat bagaimana warna merah darah segar disana, apakah ini sebuah kesengajaan? Sementara dia melirik tubuh disana mengabaikannya seperti sebuah sampah. Kim Seokjin orang seperti apa? Dia mengubah sikap seperti rubik berjalan, kadang baik dan kadang kejam seperti seorang psikopat.
Lantas Seokjin tidak tersulut emosi meski dia mendengar komentar pedas itu. Kedua matanya menatap lekat wajah itu dan membentuk kurva di sudut bibirnya. "Jaga bicaramu, karena kau tidak tahu aku bisa jadi lebih kejam dari tadi. Mungkin merasakan lebih dari sekedar cambukan." Gigi bergemelutuk seiring hembusan angin yang membuat partikel sarafnya perih.
V akan melaporkan hal ini pada polisi secepatnya. Dia membuka kancing bajunya dan memakai dengan segera pada tangan kanannya. Ringisan seperti lagu sendu di telinga Seokjin tapi dia menahan diri untuk tidak menolong dan malah sibuk bermain dengan ponselnya. Anggap saja dia seorang juragan yang sibuk memasarkan barang pada pelanggannya.
"Jika kau membuat laporan pada polisi, itu percuma karena aku juga punya kasus mengenai skandal mu dua bulan yang lalu. Dengan seorang bos besar bukan?"
Menoleh dengan cepat, dia tidak salah mendengar kan? Dia tahu masalah besar itu, padahal susah payah dia menyembunyikan hal itu. Bahkan menyogok seorang bertender, untuk membungkam mulut. Dengan menelisik kedua mata itu seakan tenggelam dan mencari tahu kenapa seseorang kejam sepertinya punya banyak akal untuk menjatuhkan dirinya.
"Kau cenayang atau apa, memangnya hak apa kau melarangku. Kau melanggar hukum dan aku sebagai warga negara yang baik akan membuat manusia sepertimu masuk penjara." Jari itu menunjuk dengan sadis, sampai kapanpun dia tidak akan mau kalah dengan manusia itu.
Tapi malah dia mengangkat kedua bahunya tidak tahu, seolah dia adalah manusia paling benar di dunia. "Oh kalau aku manusia seperti itu lalu kau seperti apa ya? Bahkan kau telah membuat masalah dimana bos itu akan menyebarkan video tentang dirimu, kau membuat perjanjian untuk menjadi salah satu pemuas nya bukan? Penyimpangan apa yang akan kau lakukan selanjutnya V. Kau pikir aku tidak tahu?"
Berharap jika pendengarannya tuli seketika, dia menggeleng kepala seolah menganggap ini adalah mimpi buruk semata. Tapi sayang dia tidak bisa bangun dari hal seperti ini, dia susah payah menyelesaikan dengan tenang tanpa membawa nama sang ayah. Sekarang? Manusia di depannya menjadi sebuah ancaman besar baginya. "Terimakasih kau telah memberikan daftar penderitaan untukku, kau tahu kau sudah membuat rambutku hampir rontok karena kehabisan akal."
Sangat tajam, seperti samurai yang siap memotong daging babi tebal dan digantung.
"Sama-sama V, aku akan selalu mendukungmu dari belakang."
Di sana orang itu tersenyum dengan gerakan tangan memberikan hormat di kepalanya. Senyuman tampan, tapi akan dianggap bodoh oleh V selalu. Dia begitu senang tanpa tahu bagaimana menderita dirinya, dia mengatakan hal bodoh dan nama itu berulang kali. V merasa bahwa Seokjin sengaja membuat dia menjadi gila dari sekarang.
"Dukungan untuk membunuhku sepertinya." Cibirnya dari belakang, enggan untuk menoleh dan melihat kenyataan bahwa Seokjin sebenarnya berat untuk mengatakan hal itu.
Buktinya, dia membuat luka baru pada bagian lengannya dan sayatan itu berasal dari gerakan di punggungnya. Membuat ukiran baru di setiap rasa perih dalam deritanya, menurutnya percuma tapi baginya itu adalah obat yang berguna.
"Kau merasakan perihnya Tae?"
.
Siapa yang kalah siapa? Padahal ini tengah malam tapi masih ada orang yang berdiri disana dengan tatapan mengawasi. Dia bersembunyi diantara mereka yang sedang makan.
Tersenyum sadis dengan memakan steak daging itu penuh arti. Daging yang matang penuh dengan saus berwarna merah tomat.
"Menarik..... Sepertinya aku mendapatkan korban yang sungguh menantang. Dia lebih berani seperti yang aku kira atau lebih." Ujarnya dengan melihat sebuah foto di tangannya. Dua orang berangkulan dengan senyum di antara gembong narkoba yang menjadi pelarian. Dia tahu tempat itu karena dia salah seorang bagian dari sana.
"Kim Seokjin namanya, dan karena dia aku kehilangan putraku. Jika bisa cari dia dan bawa ke hadapanku sebelum kau bunuh, bisa?"
Dia melihat secara detail bagaimana penampilan salah satunya. Nampak kuat tapi lemah dalam satu hal, seperti mentalnya. "Jangan remehkan aku karena aku melakukannya tanpa ampun. Selama bayaran ku paling besar."
"Tentu saja bos juga akan memberikanmu uang kalau kau membawa Taehyung. Dia yang ada di samping targetmu."
Ada yang licik sepertinya.
.......
TBC ....
Semoga bagian ini bisa menghibur kalian dengan chapter yang mungkin sedikit creepy. Jangan lupa dukungan dan komentarnya ya, semoga sehat selalu dan bahagia.
Tetap semangat!
Gomawo and saranghae ❤️
#ell
11/11/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro