
Answer (3)
(V **** POV)
'Semua terjadi begitu cepat hingga aku tak mampu berpikir, bahwa sebenarnya apa yang aku lakukan saat ini?'
Mendadak tanganku tak sanggup memberontak, tak sanggup bergerak seperti kehilangan sebuah daya. Begitu menguras energi, sepertinya terbuang percuma lantaran apa yang kulakukan selalu menghasilkan sama saja. Ya, dengan akhir yang pasti kalian tahu akan apa jawabannya.
Ah, aku jadi ingat saat aku dan appaku mengobrol bersama, menghabiskan waktu di malam pergantian musim kala itu. saat itu aku penasaran seperti apa eomma dan masa kecilku, memang aku adalah seseorang yang penasaran akan suatu hal. Dan aku memiliki kelemahan, aku lupa dengan segalanya, bahkan aku lupa bagaimana memori kanak-kanakku. Saat itu yang aku dengar dari mulut Appa aku terkena demam berdarah, yang membuatku harus terbujur lemah di atas ranjang rumah sakit selama berminggu-minggu.
Dan appalah yang menjagaku dan merawatku ketika sakit, bukan hanya itu saja appa juga memanjakanku apalagi dia akan memberikanku perhatian lebih. Ya, semenjak aku tak mempunyai eomma hanya appa disampingku, hanya dia yang menjadi penyemangatku dan hanya dia satu-satunya orang tua yang aku miliki.
Tapi...
Bisakah aku meminta bantuannya kali ini?
Aku sudah tidak sanggup menahan dan memberontak. Tubuhku terasa berat saat dengan kurang ajarnya orang gila diatasku hendak melakukan sesuatu. Sesuatu yang aku benci namun aku lakoni karena tuntutan kerja, bukan hanya itu saja. Aku benci dengan yang namanya pemaksaan, apalagi dia....
Seorang namja dengan tatapan tajam juga wajah nafsunya yang terus mengukungku, membuat diriku semakin sesak. Merasa tak sanggup melawan dirinya yang begitu kuat seorang diri. Dalam otakku aku ingin membentak dan berteriak, 'kenapa aku tidak kuat! Bukankah aku seorang namja. Dan seharusnya aku melawannya bukan?! Dan bukannya pasrah seperti ini!'
Hatiku memberontak, bibirku terus berteriak tidak mau. Tanganku bergerak brutal enggan dan juga kebencianku terhadap namja asing gila yang menganggap diriku adalah Kim Taehyung semakin meninggi.
Oh, benar aku lupa siapa aku. Bahkan aku berpikir mungkin dia sama dengan yang lainnya, menganggap kami hanyalah sebuah mainan penghilang rasa nafsu dan juga manusia dengan gelar 'sang penggoda.'
Aku tidak tahu harus apa...
Mendadak kepalaku pusing...
Aku tak mau merasakan rasa sakit ini...
Sungguh menyiksa...
Aku juga tidak mau dipaksa, aku tak menyukainya...
Aku tak suka jika orang menganggapku rendahan, meski memang aku adalah orang yang paling rendah.
Menganggapku sebagai namja pelacur adalah hal biasa bagiku, karena kuterima konsekuensinya jika memiliki pekerjaan ini.
Tapi kenapa ini berbeda? Saat dia melakukannya rasa begitu familiar, dengan rasa sakut dan kebencian besar dalam diriku. Seolah aku pernah merasakan sakitnya.
Bukan hanya itu kenapa juga tubuhku makin lemah makin melemah, awalnya aku memberontak secara membara dan menggebu. Tapi kenapa justru rasanya sangat. Entahlah... hanya saja aku merasa pasrah. Bahkan aku, hanya sebatas menutup kelopak mataku kala kedua tangannya. Ya, seperti kalian duga, aku tidak ingin menjelaskannya karena kupikir kalian memiliki jalan pikiran yang sama denganku.
Aku tak tahu....
Dan aku tak ingin tahu...
Tapi aku harap empat jam terlewati...
Dengan begitu aku bisa melepas kontrak yang tak aku duga dengan pelangganku....
Aku melemah...
Aku tak sanggup bersuara...
Memberontak saja percuma...
Mungkin diam adalah jalan terbaikku...
Mengingat jika pada akhirnya, aku akan terbangun dengan hal biasa....
Ternyata uang bisa membuatku seperti ini.
Dan sepertinya aku sudah terlarut dalam sebuah dosa yang semakin menenggelamkan diriku ini....
.
.
(Author **** POV)
Malam semakin menjelang, dentuman musik club semakin keras tak ayal jika para penari disana makin gila meliuk-liukan badan mereka. Bau alkohol makin menyengat dan para pekerja pembuat minuman disana semakin mempercepat gerakan tangan mereka saat meracik beberapa vodka. Segelas minuman haram pemuas nafsu dahaga mereka.
Balutan baju termahal mereka, dandanan nyentrik dari berbagai wanita penghibur malam dan namja yang kesepian mencari mangsa merupakan hal biasa disini. tempat penuh dosa dunia, tak akan ada malaikat yang menginjakan diri mereka disini. begitu banyak dosa disana membuat bisikan iblis bermunculan. Akal dan pikiran yang waras? Mungkin saja tidak ada lantaran terlalu tenggelam dalam surga dunia.
Panas...
Hasrat...
Menggebu...
Dan nafsu...
Energi yang tak bisa dipisahkan dari tempat ini. Juga, tempat bagi mereka yang ingin menghamburkan sebagian uang mereka. Oh... rupanya banyak jutawan hidung belang dan para jalang yang bertahan hidup di tempat ini. apakah memang para manusia seperti mereka terlanjur tenggelam dalam sebuah dosa yang berujung nikmat ini.
Mungkin memang...
Karena kalian harus tahu, tak ada manusia yang sempurna di dunia ini...
Tidak ada, dan selamanya mungkin begitu....
Kala musik berpacu dengan telinga, dan sebagian orang sibuk mengeluarkan keringat dengan kegiatan meliukan badan mereka secara sensual. Justru, disana di balik sebuah pintu kamar yang tertutup rapat, hanya ada dua manusia bergender sama, menutup diri dan menyembunyikan mereka di bangunan dengan diameter sedang dilengkapi beberapa perabotan kamar dan juga tempat tidur yang layak bagi pelanggannya.
Mungkin tempat untuk membuat sesuatu yang mampu memberikan keuntungan bagi sang pemikik club. Apalagi, disana sang pemilik memiliki beberapa primadona bukan? Ya, senjata malam yang mampu memuaskan para tamu dengan tingkat kemesuman yang luar biasa. Bisa dibayangkan berapa banyak keuntungan yang ia dapat kala menyewakan beberapa pekerjanya untuk melakoni sebuah dosa besar? Wow, sungguh luar biasa bukan? Saat uang mampu mempengaruhi segalanya. Termasuk mempengaruhi akal dan norma.
,
Deru nafas yang memburu...
Ditambah dengan suasana penuh nafsu, sementara hawa panas semakin terasa. Mereka yang sedang dikuasai nafus tak berpikiran untuk sekedar berpaling atau menghentikan nafsu mereka. Malah, semakin memberanikan diri untuk melakukan aksi yang memang dianggap tak pantas di depan norma. Tapi mau bagaimana lagi, mereka yang sudah tenggelam sudah terlanjur tenggelam dan sulit untuk menghentikannya.
Karena bagi beberapa orang hidup bagaikan roda berputar.
"Kau berbohong padaku, aku beri kau kesempatan jujur padaku. Dan aku akan menghentikannya dan akan membayarmu, hem?" sekali lagi namja dengan bibir tebalnya itu menatap intens yang muda, memberikan kesempatan bagi si pemberontak di bawahnya. Meyakinkan bahwa berkata jujur adalah hal yang mudah untuk dilakukan dari pada menerima hukuman berat darinya.
Sementara kesempatan yang diberikan yang tua diabaikan oleh yang muda bermental keras kepala di bawahnya.
"Cih, kau hanya seorang namja keras kepala yang tuli. Apakah aku harus membawamu ke dokter telinga supaya pendengaranmu normal! kau hanya namja yang terlalu frustasi sepertinya, mengingat kau terus memaksa orang asing sepertiku untuk mengakui nama seseorang yang kau kenal dalam otak mesummu itu!" V dengan kata pedasnya dan jangan lupa senyum kotak meremehkan yang sialnya sangat menawan. Tapi, tidak bagi namja dengan tatapan mengintimidasinya yang ada hanyalah...
Sebuah ketidakpercayaan.
"Kau sangat bagus melakoni actingmu KIM TAEHYUNG. Tapi, kau tidak bisa menyembunyikan kegugupanmu di depanku, hem?" oke, sepertinya Seokjin tidak menyerah terbukti dengan bagaimana dirinya lihai menghukum si keras kepala di depan matanya.
"Kau benar-benar sialan, aku sudah muak melihat tingkah pelanggan sepertimu. Hei siapa yang kau panggil Taehyung itu, apakah dia kekasihmu, atau adikmu.. ah, atau dia orang yang menyedihkan yang kau buang hah?!"
Benar-benar menguji kesabaran, dan sepertinya memang sulit. Apalagi dengan susah payah namun terkesan tenang Seokjin menahan tubuh itu untuk terlepas dari genggamannya. Tak ingin ia lepas, dan tak akan ia biarkan lolos sampai kebenaran terungkap nyata di depannya.
"Tae kenapa kau senakal ini, sepertinya dulu kau namja pendiam dan takut dengan hal yang berbau kekarasan. Tapi kenapa justru kau seperti ini? hyung tak suka melihat kau dengan pakaian menggoda dan menggoda om-om mesum disini. oh, ayolah Tae jangan bercanda apakah memang kau tak memaafkanku hem?" keyakinan yang tinggi saat Seokjin menatap begitu dalam manik mata namja yang menatap dirinya tak suka, dan jangan lupa dengan sebelah alis yang terangkat bingung.
"Sepertinya otakmu perlu diperiksa tuan Kim sialan Seokjin, mungkin kau kebanyakan melihat film biru atau meminum minuman alkohol yang membuat otakmu rusak!!" V terus saja mengeluarkan kata pedasnya tak jarang kedua tangannya memberontak meski itu sulit.
"Kau sangat lucu..." kekeh Seokjin bahkan dirinya semakin berani memberikan hukuman untuk namja yang ia kira sebagai dongsaengnya.
"Dan kau bajingan gila pfffff..."
"Diam dan renungkanlah apa kesalahanmu saeng!"
Melepas sebuah serangan mendadak, membuat bibir yang muda mencebik tak suka. Oh ayolah, V tidak suka dengan cara ini. Apalagi saat dia hendak protes dalam otaknya semua namja ataupun yeoja sama saat terselubung nafsu yang menggila. Sama-sama tak waras dan berbuat semaunya.
"Yaaakkkk jangan menciumku sialan. Kau pikir aku apa, lepaskan aku dan hentikan omong kosongmu yang tak waras ini!!!"
"......" seakan tahan dengan rengekan protes tak membuat Seokjin berhenti begitu saja, malah dirinya semakin berani membuat V dia.
"Aku tak akan memafkanmu. Tak akan pernah sialan!!!"
Dan sepertinya kata-kata itu sebagai angin lalu saja...
Saat semuanya benar-benar terjadi, oh... sepertinya tercium bau menyimpang disini. Apalagi si pemberontak tak sanggup memberontak kala nafsu menguasai pikirannya dan juga...
Dosa yang menenggelamkannya di lubang hitam yang penuh dengan kenikmatan semata.
Melakukannya meski dengan paksaan dan juga kegiatan yang di beri nama 'hukuman.'
Menimbulkan air mata bagi yang muda, juga rasa sakit yang sesekali ingin menghabisinya. Menyiksanya bagaikan sebuah mainan yang hanya berguna sementara. Tak menghiraukan bagaimana protesan kecil juga suara yang terkesan pilu namun lirih. Ya, yang tadinya memberontak kini hanya bisa pasrah, menunggu waktu menjelang pagi dengan uang yang akan ia terima. Demi sesuap nasi dan kehidupan dia harus melewati semua ini? benar-benar tak ia sangka. Tapi, bukankah ini kehidupannya.
Saat ini V hanya bisa pasrah, tak tahu mengapa dayanya semakin hilang dan hilang. Mungkin membiarkannya melakukan hukuman yang tak beralasan adalah jawaban terbaik menurutnya. Meskipun pada kenyataannya ia harus menggigit bibir bawahnya kala sakit menyerang dan juga menahan hasratnya untuk tidak jatuh dalam nikmat yang dibuat pelangganya. Ini tak mudah memang saat kau terjebak diantara rasa sakit atau candu yang begitu nikmat.
V berpikir...
Inikah hukuman, atau sebuah hadiah untuknya?
Entahlah....
Tak ada jawaban untuk pertanyaan diatas.
.........................
Canggung...
Adalah hal pertama yang dirasakan...
Tak terdengar suara musik yang menggema dan juga beberapa pelanggan yang berhura-hura di luar sana. Yang ada hanya suara sepi dan cicitan burung di pagi hari, dan untungnya club tidak dikunci mengingat begitu banyak pelanggan yang menginap di tempat ini. termasuk mereka,
"Apakah sakit?"
Melihat seseorang yang duduk membelakanginya dengan pakaian malamnya yang sudah lengkap ia kenakan meski sedikit berantakan memang apalagi rambutnya yang mencuat beberapa. Dan lagi wajah pucat dan juga tubuh yang sedikit oleng saat mencoba berdiri, membuat si pelaku ingin sekali membantu yang muda.
"Kau pikir saja sendiri dasar brengsek! Namja sialan!!"
Hanya kata pedas yang ia terima, berjalan dengan sedikit sempoyongan dan tertatih meski ia tak meminum alkohol atau terkilir kakinya lantaran jatuh. Membawa sebuah sepatu di tangannya dan sesekali menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Mungkin pulang dan berendam di air panas akan membuat tubuhnya yang remuk menjadi lebih baik, atau berasantai dan menghabiskan penghasilannya adalah hal yang baik.
"Maafkan aku, malam itu aku-"
BRAKKKK!
Oke, suara bantingan pintu yang keras telah membuat ucapan itu terhenti seketika. Bayangkan saja bagaimana marahnya seorang V saat ini. tak mempedulikan ocehan pelanggan yang menurutnya sangat memuakan. Memilih pergi dengan hasil yang cukup banyak. V berpikir bahwa meninggalkan pelanggan dengan dompet yang ia kuras habis adalah jalan terbaiknya apalagi, dia sudah melakukan pekerjaan dengan baik bukan?
"Yaaaakkk apa yang kau lakukan Seokjin, aishhhh..."
Rambut yang sedikit berantakan semakin berantakan kala tangannya bergerak frustasi, sadar akan kesalahannya tak mampu membuat dia memutar waktu. Jangankan memutar waktu menyelamatkan hal di masa lalu ia tak sanggup.
Berpikir bahwa apa yang ia lakukan semalam adalah sebuah....
Ketidaksadaran yang tak mampu ia bendung.
Mengatur nafas dan menenangkan dirinya, mencoba berpikir jernih meski otaknya telah banyak adegan kotor yang berseliweran. Tak ia bayangkan jika akhirnya hukuman yang ia lakukan akan sejauh ini. oh ayolah hanya sebuah memancing justru ia mendapatkan ikan yang sangat besar? Bukan hanya itu saja, bahkan dia melakukannya dengan gila. Ingat gila! Membuat ada manusia yang terluka karenanya...
Apakah Seokjin melakukan kesalahan lagi?
Dan sungguh ia tak sengaja melakukan hal itu.
"Apa yang aku lakukan?" hanya menutup mata dan mengusap kasar wajah lelahnya, dan jangan lupa penampilannya sisa pertempuran kemarin malam.
"Aisshhhh sialan!!"
.....................
Ceklek...
"Aku pulang..." suara yang begitu lelah memang apalagi dia memaksakan tubuh remuknya untuk melangkah masuk ke dalam. Mengabaikan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.
Mendengar suara sang anak, membuat seorang pria dengan apronnya keluar. wajah bersih dan cukup berseri meski usianya sudah menua ditambah lagi dengan baju rapinya, membuat dirinya yang masih disibukan dengan kegiatan memasaknya sedikit tertunda guna menyambut kedatangan anaknya yang telah pulang.
"V? Apa yang terjadi ada apa denganmu kenapa kau terlihat kacau?" sedikit heran memang apalagi melihat sang anak kesayangan yang pulang dengan penampilan berantakan. Bayangkan saja pakaian yang sudah lecek, dengan rambut coklat sang anak yang berantakan dengan kelopak mata berkantung dan sembab dan jangan lupa wajah kelelahan sang anak menambah kesan miris padanya.
Kaus kaki hitam yang terbalik dengan sepatu yang V tenteng, apalagi dengan jalan layaknya orang pincang. Dengan otaknya yang cerdas sang ayah sudah tahu jawabannya dan ini pasti perbuatan pelanggan sang anak.
"Appa...."
Mencebikan bibirnya layak anak kecil, memberikan tatapan memelasnya berjalan beberapa langkah seperti seekor pinguin mengingat nyeri masih menempel padanya. Tak membiarkan dirinya nyaman sekalipun.
"V? Kau baik... kenapa kau sembab. Apa pelangganmu kasar denganmu. Katakan pada appa siapa yang berani kasar dengan anak appa hem?"
Meski sang anak berkerja di dunia gelap, sang ayah tetap saja mempedulikan keadaan sang anak. apalagi sang anak adalah salah satu orang yang telah berjasa dalam memenuhi ekonominya. Mengingat dirinya hanyalah seorang pedagang kecil yang pas-pasan dengan bantuan sang anak yang bekerja di setiap malam, mencukupi kebutuhan dengan gaji besar sang anak dan juga uang dari keringat dia berjualan.
Tak dipungkiri memang jika keduanya sama-sama berjuang keras meski dengan jalan berbeda..
"V lelah appa, rasanya sakit...." Ucap V memelas, ditambah wajahnya yang hendak menangis lantaran sakit dan lelah menghantui tubuhnya. Berjalan beberapa langkah saja V tak sanggup, rasanya....
BRUUKKKKK!!!
"Astaga V??!! Sadarlah ini appa! V buka matamu hei, kumohon jangan buat appa khawatir, V??!"
Baru saja sang ayah hendak membantu sang anak ke dalam rangkulannya justru sang anak sudah ambruk terlebih dahulu. Membuat suara benturan terdengar dan beruntungnya sang anak jatuh di atas sofa yang empuk dan cukup besar mengingat jika sang ayah dengan marga Kim-nya belum sempat menangkap sang anak semata wayangnya.
Panik tentu saja...
Apalagi tubuh V terasa panas diindra kulitnya.
"Ya ampun anakku demam, aigoo V kau ck."
Kesal tentu saja...
Ternyata sang anak sepertinya memaksakan tubuhnya, membuat kelelahan luar biasa dan berujung dengan demam. Dengan sayang sang ayah mengangkat tubuh sang anak, membawanya masuk ke kamar dan melakukan hal lainnya. Seperti mengganti pakaian sang anak dengan baju hangat dan juga mengompres sang anak agar demamnya mereda.
"Kau anak kesayangan Appa, tak akan Appa biarkan kau sakit hem."
Oke, sepertinya ada yang aneh dengan ucapan dan juga suara serak dari sang ayah. Apakah kalian merasakannya juga?
..............................................................
Yoongi yang sedari tadi menikmati permennya, hanya menatap datar ke arah namja yang duduk di sampingnya. Meninggalkan permainan game ditangannya dan megalihkan atensinya sebentar ke arah wajah frustasi tanpa bersuara itu.
" Jin hyung ada apa denganmu? Kenapa kau terlihat gelisah?"
Sepertinya Yoongi memulai percakapan ini apalagi, ia merasa aneh dengan sikap sang sahabat yang hanya diam dan juga aneh.
"Yoongi?"
Seokjin bersuara, berniat mengatkan hal yang mengganjal di hatinya.
"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"
Jangan salah, Yoongi adalah salah satu penganalisis situasi yang baik. Bahkan dia hafal betul bagaimana sikap sang sahabat sekaligus namja yang ia anggap sebagai hyungnya jika seperti ini.
"....."
"Jangan menyembunyikan kegelisahanmu Jin hyung aku tahu dari tatapan bingungmu."
Mencoba memberikan keyakinan melalui tepukan di pundak yang lebih tua.
"Ak...aku bertemu dengan seseorang." Ucapnya tak lupa dengan tatapan datar ke depan. Melihat jendela yang terbuka dengan tirai yang bergerak melambai.
"Siapa?"
Penasaran, dan memang benar....
Apalagi untuk pertama kalinya, Yoongi melihat senyum tipis di wajah Seokjin saat ini. mengingat senyum tipis yang berbeda dan tersirat akan sesuatu belum pernah ditampilkan olehnya. Semenjak Jungkook pergi dan Taehyung yang...
Dikabarkan meninggal.
"Taehyung, aku bertemu Taehyung. Dongsaengku... dia masih hidup Yoon, dia..."
Menghentikan ucapannya, memberikan senyumannya menatap sang sahabat dengan semangat dan juga rasa keyakinan yang begitu besar nampak dalam jiwanya. Dan Yoongi mampu merasakan karena dia adalah sosok yang peka mempunyai watak yang dingin.
"Kau tidak bercanda kan hyung? bukankah waktu itu dia..."
"Tidak... aku tidak bercanda, bahkan semalam aku menghukumnya."
Menggigit bibir bawahnya jangan lupa eksppresi yang Yoongi saja bingung mau menjelaskannya apa. Sepertinya Seokjin mengingat kejadian semalam, membuat dirinya tak sadar memasang ekspresi yang entahlah....
Seperti menggoda mungkin.
"Apa kau?"
Menebak sesuatu meski kemungkinan 50% salah, tapi Yoongi tahu bagaimana Seokjin yang sekarang. Semenjak ingatan sang sahabat pulih Seokjin masihlah Seokjin yang sama dan tidak berubah. Tetap kalem tapi mematikan, terlihat anteng namun dengan nafsu yang tinggi, apalagi salah satu namja yang digandrungi beberapa Yeoja di luar sana.
"Tentu saja, bukankah kau mengenalku Yoongi sahabatku?"
Dan Yoongi hanya bisa memaklumi bagaimana tingkah namja di sampingnya itu.
"Ck, kau tak pernah berubah. Kau dan nafsu gila hah sudahlah, aku mau melanujutkan game ku." Memegang psp nya kembali menikmati permennya dan menatap datar layar televisi dengan mata sipitnya.
"Ck! Kau ini mania game. Sini aku akan melawanmu, dan yang kalah harus mentraktir daging bulgogi yang besar!"
"Oke, dan kau yang akan mentraktirku hyung."
"Hahaha sialan kau Min!"
"Justru kau yang lebih sialan Kim!"
Oke, sepertinya dua namja tampan ini sibuk dengan dunia fantasi mereka. Saling mengalahkan untuk mendapatkan daging besar yang enak tentunya.
..............
.
.
.
"Appa gendong."
Mangangkat tangannya, meminta pada sang appa agar mau menggendongnya. Oh jangan lupa dirinya bagaikan anak kecil yang merengek minta di gendong.
"Aishhhh kenapa kau manja sekali heh?"
Sang ayah hanya menggeleng setelah menaruh mangkuk kosong bekas di meja sang anak. melihat tingkah sang anak yang sekarang manja meski demam.
"V jangan manja, atau kau tidur karena appa lihat kau masih lemah. Tidurlah agar demammy turun ya." Nasihat sang ayah pada anak kesayangannya.
"Appa, pantatku masih sakit. Jadi tolong ya gendong aku sampai ruang tv. Kartun kesayangan V bentar lagi tayang appa aku tidak mau tertinggal walau satu menitpun."
"Kau kan hanya melihat spon, bintang laut dan gurita yang tinggal di rumah nanas. Kenapa kau suka sekali dengan kartun seperti itu."
"Aisshhh... appa film itu mendidikku lagipula, aku tidak seperti appa yang melihat film adegan saling membunuh dan film horor barat. V lebih suka dengan kartun yang lucu menggemaskan. Apalagi V akan melihat kartun dua anak botak dari malaysia." Celoteh V dengan segala kepolosannya.
"Kau seperti bocah, V."
"Uhhhh appa, please... help me appa..."
"Hhhhhh.... untung appa sayang padamu V."
Mau tidak mau akhirnya sang appa, membantu sang anak. tak tega saat melihat rengekan dan wajah sedih sang anak yang penuh akan modus itu.
Dan V dengan senang hati naik ke punggung sang Appa, tersenyum bangga dan berteriak dalam hatinya dengan mengatakan.
'akulah Juara.'
......................
"Sebenarnya siapa Kim Seokjin itu?"
"Kenapa V, kulihat kau begitu kesal sekaligus penasaran dengannya."
"Ani, Yoona Nuna. Hanya saja aku penasaran."
"Kau terlihat berbeda dengan namanya seorang pelanggan, kau tidak pernah sepenasaran ini."
"Kalau begitu aku akan berikan informasi sedikit tentangnya yang aku dengar dari orang-orang."
"....."
"Dia namja gay dan juga namja pemuas jalang wanita yang dibayar dengan harga mahal. Bahkan dia mempunyai dua adik..."
"Apa?"
"Kudengar dia kehilangan dua adiknya, yang satu kabur dari rumah dan yang satu meninggal karena tenggelam saat menolong dari percobaan bunuh diri."
"Bunuh diri?"
"Iya, karena aku dengar dia berbuat bejad dengan adiknya."
V hanya bisa melongo, saat mendengarkan informasi yang tak terduga dari sahabatnya itu. apalagi baru ia tahu bahwa...
Ternyata pelanggan menyebalkan menurutnya mempunyai masa lalu yang....
Sungguh di luar pikirannya.
.
Duduk disini... di dalam Club setelah tiga hari setelahnya V melakoni pekerjaan kelamnya.
"Aku mencarimu ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu."
"Ada apa Tae?" mengulas senyum manis di bibir tebalnya yang mampu membuat siapapun pasti meleleh kala melihatnya.
"Panggil aku V, tuan Kim Seokjin!" tegas dan ekspresi datarnya.
"Kim Taehyung kenapa kau-"
"Kim jungkook."
Tiba-tiba saja Seokjin menghentikan ucapannya, saat mendengar namja muda di depannya menyebut nama seseorang yang berarti dalam kehidupannya sebagai seorang kakak.
Nama yang menjadi penyemangat hidupnya dan juga atensi kesayangan untuknya.
Membuat senyum manis itu menjadi mimik wajah menahan emosi. Dan justru V, mengulas senyum tipisnya. Senyum yang tersirat akan...
Kemenangannya...
"Dari mana kau tahu nama itu?"
Tatapan serius dan jangan lupa dengan...
Tatapan ketidaksukaan Kim Seokjin dengan namja yang dipanggil V itu.
"Aku tahu tentangmu karena aku lebih banyak memiliki koneksi informasi jika kau tahu. Dan lagi enyahlah dari hadapanku, jangan memanggilku dengan nama menjijikan yang tak aku kenal itu."
Mendengar ucapan V membuat Seokjin menggertakan giginya kesal dan mengepalkan kedua tangannya.
Hingga...
"Jangan panggil V jika aku tak bisa membalas perbuatanmu."
"Apa yang kau inginkan V!!"
Aura ketegangan muncul, dan V hanya mengumbar senyum manisnya di wajah tampan dan cantiknya secara bersamaan.
Perlahan tangan itu bergerak, dengan V yang mendekat dengan gerakan perlahan dan wajah menggoda. Memegang dagu yang lebih tua dan tersenyum meremehkan sembari mendekat dan semakin mendekat. Membuat jarak diantara mereka, tak lama bibirnya sampai di sisi telinga dan membisikan sesuatu di telinga yang tua.
Membuat Seokjin menggertak giginya tak suka. Ya, ucapan lirih bisikan bagaikan maut dari yang muda dan yang terakhir senyum meremehkan. Membuat Seokjin berpikir bahwa...
Namja di depannya memang bukan Taehyung tapi...
Seorang V dan Taehyung bukanlah V...
"Sialan!"
"Dan kau namja yang bodoh Kim Seokjin. Ah, atau aku panggil Jin hyung, hem?"
Dan sepertinya Seokjin salah menganggap jika V adalah Taehyung. Meski hatinya berbicara tapi kenyataannya... Taehyung dalam versi V lebih licik dan mematikan dari sebuah pisau yang pernah menggores tangannya. Dan kini ia melihat secara langsung siapa V dan juga bagaimana tabiat namja dengan wajah mirip adiknya.
Yakin atau tidak....
Meyakinkan bahwa....
V balas dendam untuk hukuman kemarin...
"Jangan menggodaku atau kau akan menerima hal buruk V."
"Hohoho, justru menggodamu adalah kesenangan untukku Jin Hyung atau Tuan Kim Seokjin."
V apa kau bersungguh-sungguh?
Lalu apakah jawabanmu Seokjin?
.....................
Tbc...
Hai semua kembali lagi dengan chap ini? btw siapa yang dah nunggu ff ini? apa kalian dah puas dengan jalan cerita yang aneh bin ajaib ini? maaf jika alurnya kecepetan soalnya author ngejar target wkwkwk...
Maaf kalau banyak typo, maaf kalau banyak yang receh atau gaje. Maaf kalau hasilnya belum maksimal. Aku usahakan next chap lebih baik lagi.
Ingat ya nih ff lebih berat kasih peringatan ajjah kalau gak kuat juga gak papa jangan dipaksain nanti berat :v wkwkwk....
Sampai jumpa di next chap ya...
Salam hangat hari raya buat kalian...
Gomawo and saranghae...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro