Bring it (24)
"Suatu saat nanti, apa yang di sebut dengan takdir itu akan terjadi. Tinggal menunggu saja waktu datangnya. Saat itulah semua menjadi jelas."
(Author ***** POV)
Ingin lolos percuma, karena dia sudah terjebak pada sebuah lingkungan dimana dia terlalu menikmati perannya. Dia bisa saja menepis tapi hawa panas dalam tubuhnya memang menguasai segala kewarasan dalam deru nafasnya.
"Seharusnya aku melawan tadi, kenapa aku malah menerima dan membuat semua mengalir. Oh V, apa yang kau tahu selain seks?"
Dia menatapi kedua tangannya yang sedikit kasar pada kulitnya. Dia juga melihat ada bekas luka dan gigitan laknat dia dapat dari manusia mesum itu. Seharusnya dia memukul, menghajar atau menendang bagian masa depannya. Seharusnya dia melakukan hal itu, sebuah pemberontakan yang mana dia tidak ingin melakukannya di luar jam kerja.
Efek obat itu memang masih ada hingga dia melakukan pembersihan mulutnya dengan air. Wajahnya sayu dan capek, dia ingin Seokjin melupakan hal itu juga karena Dewi Fortuna ingin ada di pihaknya.
"Seks yang gila, kalian bahkan menghancurkan sofa ku." Ada yang protes tapi bukan V, ada yang mengomel tapi bukan Seokjin. Dia adalah si pemilik studio terhormat yang mempunya kompeten luar biasa. Melihat keadaan Sofanya yang mengeluarkan kapuk akibat pertempuran panas itu membuat Yoongi ingin melayangkan ganti rugi jika tidak ada hati.
"Sialan, ini semua karena mu! Jangan harap aku akan menggantinya. Kau tidak akan dapat!" V melempari namja itu dengan botol bekas air mineral di sampingnya, hampir saja kena kepala karena Yoongi berhasil menghindarinya.
"Silahkan marah, toh emosional mu netral. Jika aku jadi kau aku akan berfantasi lebih liar lagi." Ungkapnya dengan meringis, sementara V justru tidak mau menunjukkan muka untuk sementara menit.
Semua sudah terjadi, dia melaknat manusia bernama Min Yoongi karena sudah membuat dirinya terjebak dengan manusia itu. Menyebalkan memang saat dia merutuki bayangannya yang berantakan, bagaimana tidak? Rambutnya berantakan dengan siluet tidak bahagia disana.
Sekarang masih menunjukkan pukul satu siang. Cuaca terlampau panas saat matahari meninggi, V tidak peduli jika dia harus memakai kaus oblong. "Katakan saja jika kau menikmati hal itu, kenapa kau malah merengut begitu?" Yoongi datang dengan gayanya, dia memberikan minuman pengar kepada V.
Respon yang bagus karena dia menangkap minuman kaleng itu dengan satu tangan. Bukannya apa hanya saja, hal seperti ini tidak mudah diselesaikan dengan sekaleng minuman anti mabuk. Dia mentertawakan apa yang sedang terjadi dan apa yang sudah terjadi padanya. "Sungguh aku sama sekali tidak mengerti jalan pikiranmu dude. Bokongku sakit dan kau harus bayar aku lebih besar!"
"Apa yang kau bilang, memangnya aku- AAAWWWWW SIALAN KAU aiissshhhh... Kakiku sakit bodoh!" Gerakan kaki satu melompat dengan dia menatap tajam V yang tengah terkekeh ke arahnya. Dia mendapatkan lidah di julurkan sebagai lelucon semata. V tertawa dengan apa yang dia anggap lucu dan melihat manusia itu meringis sakit tentu saja dia terbahak dalam hati.
Satu serangan telak ketika namja muda itu menginjak keras kaki Yoongi sampai otaknya tak mendidih. Dia benar-benar marah saat ini karena pada dasarnya dia datang untuk membantu malah membahu. "Kau salah besar karena sudah membuat masalah, apa kau tidak tahu bahwa aku sedang ingin libur melayani orang huh?!" Dengusan nafas sebal dengan kedua mata memicing emosi.
"Kau saja yang salah paham, toh aku ingin mencoba membuat kalian akrab. Sekarang lihatlah, kepuasan batin sudah kau dapatkan. Aku bisa memilih pemain hebat untuk orang seperti mu." Yoongi duduk dengan santai dan meminum cola miliknya. Manakala dia melihat adegan itu dengan nyata, dia tentu saja tidak terpancing tapi untuk anak di bawah umur dia bisa saja melarang keras.
V melihat bagaimana Yoongi seperti seorang mucikari! Kenapa Tuhan mempertemukan dia dengan orang gila yang ada disana. Sementara Seokjin dia masih mandi dengan santai dan bersenandung di dalam sana, melupakan fakta bahwa dia seharusnya minta maaf karena sudah melukai bagian yang V tak bisa sebutkan.
"Omo kau seperti anak kecil sekarang, apa kau tidak suka dengan keahliannya. Kau sangat beruntung V." Ucapnya dengan handal bahkan untuk mengatakan itu saja dia harus menahan tawa. Seseorang yang sudah mendapatkan pengalaman tentu lebih paham, dengan tingkat kepercayaan dirinya dia menunjukkan wajah bengisnya. Menghampiri Yoongi yang tersedak ludahnya untuk dilempari sebuah bantal.
"Kau pikir aku tidak pernah tahu, dasar goblok kalau saja membunuhmu bukan dosa sudah aku lakukan. Pria sialan, kenapa kau memberikan obat perangsang padaku?! Aku sudah bilang aku ingin mengerjai Kim Seokjin bodoh itu!" Di pikuknya Yoongi hingga dia protes dan berusaha menghindar, V meminta mentah-mentah bentakannya untuk tidak dijawab dengan alasan non logis.
Tangan putih pucat itu mengambil cepat bantal di sampingnya, dengan lihai dia menjadikan benda itu sebagai sebuah tameng. "Kau itu yang bodoh, kau bilang ingin bermain dengan Jin hyung. Kau kan sudah dapat kenapa malah menyalahkan ku, bukankah kau mendesah suka tadi?!"
Bukan main, cara bicara Yoongi terlalu frontal dan membuat kedua pipi itu merah seperti udang rebus. Disitu pula V langsung memukul kuat bantalnya dan melampiaskan kemarahan juga teriakan nya di dalam bantal itu. Dia tidak ingin gamblang karena terlalu malu mengakui kenyataan mengerikan itu. Yoongi merasa bahwa namja di depannya sangat labil hingga membutuhkan banyak perhatian sepertinya.
Kedua matanya menajam seiring dengan bawah bibir cemberut. "I will kill you!" Tangannya menunjuk dirinya, dia mengatakan hal itu seperti seorang psychopat gila penuh dendam. Ada yang merinding pada bulu roma nya sehingga dia benar-benar harus menelan ludah dengan kesusahan. V bangun dari tempat duduknya dan menarik bantal di tangannya seperti menarik dua buah pipi gembul disana.
"Hei hei aku kan sudah bilang kau suka dengan permainan kasar dan Jin hyung kategori yang kau inginkan. Jadi jangan salahkan aku kalau kau mendapatkan rasa sakit tapi terpuaskan bukan?" Wajah pucat itu memang salah tingkah tapi dia sama sekali tidak melakukan ucapan minta maaf.
"Aku memang puas tapi aku belum puas kalau aku tidak menghajarmu Min Yoongi!" Tidak ada embel-embel panggilan sebutan kakak atau sopan santun itu. Dia meringsut mundur tapi percuma karena V seperti iblis yang mengeluarkan tanduknya. Apakah dia titisan Lucifer?
V lebih menyeramkan saat marah ketimbang galak, dengan kuat dia menggenggam bantal itu seperti sebuah bola basket. Dulu dia anak basket dan mulai menunjukkan kelebihannya juga sekarang. "Aku tidak akan memaafkan mu sialan, YAAAAAAKKK!"
Yoongi terpejam dengan kedua mata tegang, dia pikir dia akan mendapatkan rasa sakit tepat di wajahnya. Tapi saat dia benar-benar tidak mendapatkan pengaruh apapun, pada akhirnya dia membuka kedua matanya.
"Astaga kau pikir ini arena taman bermain, kalian seperti anak kecil." Salah seorang menangkap dan mengembalikannya pada si pelempar, Seokjin tersenyum nakal saat dia berhadapan dengan wujud di depannya. Sungguh pencapaian luar biasa ketika dia mengingat berapa ronde sudah mereka lakukan.
"Kau mau hubungan penyimpangan mu lebih parah ya? Kau pikir aku mau, maaf saja ya. Jika bukan karena obat sialan itu aku pasti lebih memilih menusuk kelamin gadis." Terlalu frontal hingga Yoongi menampol mulut nakal itu. Kenapa dia menjadi geli saat V mengatakan hal seperti itu?
"Kenapa kau menampolku?!" Teriaknya tidak terima dengan tatapan tidak suka. Sementara Seokjin menggeleng saat melihat bagaimana dua orang kesayangannya tidak bisa akrab. Sudah sepantasnya dia menganggap dua orang disana sebagai bagian dari keluarga besar. Bahkan V adalah orang yang punya kosa kata luas untuk menjatuhkan seseorang. Dia menatap V lebih dalam dengan wajahnya mendekat langsung tanpa aba-aba. Tentu saja dia yang peka langsung mundur untuk menghindar dan dengan mata salah tingkahnya V enggan menatap langsung.
"Buktinya aku menusuk mu. Haruskah kau sadar bahwa siapa yang kau katakan kekalahannya hari ini. Dan itu kau, jadi jangan membuat masalah. Aku akan membantumu untuk menyelesaikan masalahmu." Seperti seorang dukun yang berani menebak apa yang seharusnya Seokjin tak tahu. V langsung duduk tanpa banyak bicara, dia sendiri akan memikirkan prioritas mana yang dipilih.
"Kau tidak tahu masalahku tuan Kim Seokjin bangsat!" Memberikan satu ungkapan judesnya dengan tangan menunjukkan betapa dia kesal setengah hidup pada makhluk ciptaan Tuhan di depan matanya. Seokjin seperti tidak menyadari kesalahannya dan mengambil salah satu keripik di meja.
"Jika kau tidak punya masalah, seharusnya kau tidak memintaku menambah ronde."
Mendadak arah pembicaraan ini lebih dewasa, membuat namja muda itu meringsut malu. Akankah dia menutup kemungkinan yang ada? Sementara di sini, dia adalah salah satu korban dari obat perangsang. Yoongi adalah pelaku sebenarnya.
"Aku tidak ingin berdebat lagi, anggap saja apa yang terjadi hanya mimpi. Dan kau, aiissshhhh.... Kuharap kau lebih lembut, karena aku yakin wanita akan lebih tersakiti." V merasa bahwa dia harus memberikan sedikit nasihat. Jika dia manusia jahat dia tidak akan mungkin diam, tanpa tahu bahwa Seokjin tersenyum karena ada memperhatikannya.
V ingin melempari keduanya dengan remote televisi satu-satu. Tapi dia sudah lelah dengan pinggang yang pegal, hanya saja satu hal pasti. "Apa kau pernah menyentuh adikmu? Kau bilang Taehyung adikmu, tapi kenapa kau malah mendesah atas namanya?"
Sejenak terdiam dengan Yoongi berhenti menyentuh layar ponsel di depan matanya. Dia tidak salah mendengar bukan? Sementara disana melirik wajah Seokjin yang diam berfikir. "Aku bahkan tidak tahu tapi kurasa, kau sangat menyukai Taehyung. Oh, apakah dia juga sama sepertiku? Ingat ya, kau melakukan kesalahan padaku. Kau menikmati tubuhku tapi nama orang lain kau sebut!"
Akankah dia mengatakan hal itu dengan gamblang lagi? Sementara dia sedikit muak saat mengingat hal itu. Dia juga tidak sadar bahwa Yoongi sudah memberikan kodenya untuk tidak banyak bicara membawa nama Taehyung. Bukan anggukan yang di terima tapi malah V sendiri mengulas senyum liciknya.
"Kalau kau tidak hilang kendali, kau pasti akan mendesah kan namanya berulang kali. Aku akui kau gila tapi aku juga tidak menyalahkan mu. Sebaiknya katakan saja pada dirimu sendiri untuk tidak membebani dirimu." Dia menyodorkan botol soda di depan Seokjin, apa yang dikatakan V juga bukan suatu kesalahan. Hanya saja dia bicara akan hal itu dengan bahasa keras.
Mungkin sedikit menohok tapi sedikit benar, Yoongi tidak jadi memarahinya karena rasa simpati V terhadap kawannya. Tidak pula menyalahkan karena pada dasarnya semua itu memang sudah terjadi, Taehyung adalah bagian terpenting pada kehidupan masa lalu kawannya. Tapi alasan juga kenapa Seokjin menjadi sekarang.
"Aku tahu kau menyimpang tapi bukan berarti aku menyalahkan mu. Jika aku menghujatmu, aku akan mendapatkan kejahatan yang sama seperti mereka. Nikmati saja karena aku yakin manusia sudah mendapatkan porsi balasannya masing-masing."
Dengan cepat dia meneguk habis obat pengar itu, meminum nya dengan cepat tanpa tahu bahwa rasanya sedikit menusuk. Dia tidak suka rasa mint tapi dia tidak ingin mabuk dan menggila. Yoongi menoleh ke arah kawannya dan menepuk pundak itu. "Kau tak apa?" Pertanyaan sebagai bentuk sebuah perhatian padanya.
Yoongi memang tidak bisa memahami perasaan terdalam manusia tapi dia pandai menebak dengan suatu gelagat. Jika memang Seokjin tidak nyaman dengan keberadaan V dia bisa mengusirnya dan minta untuk tidak kembali. Hal itu terbaca oleh Seokjin, bagaimana niat baik Yoongi untuk membantunya.
"Tidak apa, tapi jangan buat dia menjadi seolah diasingkan. Dia masih labil dan aku memang salah. Terima kasih aku tahu bahwa yang kau lakukan padaku sebenarnya baik."
Dia bangun untuk menenangkan diri, tanpa ada satu balasan kata untuk V. Pergi dengan tenang seolah dia memang tidak melakukan kesalahan apapun, membuat namja muda itu muak dan semakin tidak paham akan jalan pikiran Seokjin. Tapi Yoongi berbeda, dia meminta agar V melanjutkan pekerjaan tertundanya. Jauh dari kata santai saat dia menjatuhkan berkas di pahanya, membuat reaksi tanda tanya besar untuknya.
"Lanjutkan saja aku akan mencari makan siang, dan aku minta maaf." Cara halus tapi menohok, seolah disini V adalah pembantu bergaji besar. Dengan sedikit malas efek dari kegiatan panas itu dia masih berusaha untuk tidak menyalahkan satu hal.
Fokus....
Semoga saja apa yang dia katakan tidak terlalu menyakiti, dia memang seperti itu tabiatnya. Tidak ada yang di permasalahkan sebenarnya.
.
Datang ke tempat ibadah, sebuah gereja dimana dia ingin menunjukkan bahwa dia membutuhkan Tuhan. Bahkan sudah lama kaki itu tak melangkah di tempat ini. Dulu dia sangat rajin tapi sekarang dia seperti tidak ada kesempatan untuk datang kesini. Hingga terdengar suara pendeta yang sedang memberikan ceramahnya.
Dia mengambil duduk di area sedikit belakang, dimana ada lumayan banyak yang masuk ke sini untuk mendengarkan kiat-kiat keagamaan. Dulu saat kecil dia dan Jungkook ke sini, mendoakan kedua orang tuanya agar bisa bahagia di surga. Mereka juga rajin ikut dalam simpony keagamaan.
Dia melihat ada patung salib di depan sana dan melakukan sebuah doa dengan mata terpejam, dia ingin kedamaian hati beberapa menit saja itu pun sudah membuat dia bahagia. Sadar atau tidak V juga duduk di sampingnya dengan menggunakan jubah kesayangannya dengan motif macan kumbang.
"Berdoa yang khidmat agar Tuhan mendengarmu." Bidiknya dengan jelas bahkan dia mengulas senyum, hal itu dilihat oleh Seokjin dan dijawab dengan diam tanpa ada sepatah kata keluar. Sekarang jam tiga sore dan Taehyung sudah menyelesaikan pekerjaannya selama dua jam.
Dia ingin bertemu dengan namja di sampingnya di rumah tapi karena tidak tahu dia pergi ke gereja hingga pada akhirnya dia menyusul.
"Kau datang kesini dengan siapa?" Seokjin berbisik dengan melihat pendeta disana masih memberikan pencerahan pada umat lainnya. Sementara V tersenyum manis dengan memberikan satu kotak tisu. "Aku datang sendiri tadi dan sekarang duduk bersamamu." Cara bicara yang santai tanpa ada nada sadis seperti dua jam lalu.
Seokjin kagum dengan perubahan V, dia bahkan mengatakan sesuatu mengenai sebuah perubahan manusia dalam situasi. "Kau bicara santai dan lembut padaku di tempat ibadah, tapi di luar sini cara bicaramu liar."
"Tentu saja karena aku berilmu dan etika ku bagus. Kau tidak tahu bukan? Kalau aku salah satu anak yang pernah ikut menyanyi di gereja ini. Selamat karena kau orang pertama yang tahu soal itu." V memberikan tangannya seperti sebuah salam perkenalan, disini nampak damai hingga kesalahan yang tadi dia lupakan sejenak.
Sok mengangguk paham, padahal sebenarnya dia juga tidak bertanya soal itu. Dia merasa senang saja karena V mengajak dia bicara jika pada mulanya dia yang mendapatkan tingkat judes luar biasa.
"Kalau begitu tunjukkan padaku lain kali bagaimana kau menyanyi lagu rohani." Seokjin berbisik lagi, dia memberikan sebuah cokelat kacang berukuran sedang. Seperti sebuah transaksi penukaran barang dengan barang. Mereka melakukannya tanpa mengganggu jamaah lain. "Kapan-kapan oke, jika aku mendapatkan kesempatan. Karena usiaku sudah bukan lagi bocah."
Dia menepuk dadanya seperti melakukan sebuah janji, dia sangat percaya diri dengan ungkapannya. Di sisi lain dia melihat sisi lembut Seokjin jika merasa tenang, tapi sisi menyebalkan juga ada saat dia benar-benar membuat emosinya naik turun. Gelombang itu tak sama tingginya seperti sebelum, hingga dengan jelas ada ikan tersangkut di jala nelayan. Butuh waktu beberapa menit untuk melepaskannya tapi jika itu manusia.
Maka akan butuh waktu lama untuk mengembalikan dia pada seharusnya.
"Kita lihat apa rencana Tuhan, semakin kau rajin ke sini maka kau akan semakin sadar. Aku tidak akan menuntut suatu hal yang sama-sama kita senangi melakukannya. Terima kasih karena permainan mu hebat."
Bukankah ini semboyan ketulusan V untuk mengatakan sesuatu yang memang harus dikatakan? Lalu pada akhirnya semua itu adalah suatu jawaban bagi Seokjin karena memang dia membutuhkannya. Keduanya tersenyum dengan melanjutkan kekusyukan mereka berdoa.
Sadar bahwa mengatakan suatu aib di tempat suci bukan perkara baik. Setidaknya mereka sadar bahwa setiap manusia membutuhkan Tuhan, dan Tuhan hanya membutuhkan mereka yang membutuhkannya. Siapapun tak tahu dengan pasti akan dimana akhirnya karena mereka tahu bahwa sebenarnya apa yang mereka lakukan adalah sebuah dosa besar.
Ngomong-ngomong disini ada seorang wanita yang melihat V dengan wajah penasarannya. Dia juga tidak mengajak bicara atau apa hanya saja merasa bingung dengan kehadiran seseorang yang tengah tersenyum disana.
Sadar bahwa ada yang memperhatikannya membuat V langsung menoleh, kedua matanya awas ketika mendapati wanita dengan kacamata hitamnya. Karena ini gereja namja muda itu menahan diri untuk tidak bertindak bar-bar.
Acara tersebut berlangsung setengah jam dan memang memberikan pengaruh positif yang besar. Keduanya keluar dengan perasaan bahagia dan tenang, terutama bagi Seokjin seakan mendapatkan pencerahan.
"V aku merasa bahwa seperti terlahir kembali." Ungkap bahagia dengan tepukan di tangan seperti anak kecil, hal itu baru dia lihat ketika seorang pria berusia hampir tiga puluh tahun melakukan hal itu. "Benarkah? Tapi bukan berarti dosa mu hilang. Ingat dosa manusia dewasa itu lebih banyak ketimbang anak kecil." Celoteh masuk akal dan pantas untuk di pikirkan. Sementara Seokjin hanya bisa meringis menanggapi nya.
"Aku tahu bahwa aku salah, tapi aku kan tidak sadar. Seharusnya kita bagi dosa dengan Yoongi ya. Dia membuat kita seperti itu."
Hal gila tapi V setuju akan hal itu di sisi lain dia juga menyadari bahwa dia juga punya dosa sebesar gunung mungkin. "Jika bisa aku lakukan, sudah aku melakukannya sejak tadi. Hanya saja setiap manusia punya dosa walau itu dengan cara berbeda."
"Entah kenapa aku cukup setuju dengan cara bicaramu." Dia merangkul namja itu dengan akrab tapi saat dia melakukannya tangan V langsung mengembalikan rangkulan itu pada tempatnya.
"Jangan sok dekat oke, aku belum bisa menerima kebijakan intim begini." Bibirnya meringis dan mengatakan dengan nada sedikit berbisik.
Seokjin bingung kenapa untuk sekarang V lebih bijak dari setiap kata. Realitanya dia melihat bagaimana namja muda itu selalu membentaknya. Tapi saat dia berjalan santai seseorang malah berhenti dengan pandangan diamnya. V nampak melamun memikirkan sesuatu.
Anehnya dia juga ikut berhenti untuk melihat manusia itu. Sepertinya dia seperti mengenal wanita itu, dan V nampak tidak suka pada wajahnya. Apakah dia memiliki sebuah permasalahan baru dipendam? Ingin bertanya tapi tidak sopan karena V orang sentimental.
"Aku tidak tahu dengan pasti tapi, kuharap kau tidak terlalu ikut campur oke." Memberikan sebuah kode, dimana kedua mata itu nampak tidak nyaman saat dia benar-benar diganggu oleh seseorang yang seharusnya menyayanginya. "Apa yang kau bicarakan? Kau hendak mengapa?"
Pertanyaan itu hanya dibalas dengan sikap cuek V. Langkah kaki V begitu cepat dan mantap ketika mereka menapaki tanah. Entahlah hanya saja emosi itu tercipta begitu jelas saat namja muda itu menghadapi wanita di depannya sekarang. Tentu saja kehadirannya tidak terlalu membuat terkejut olehnya, kedatangan wanita itu adalah alasan kenapa V ingin mempertegas semuanya.
"Eomma, apa kabar? Aku harap kau tidak melupakan siapa anakmu." Tanpa kata panjang dia langsung mengatakan hal itu, suara hati seorang anak pada ibunya yang selalu mengabaikan dirinya juga kerja kerasnya. Ada senyuman mengulas disana, dan pakaian mewah adalah bentuk dari kerja kerasnya mendapatkan seorang suami kaya. Tak ada sambutan hangat atau pelukan sayang seorang ibu pada anaknya.
Hal itu sudah biasa V dapatkan hingga bibirnya mengulas senyum palsu. Dalam sandiwara hidup dia seperti rajanya, mengatakan bahwa dia tidak apa dan manusiawi memang jika ada sedikit rasa benci karena mendapatkan hal yang tidak semestinya dari sang ibu.
"Jangan akrab denganku, kau tahu bukan kalau aku bukan ibumu. Anakku hanya satu dan itu adalah Hena, paham."
Bahkan dengan sebutan itu saja dia paham, siapa yang tak kenal dengan Hena. Salah satu model cilik terkenal di tengah masyarakat. Dia adalah ratu iklan segala produk anak-anak merek terkenal. Bahkan V sangat senang saat tahu bahwa dia punya seorang adik walaupun dia tahu bahwa bocah itu adalah anak sambung ibunya.
"Aku tahu dan aku sangat senang, lain kali aku ingin bertemu dengannya eomma. Kau tahu aku senang dengan anak kecil." Dia tidak tahu kenapa dia ingin menangis, tapi dia tidak akan melepaskan kacamata miliknya saat V mengatakan hal ini pada ibunya. Sepertinya ada hati yang mulai goyah hingga kedua kaki itu sedikit gugup. Sang ibu tahu bahwa sesungguhnya hati sang anak remuk, tapi dia semakin senang melebihkan sesuatu untuk menjatuhkan sang anak.
"Maafkan aku tapi suamiku dan aku setuju bahwa Hena tidak boleh bertemu dengan dirimu, karena pekerjaanmu gelap aku takut anakku akan menjadi buruk jika dekat denganmu." Dia menarik poninya ke belakang telinga, ada wajah sombong disana.
Ingin membuat V cemburu dengan segala sikap sayang yang dia berikan pada putri tiri kecilnya bisa saja. V merasa bahwa apa yang dilakukan oleh ibunya adalah bentuk kesengajaan agar dia kalah. "Kalau begitu sayang sekali ya kalau Hena tidak tahu bahwa dia punya kakak tiri tampan. Aku yakin dia akan senang, tapi realitanya saat eomma menikah apakah Hena senang ya punya ibu seperti anda. Aku tidak yakin karena aku saja bekerja di jalan setan demi eomma tapi malah eomma..." Dia melirik matanya, tak ada wajah sendu atau apapun. Hanya tatapan datar dengan senyum menang.
"Eomma terlalu flat dalam hidup. Aku bersyukur kalau kau membenci ku. Karena pada akhirnya aku tidak perlu menambah dosa."
PLAAAAKKKK!
Suara itu, sebuah tamparan keras mengenai pipi. Dimana disana seseorang tengah berdiri dengan satu orang lagi terbengong. "Apa yang kau lakukan, siapa kau?!" Wanita itu berteriak lantang dengan suara keras. Saat dia benar-benar telak dan Seokjin menerimanya tamparan merah itu.
V tentu saja tidak akan menduga ada yang datang secepat itu. Padahal dia sudah siap dengan apa yang akan terjadi padanya. "Sudah aku bilang jangan mencampuri urusanku Kim!" Tangan itu menarik bahu namja di depannya. Dengan suara keras dia meminta agar Seokjin tidak lancang, tapi di satu sisi dia merasa tidak enak hati saat melihat bekas merah di pipi kanannya.
Seokjin mengatakan dengan mimik wajahnya yang tampan tapi nampak bodoh bagi V. Dia malah tersenyum dengan gampangnya seolah menganggap bahwa hal itu sama sekali tidak menyakitkan. Rasanya sangat aneh ketika dia mendapatkan perhatian kecil dari seseorang yang notabene sudah membuat masalahnya bisa saja muncul atau beres dalam sekejap.
"Maafkan aku, tapi karena disini aku saksi bisa saja aku bawa anda ke kepolisian. Anda tentu saja tahu bukan bahwa menyakiti seorang anak adalah tindakan pelanggaran hukum." Berbicara dengan bahasa yang baik dan benar. Sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia bodoh dan lemah terhadap suatu hal.
Entah kenapa wanita itu merasa tertekan dengan tatapan Seokjin yang mengintimidasi. "Aku seperti mengenalmu dan siapa kau wahai pria tampan. Kau adalah pelanggannya V?" Ibunya ingin membuat sang anak tertohok tapi sepertinya dia malah tertohok balik saat mendengar kata dari Seokjin.
"Anggap saja aku kakaknya, karena aku tahu anda bukan orang baik diantara sejuta umat manusia yang licik."
V mendengar kata itu dengan jelas, sebuah maklumat besar saat dia melihat begitu rendah ibunya di pandang sedemikian rupa. Dia ingin menolong tapi gambaran mengenai kesedihan sang ayah akibat cinta dan pengkhianatan ibunya adalah suatu hal nyata yang patut di tolong.
Merasa bahwa memang ibunya jahat dibandingkan ibu tiri sekalipun. Mungkinkah namja bernama Taehyung itu beruntung? Karena pada dasarnya dia melihat punggung pria di depannya dengan tatapan kagum.
Andai saja dia menjadi Taehyung yang punya seorang kakak sepertinya, kemungkinan besar dia akan bahagia dan mendapatkan peluang besar untuk mendapatkan impian.
Karena dia jujur tidak bisa bertahan lama dalam dunia gelap, kadang kala ada perasaan takut jika tubuhnya rusak sebagian.
.
Yoongi sibuk mengerjakan sesuatu, tapi bayang seseorang membuat dia menghentikan aksi menulisnya diatas kertas.
"Kenapa kau berhenti, tidak kah kau menyelesaikan pekerjaanmu dude?" Meski dia tidak kenal suara ini, tapi namja bermata sipit itu melihat bayangan di bawahnya. Seseorang menggunakan senjata api dan di tempelkan pada kening untuk mengancam. Dia menutup buku catatannya dan menghembuskan nafas lelahnya.
Dia sedikit terusik dengan kedatangan orang asing di studionya. Bahkan dia memang sedikit kejam jika sudah marah akibat terganggu.
"Aku tidak mengenalmu, tapi kedatangan mu bukan mencari ku. Apakah kau tahu bahwa kau tidak sopan." Dia melihat bagaimana sisi pria disana sedikit kagum dengan keberanian namja di depannya. Biasanya para korban atau orang terdekat korban akan gugup setengah mati bertemu dengannya. Tapi sekarang?
Seakan dia mendapatkan mangsa lebih menantang tapi bukan musuh utama.
"Kau saja yang mengatakan hal itu menjadi tebakan benar, kudengar kau dekat dengannya. Bisakah kau beritahu dimana dia sekarang? Aku ingin bertemu dengan Kim Seokjin." Kata-kata begitu pelan dan kentara, gigi sedikit menguning dan nafas bau tembakau adalah hal paling dibenci olehnya.
Muak!
Bahkan untuk mengatakan hal kepentingan seseorang bukan sesuatu yang mudah. "Bagaimana kalau aku tidak memberitahu. Apakah kau akan merasa rugi akan hal itu?" Satu kata terbesit membuat dia tidak suka dengan nada bicara meremehkan. Bahkan Yoongi tidak akan khawatir jika peluru itu keluar dan menembus kepalanya. Karena dia merasa bahwa hidup di dunia yang gila lebih menyakitkan ketimbang timah panas itu.
"Kau tahu, bukan hanya kau saja yang berani seperti ini. Aku bisa saja menembak kepalamu hingga pecah."
Ada senyuman besar disana dan dia membuat Yoongi menoleh untuk melihat gerangan siapa dia. Sepertinya itu bukan masalah besar karena dia tahu bahwa sesungguhnya usia adalah hal misteri di tangan Tuhan.
Yoongi juga mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah pistol yang telah dia poles dengan sedemikian rupa dan berwarna hitam mengkilat. Ada penuh timah panas yang siap ditembakkan di dalamnya. Sampai akhirnya orang yang hendak mengancam serasa di sudut balikkan.
Yoongi menaruh lubang pistol itu pada dada pria itu. Suara siulan keluar dari bibirnya seolah dia menemukan papan yang tepat untuk menghancurkan di dalam sana.
Detak jantung.
"Dan andai kau tahu juga orang asing, bukan hanya kau saja yang mengancam ku begitu. Dan sebagian dari mereka memilih tidak melakukannya, aku punya banyak keamanan dalam sistem dan kau bisa saja di tangkap pihak internal."
Dia merasa menghadapi manusia yang sudah terlatih akan pasukan militer. Melihat sekitar dan menemukan sebuah kamera disana, cctv dengan model yang dia tahu bahwa....
TNI saja bisa melihat dengan jelas dari seberang tempat. "Ini ruangan khusus dan kau berhadapan dengan orang salah. Aku mati, tapi kau tidak akan pernah lolos dari mereka yang mencari profil mu."
Dia menoleh ke bawah dan melihat bahwa Yoongi menggunakan celana seperti tentara. Tangan itu juga cukup lihai dalam menembak jitu. Seperti dia akan kalah cepat karena bisa saja gerakannya tidak menguntungkan. Biasa tapi mematikan, keahlian Yoongi begitu diremehkan karena tindakan tapi akan dianggap bagus saat hasil itu mematikan.
"Pergi atau aku tembak."
Sisi seorang Min Yoongi keluar dan tentu saja tidak ada yang tahu selain Seokjin. Itulah kenapa sebagian besar uangnya dia gunakan untuk membelikan Yoongi sebuah studio bekas. Dia tahu bahwa suatu hari tempat itu akan berguna.
Itu benar adanya.
.........
TBC...
Semakin lama semakin jelas ya konfliknya. Kalian bosan gak dengan jalan ceritanya? Apakah menurut kalian disini ada yang belum bisa dipahami?
Semoga kalian suka dan tidak merasa terganggu jika aku updete di malam hari hehehehe....
Tetap semangat dan jaga kesehatan selalu ya. Semoga semua akan baik-baik saja akhirnya.
Gomawo and saranghae ❤️
#ell
28/11/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro