Let's go (29)
"Dunia gelap dan setan hanya untuk manusia telah dewasa dengan pikiran masuk akal. Lalu saat yang muda masuk sangat mudah dijerumuskan, hal begitu fasih ketika seseorang kembali dalam kebobrokan."
(Author ***** POV)
Jungkook begitu bobrok jika dia harus menuruti kata hatinya untuk pergi dari rumah yang sudah dia injak tadi. Tapi semua itu sudah dihalangi oleh seseorang yang sadar bahwa dia memang tidak boleh mencapai sebuah batasan. V membuang puntung rokok dari mulutnya dengan sekali hempas, dia begini ketika dia frustasi memuncak.
Seokjin bersamanya dalam satu kamar, dia yakin adiknya tidak lari karena dia mendengar sendiri bagaimana Jungkook menggunakan airnya untuk mandi. Seokjin memberikan satu cangkir penuh latte. Seorang tamu harus di suguhkan minuman. V menerimanya walau dengan senyum tipis dan mata berkedip menggoda seperti biasanya.
"Aku terkejut, dan terima kasih sudah membuat adikku tidak pergi lagi. Kau tahu, dia bahkan tidak mendengar kan diriku sekalipun." Dia memainkan pikirannya dengan ungkapan banyak hal mengenai adiknya. V bisa melihat bagaimana manik mata itu menyimpan segala masalahnya, membuat namja muda itu meneguk kopinya.
"Bukan salahmu, karena adikmu memang begitu. Tapi aku tidak membela siapapun disini, hanya mengamati hal dari kacamataku bahwa sebenarnya kalian berdua sama-sama keras kepala dan sulit dimengerti." Memberikan mata centilnya, namja muda itu seolah bisa menebak dengan begitu tepat. Dia patut berbangga karena bagaimanapun tebakan seorang V tidak akan pernah salah. "Kau bisa mengatakan hal itu, tapi bagaimana agar aku bisa membuat adikku luluh. Dia sendiri mengatakan padaku, bahwa dia benci padaku karena dekat dengan Taehyung." Entah kenapa dia malah membuat kesalahan fatal sepertinya.
V tidak akan mengatakan panjang akan tetapi jika masalah internal dalam keluarga hanya orang lain. Rasanya sangat tidak etis hingga dia tersenyum mengejek. "Kalau begitu biasakan dia dengan seorang Taehyung. Katakan padanya karena kau punya dua adik bukan satu. Meski sulit, tapi apa akan sangat etis membuat adikmu cemburu dan benci dengan adik lainnya?" Dia menekuk kakinya dan duduk dengan sombong. Namja sosialisasi kuasa tinggi.
"Aku tidak ingin seperti itu, karena aku ingin yang terbaik. Sepertinya aku banyak bicara." Seokjin tertawa bodoh dengan suara sendu. Dia bahkan mengambil rokoknya dan menghidupkan untuk stress. V mengambilnya dan membuang nya langsung dia sedikit tajam melalui tatapan matanya. "Kau ingin menggoda atau apa? Kenapa aku tidak boleh merokok sementara kau saja boleh." Dia mendekat dengan posisi berhadapan langsung dengannya. Dimana setiap manik mata itu selalu mengatakan bahwa namja muda itu adalah Taehyung.
Taehyung nya yang hilang.
"Kau bodoh atau apa, adikmu saja tidak suka kau. Lalu kenapa kau buat ulah dengan benda ini. Hei candu mu akan membuat semakin buruk. Jangan membuat ulah oke." Dia menggigit puting rokok itu dan menaruhnya, dia tahu bahwa tidak semua orang suka dengan bekas mulut orang lain.
"Lagipula dia sedang mandi, aku sudah lama merokok. Jauh lebih lama darimu V." Dengan santai dia mengambil rokok itu dari atas meja dan menaruhnya di laut. Dia merasa ludah dengan bekas tembakau, dan V melototkan matanya. "Sialan, siapa suruh kau mengambil bekas ku. Kau ini manusia apa? Sulit dimengerti Kim." Mendekat dengan rangkulan tangan ke belakang leher. Dia bukan saja penggoda ulung tapi bisa menipu manusia lain untuk mendapatkan sesuatu yang dia mau.
Seokjin membiarkan mata itu menatapnya dengan senyum. "Kau ingin panas atau apa. Jangan lakukan hal bodoh karena kita ada dikamar." Dia kuat tapi jika soap nafsu bisa segalanya hingga spontanitas diantara keduanya tercipta. Jika memang seperti itu dia bisa mencari suatu cara. "Alangkah lebih baiknya kau mengatakan padaku bahwa kau ini V. Katanya Taehyung bukan dirimu. Buktikan kalau kau bukan adikku yang hilang."
Dia mengatakan hal itu dengan berbisik, dimana setiap ucapannya mengandung banyak metafora. "Aku belum dapat tapi mungkin nanti, setalah kau bisa memberikan aku waktu meminjam dirimu. Kau tahu terakhir kita bermain, kau membuatku heran. Memanggil nama Taehyung, dan itu semakin membuatku yakin bahwa adikmu meninggal." Memainkan bahu itu seakan dia siap untuk menyentuh dan disentuh.
Seokjin menghembuskan nafas di sekitar lehernya dan mengatakan dia akan menang dengan beruntun. "Dia tidak mati, hanya saja lupa jati diri. Lakukan saja apa yang kau mau, meskipun kau membuat kamar ini panas. Tapi Yoongi tidak akan salah dalam tebakan nya."
V merasa bahwa dia tidak harus ketakutan, tapi tangannya seperti bergetar karena tekanan dalam setiap kata dan ucapan di berikan. "Oh... Hanya saja jika aku menang aku ingin satu hadiah darimu." Dia memainkan kuku itu dengan lihai, siapapun bisa melihatnya jika ada yang masuk. Seokjin menghembuskan nafas pelan dan memandang dengan lamat.
"Katakan apa saja asal itu bukan menjadi musuh mu." Seperti bisa membaca pikirannya dan membuat V melepaskan jarak dekat itu. Dia hanya mengulas senyum miring dengan banyak fantasi kebenaran disana. "Tapi hal ini bisa kau tebak, aku tidak ingin melihat wajah dan rupa mu sebenarnya." Sungguh berani saat dia diam kala ada yang memeluk dari belakang. Hitam adalah hasrat manusia, tiada terkontrol karena sebuah hasutan untuk menahan. V dan Seokjin sama-sama lupa dimana mereka berada hingga pintu terbuka dan membuat yang muda terdiam sejenak melihat tingkah mereka.
"Eh Jungkook ternyata kau sudah selesai mandi." Dia mengatakan hal itu dengan ringisan di wajahnya. Bukan masalah memang tapi posisi mereka membuat seorang Jungkook antara muak dan jijik. "Aku akan ke dapur untuk memasak, kalian lanjutkan saja sampai salah satunya hamil."
BLAAAMMM!
Dibantingnya pintu itu kuat, sampai bunyinya memecah dinding di sekitarnya. Seokjin diam sejenak untuk membuang nafas, kenapa dia bisa tertarik emosi seperti ini. Menyingkir dari V dan melepaskan tindihan nya, tak terkontrol memang apalagi dia melakukan penyimpangan itu tanpa sadar. "Sebaiknya temani adikmu, aku akan bicara pada pihak panti untuk pertemuan. Aku ingin menang melawan mu."
Seokjin melepaskannya kali ini, bukan karena nafsu tapi kuantitas sebagai para pemain dunia gelap. Seokjin lebih suka kuasa dan V lebih suka dikuasai, maka dia punya inteligas sendiri dalam benaknya. "Jika aku menang aku akan mengatakan padamu, bahwa kau harus menjadi adikku. Tenang saja jika memang kau Taehyung aku juga akan katakan pada ayahmu. Membicarakan semua dengan lengkap, karena sebenarnya kau bagian keluarga ku."
V mendecih tatkala dia mendengar kata itu. Begitu percaya diri sampai ginjalnya akan menari. Dia melihat ke atas langit rumah, dan mendengar suara pintu kamar yang tertutup. Jika dia kalah dia harus tinggal, dia pikir dia bisa melakukan hal itu. Kaki telanjangnya menapaki tanah, dia tampak seperti biasa.
Murahan tapi sulit didapat. "Padahal aku yakin bahwa Taehyung itu bukan kau anggap keluarga tapi simpanan." Otak V memang bekerja dalam setiap tebakan. Entah berapa persen menyatakan hal itu, tapi secara dalam kenyataan mengatakan lain bahwa Taehyung katanya ada dalam dirinya tapi dia tidak merasakan demikian. V meminum latte nya kembali sebelum dia memainkan ponselnya.
.
Yoongi akan membuang semua dalam ambisinya jika apa yang dia dapat benar. Seokjin benar-benar seorang bandar dan pernah dikejar polisi. Dengan membawa nama Taehyung di dalamnya, data yang dia dapat berasal dari sumber internasional yang tertutup karena anggapan bahwa Seokjin dan Kim Taehyung sudah mati.
"Aku tidak percaya dengan yang aku lihat, tapi semua ini juga bukan kepalsuan." Dia menaruh foto dan data lainnya dengan kasar, kepalanya pusing hingga mentok. Jika saja namja itu pergi keluar negeri maka semua akan hancur, bahkan V kemungkinan bisa ditangkap. Mereka identik walau belum diketahui kembar atau bukan. Pria itu bisa saja suruhan orang untuk menghabisi Seokjin dan V atas perlindungan bos mereka.
Takut ketahuan dan membunuh sisa bukti yang tersisa. Badannya merosot pada kursi empuk miliknya dan mengusap rambutnya sedikit kasar. "Sebaiknya aku katakan ini pada dia, aku juga tidak ingin ada penjara diantara mereka. Tapi kalau aku diam, sama saja aku melindungi penjahat negara. Oh sia, kenapa Seokjin harus jadi bajingan selama sebelum dan sesudah bertemu Taehyung?"
Dia mengambil kunci motornya dengan cepat juga membawa semua alat dan perlengkapan tinggal menggunakan jaket. Dia memakai jeans dengan lubang pada lututnya aksen seorang anak jalanan yang pantas di cap padanya. "Jika bukan karena aku, dia tidak akan bisa aman kadang." Dia berbicara sendiri dengan aksen wajah sebal. Mengambil helm dan memakainya.
Dia tidak lupa dengan senjatanya, karena dia tidak tahu kapan nyawanya akan diincar. Rumahnya memang berada di antara gang sempit tapi dia suka dengan kesepian karena tak akan ada gangguan dia saat tengah tertidur lelap. Tapi deringan ponsel bernyanyi saat dia melihat nama atasannya ada disana, apakah dia harus mengangkat? Tapi dia masih terikat kontrak kerja.
"Sial, kenapa dia memanggil sekarang. Apa dia tidak tahu bahwa aku tengah sibuk. Seharusnya aku tidak mendaftar menjadi divisi keamanan." Dia memang seorang hacker tapi dalam golongan melindungi, rasanya sangat menyulitkan walau gajinya cukup besar. Dengan suara dinginnya dia mengangkat panggilan itu, apalagi saat mendengar atasannya tampak marah. Sepertinya kedua telinganya akan disematkan oleh dunia kerja bagai neraka kejam.
Saat tengah sibuk berdebat tak sengaja dia ingat sesuatu. Jungkook bilang dia punya kunci rumah lamanya. Dia ingin mencari tahu bahwa sebenarnya Seokjin bukan pelaku sebenarnya, ada banyak kaitan yang membuat dia ragu. Ada raja di balik dalang ini semua, kemungkinan juga Taehyung adalah seorang saksi. Jika memang benar begitu seharusnya dia sudah tahu, tapi selama menjadi teman nya tak dia lihat sekalipun rasa brengsek ada di sana.
"Bos, maaf tapi aku ada urusan. Terserah kau mau memecat ku atau tidak tapi sungguh kau tidak menghormati karyawan mu maka aku juga begitu." Dia matikan ponsel itu dengan kedua mata memejam untuk menenangkan dirinya. Dia akan bekerja di bar jika memang tidak ada lowongan lain, dia harus fokus dengan tugasnya sekarang.
"Terserah kau saja aku juga tidak butuh gaji. Kau sudah membuat pelanggaran aku akan laporkan kau pada pihak berwajib karena tidak memberikan hak pada pegawai!"
Berteriak dengan keras dimana suaranya bisa menggelegar, dunia ini bukan dunia liliput tapi kenapa dia harus bersusah payah sekarang. Oh enyahlah masalah masa lalu, dia hidup dengan tenang sekarang, tapi namanya juga hidup. Kemungkinan besar orang bisa beristirahat ketika manusia sudah mati.
"Kalau begitu aku harus temui Jungkook juga." Dia menekan gasnya dan melaju begitu saja membelah ibu kota jalanan. Tapi dia juga tidak tahu bahwa sebenarnya sudah ada yang merencanakan hal ini.
"Dia masuk jebakan dan sekarang aku harus menemui V. Dia adalah Taehyung, meski kemungkinannya kecil." Melihat keadaan tengah sepi, ada senyuman di wajahnya. Dia juga mengatakan hal itu dengan mantap saat semua nampak jelas di kedua matanya. Lalu lawannya Seokjin, dia hanya tahu bahwa ada masa lalu cukup kelam dan itu kabar dari kliennya.
.
"Yoona bagaimana aku bisa tenang sekarang kalau anakku sudah curiga. Dia bertanya mengenai dokumen." Ayahnya sampai melupakan makan siangnya. Terlanjur kalut dengan kenyataan dimana tidak bisa mengatakan secara jujur. Bukan kesalahan dia tapi, saat anaknya mengatakan hal itu justru yang ada adalah dia membisu. Yoona tahu bahwa pria di depannya sangat menyayangi putranya, tapi dia juga bingung apalagi dengan ancaman orang asing itu.
"Kau bisa mengatakan bahwa aku salah tak apa. Hanya saja V sedang diincar sekarang. Rasanya akan sangat membahayakan jika semua ini akan dibiarkan begitu saja." Yoona punya pendapat, dimana kedua manik mata itu juga tidak tenang. Terlebih saat teh di depannya masih utuh tanpa minat untuk dia minum. Dia tidak meminta agar hatinya gugup tapi dia juga takut jika semua terjadi. Apalagi hal buruk.
"Kita harus laporkan hal ini pada polisi." Ayahnya punya ide tapi gadis itu melarangnya, dia punya alasan. "Paman, jika kita laporkan hal ini kita juga kena. Musuh kita adalah orang kuat kita hanya harus membawa V pergi dari kota ini. Aku akan menyimpan semua rahasia ini, kau bawa pergi anakmu. Ada hal yang memang tak bisa aku tinggalkan walau aku mau." Dia nampak sedih dengan senyuman dimana ulasan itu mengandung sebuah makna.
Pria itu tidak akan bisa jika dia memutuskan segalanya sendiri. Selama ini Yoona banyak membantunya hingga dianggap anak perempuan sendiri. "Jika memang benar pendapatmu demikian, aku akan bereskan semua barang. Sepertinya pergi dari kota ini adalah hal tepat, V harus meninggalkan semua disini. Dia bisa mendapatkan pekerjaan lebih dari sebelumnya." Percaya bahwa anaknya pasti akan mau, dia juga tersenyum ketika ide gila itu ada.
"Tapi kau tidak akan menghalangi V menjadi salah satu jalang di club bukan? Dia adalah ikon di kota ini, tapi kalau kau bawa dia. Pastinya dia akan mendapatkan penghasilan lebih besar, itu bagus tapi saingan akan berat." Mungkin realitanya akan terdengar sulit. Tapi saat dia melihat dunia ini, pemikiran panjang sangat diperlukan. "Kita harus beri kabar perpindahan mu saat V pulang."
"Kalau dia menolak? Anakku sangat keras kepala dsn dia sama sekali tidak mau mengerti." Terucap dengan tenang, tapi matanya seakan tidak bisa berkata banyak. "Jika kau mengatakan dengan perlahan maka semua akan baik saja. Anakmu menurut padamu bukan?" Entah kenapa semua ucapan itu nampak mudah.
Dia memberikan satu bungkus kecil pada pria di depannya. Ada senyuman manis disana, tak tahu oleh siapapun karena dia pandai menyimpannya. "Minum ini agar kau mendapatkan jawaban, tetaplah bahagia oke." Menerima dengan diam, dimana kedua tangan itu meremat dengan kencang. Ini bukan keinginannya tapi dalam jiwanya memberontak keras, jika benar ini akan menghilangkan masalah maka dia akan lakukan.
"Terima kasih nak kau tahu apa yang aku butuhkan. Aku akan meminumnya sebelum anakku tahu apa yang aku lakukan." Menelannya langsung tanpa air, dia bahkan terbatuk ketika kerongkongannya menjadi kering dan gatal secara mendadak. Fantasi kebahagiaan itu yang dia butuhkan demi melindungi anaknya. "Aku akan membuat anakku bahagia sampai kapanpun." Seolah seperti janji dengan senyuman diantara wajah bingung nya.
Sekarang tengah siang dan sang anak belum juga menunjukkan batang hidungnya untuk pulang. "Jujur aku khawatir denganmu anakku."
Rasa khawatir seorang ayah dengan kata dimana dia ingin kenyataan. V tetap V anaknya, dan Taehyung adalah orang asing yang dia anggap sebagai pembuat onar. Dia mengambil satu berkas penting, dimana sebuah kartu keluarga adalah bukti dari segala masalah ini.
.
Mereka berdua duduk dalam percakapan penting, seorang namja begitu tak terima ketika kenyataan yang ada adalah hal bukti mendasar palsu. "Mungkin anda lupa bahwa saya pernah ada disini, ayah bilang saya diambil dari sini. Lalu kenapa anda menimpal dan mengatakan saya bukan dari sini dan data adopsi tidak ada." Suara sedikit meninggi, membuat beberapa anak lain yang kebetulan lewat memandangi arah suara itu.
"Maafkan aku nak, karena memang seperti itu adanya. Tidak ada nama mu disini, dan lagi kemungkinan besar ayahmu keliru." Apa yang dia ucap adalah kebenaran. Melihat bagaimana album foto itu tidak ada dirinya. Rasanya kesal dan emosi sampai tangan kanannya mengepal kuat, mencegah agar tidak tumpah dengan tanduk besarnya. Hembusan nafas besar keluar dari hidungnya, jika ayahnya menginginkan sebuah perdebatan maka dia akan berikan.
"Baiklah, kemungkinan ayahku salah. Terimakasih karena sudah membantu, oh iya jangan lupa bagi mainan yang aku bawa untuk anak lainnya. Aku pasti akan datang ke sini lagi jika luang." V tersenyum dengan manis. Wajahnya tampan dan merupakan idola bagi beberapa orang. "Tentu saja, aku akan membagikan mainan untuk mereka. Salam buat ayahmu nak."
V hanya bisa mengangguk kali ini, dia tidak ingin terlihat amarahnya dan memilih untuk melenggang pergi setelah pamit. Dia merasa bahwa ada yang sakit tapi bukan luka pada kulit, di dalam hati ada nyeri juga sesak. Dia butuh obat jika ada yang jual dalam apotik. "Kenapa kau melakukan itu appa, aku sebenarnya anak siapa dan darimana kau dapat aku." Tubuhnya jatuh lemas dengan perasaan dimana dia menatap kosong di depannya. Banyak anak memanggil namanya dengan perlahan karena rasa iba.
"Aku tak apa, kalian lanjutkan saja bermain. Aku akan pulang, maaf ya tidak bisa menemani kalian sekarang." Meski dia tersenyum tegar, kemungkinan besar orang yang peka bisa menebak dirinya. Wajahnya tidak ada semangat walau dia manusia periang sekalipun. "Kalau begitu sebenarnya siapa yang salah, appa atau pria itu. Aku akan menuntut jawaban, jika saja aku tahu aku tidak akan perlu bersusah payah."
Dia menendang batu hingga jatuh tepat di sepatu seseorang. Tanpa sadar dirinya sudah ada di luar panti asuhan dengan pandangan sendu. Sepatu hitam dengan merek mahal, dia tidak bisa menebak dengan jelas mereknya. Hanya saja dia melihat bagaimana kacamata hitam itu terpakai dengan senyuman tipis di wajahnya.
"Sudah kuduga bahwa kau disini. Apa kabar anak dari klienku. Sudah lama ya tidak bertemu dengan mu Taehyung." Ucapannya santai tapi wajahnya menyebalkan di mata namja muda itu.
"Siapa kau? Kenapa kau menyebut nama itu?! Aku tidak ada urusan denganmu dan namaku V bukan Taehyung!" Ada nada mengancam disana, saat kedua mata itu menatapnya nyalang. Tidak ingin berurusan dengan apa yang ada pada depannya. Pria itu cukup mengganggu pandangannya.
"Kau ingin tahu sesuatu bukan? Jika kau memang V lalu, kenapa pada bahu ada tanda lahir. Tanda titik hitam dengan posisi di mana tidak mudah dijangkau dan dilihat. Di belakang punggungmu."
V diam, tapi pikirannya sedikit kacau. Kenapa bisa...
"Kau tahu mengenai itu dari mana, bahkan ayahku saja tidak..." Kedua matanya membola, dia seperti mencelos dalam hati. Saat semua ada dalam benaknya. Orang lain tahu tapi kenapa ayahnya malah tidak tahu padahal ketika dia masih kecil sudah semestinya ayahnya tahu saat dia memandikan dirinya. Lalu...
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Pandangannya mendadak kosong dengan tatapan dimana manik matanya tidak bisa dijelaskan. Ada kesempatan disana saat dia melihat seseorang kalap dalam pikirannya. Biasanya orang seperti itu mudah dipengaruhi.
"Permainan akan segera di mulai, aku akan dapatkan mangsa dan uang. Saat dia datang maka aku akan membunuh dia."
........
TBC...
Semoga kalian suka dan tidak merasa terganggu jika aku updete di malam hari hehehehe....
Tetap semangat dan jaga kesehatan selalu ya. Semoga semua akan baik-baik saja akhirnya.
Gomawo and saranghae ❤️
#ell
18/12/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro