Ambisius (chapter 7)
" Gelap tak berujung dia datang di tengah kegelapan hati yang melanda dia bukan malaikat, ataupun iblis hanya manusia yang datang dengan segala pertanyaan siapa aku dan dia juga melihat siapa aku. Sesulit itukah untuk menghindar darinya, aku seperti terjebak dalam sebuah mabuk."
.
.
.
(Author **** POV)
Siapa yang menduga jika sampanye itu akan merusak lidahnya saat rasa dan kekentalan itu begitu pahit hingga tenggorokan. Dia bahkan memejamkan matanya sebentar saat ingin menyembur rasa sesat yang mendulan seteguk dalam mulutnya. Ternyata minuman setan tak seenak minuman surga, apakah itu sebuah petuah atau kiasan semata. Sementara di hidup dan masa mudanya yang dia jalan tiga tahun lamanya dia hanya bisa melakukan hal sia-sia dan tak ada maksut untuk berubah.
Dia seperti mendulang lotre untuk masuk ke dalam gerbang neraka dan membiarkan dirinya terbakar disana. Siapa yang menduga akan seperti ini saat dia bosan dengan teman tidurnya, dia mengabaikan Yoongi yang sejak tadi memainkan play stationnya dan justru tak menggubris kesibukan sesat temannya untuk apa dia mengatakan jangan dan melarangnya jika pada akhirnya dia tidak berubah dan sengaja melakukannya untuk menghilangkan rasa yang katanya 'jenuh' itu.
"Kau tidak meninggalkan minuman jahatmu dan bermain psp bersama kau akan merasa hidupmu berwarna dengan memenangkan satu saja permainan, Jin hyung." dia memberikan satu psp pada yang tua tapi hanya dijawab dengan senyum meremehkan yang tentu saja tak diindahkan oleh Yoongi lantaran dia sudah hafal bagaimana brengseknya sang sahabat.
"Kau sudah tau, aku tidak butuh." Dia menggeser dengan sedikit kasar dan mengambil sekali lagi botol bir itu untuk mendekat di pangkuannya bahkan dia ingin kerasukan oleh rasa mabuk yang mungkin saja bisa mematikan setiap sendinya sesaat. Dia ingin mematahkan tulangnya dengan jahatnya alkohol yang akan membuat dia kehilangan kesadaran.
Yoongi hanya bisa membulatkan matanya malas saat melihat kelakuan dan tingkah Seokjin yang kehilangan akal dia tak waras dan akan membiarkannya jika dia merasa lelah dia akan berhenti. Akan tetapi manusiawi jika dia mempunyai rasa kemanusiaan saat melihat hal melebihkan seperti itu terjadi. Dia pun mengambil botol yang masih setengah itu dan tentu saja menaruh dari jangkauan Seokjin yang lantas berteriak tak suka, ingin menggapai serta mengambilnya akan tetapi kepalanya di tahan dengan telapak tangan.
Dia seperti menahan seorang anak kecil yang nyatanya tingkah bocah yang tersembunyi dalam tubuh dewasa. Jin tentu saja memberontak dia tidak suka jika minumannya diambil dan berusaha mendapatkannya meskipun tangannya mulai nakal bergerak menampar wajah namja pucat itu. Sayangnya dia tidak mendapatkan apa yang dia mau dan justru dorongan mentah yang didapatkan, dia kehilangan kewarasan setengah dengan kedua mata yang belum terlalu mengabur.
"Kunyuk sialan berikan aku itu." tunjuknya dengan kepala yang bergerak ke kanan dan ke kiri dia merasa bahwa lantai berputar dan dunia seperti mempermainkannya akan tetapi dialah yang bodoh karena merasa kehilangan kesadaran akibat minuman keras itu. apa daya itu adalah favoritnya, seteguk nikmat dan dia ketagihan.
"Kau seharusnya urus jalan itu sialan, kau membawanya ke kamarku dan lihatlah kalian berdua sungguh yaaakkkk sialan!" dia memang menahan protes itu, bukannya dia pelit atau apa tapi apa pantas mereka melakukan hal bejat seperti itu di rumahnya. Dia juga bisa melakukan tindakan pengusiran tak beradab. Akan tetapi sekali lagi dia memuiliki sifat manusiawi yang baik meskipun kebaikannya terlihat secuil.
Memang tak ada adab baik dalam segi kehidupan dan juga kelakuan dia memang ingin mati akan tetapi sepertinya Tuhan enggan menerima arwahnya. Memilih menjalankan kehidupan menyedihkan dengan segala masalah yang dia sembunyikan dengan minum. Seokjin tak pernah ingin hidup seperti ini meskipun dia sudah terlanjur, dia hanya ingin membalas masa lalu yang buruk dan menebus kesalahan.
"Kau memikirkan Taehyung atau memang hidupmu yang menyedihkan. Kau sudah mau mabuk dan kenapa kau masih merengek Jin hyung." Yoongi melirik dengan sinis namja lebih tua tersebut dia masih menikmati game perangnya itu meskipun nyawa dalam game tersebut tinggal setengah, dia juga sedikit bergumam kesal karena tidak mendapatkan nyawa tambahan. Jin memang mengerucutkan bibirnya dia tak suka pertanyaan itu akan tetapi kenapa tebakan temannya ini begitu tepat.
Mau tak mau dia akhirnya menyandarkan kepalanya tanpa disadar dia ingin curhat, akan tetapi sebelum dia mengeluarkan ucapannya Yoongi menyingkirkan kepala di pundaknya. Dia juga merasa bahwa Seokjin terlalu mellow, akan tetapi dia juga mengalah jua saat namja berbahu lebar itu kembali menaruh di pundaknya tanpa rasa bersalah.
"Jangan lupa usir jalang itu, saat aku berbaik hati membiarkanmu bersandar jujur kau akan membuatku kalah hyung." Yoongi membuat keputusan sepihak bahkan dia menyumpahi wanita yang sedang tidur dengan lelap di ranjang sebelah sana, demi apapun dia akan membakar kasur itu agar tidak ada bekas wanita yang baru saja melakukan dosa besar dengan sahabatnya itu. Dalam diam Yoongi juga berharap Tuhan mengampuni dosa dia yang sudah dianggap sebagai kakak sendiri.
"Ya, aku akan mendorongnya dan mengatakan hal kasar seperti aku lakukan pada yang lain. Kau jangan mengomel aku sudah pusing dan aku sangat merindukan adik kesayanganku." Seokjin mengatakan hal itu dengan mata terpejam tapi hatinya juga menangis bahkan dia seperti ingin menyerah meskipun beberapa orang melarangnya untuk melakukan hal nekat yang pernah dia lakukan.
"Jungkook atau Taehyung?" pertanyaan yang mematikan setiap hatinya membuat Seokjin memang semakin tak suka dengan ucapan Yoongi yang begitu tepat dan menusuk. Kenapa dia juga betah, bayang masa lalu kelam itu tak akan hilang dan jiwanya sebagai seorang kakak kian terasa.
"Mereka berdua aku sangat merindukan mereka. Jungkook adik kesayanganku dan Taehyung dia...
Ucapannya mengambang dia merasa sedikit sulit mengatakannya, kenapa alur memori menjijikan tentang dirinya yang sangat menakutkan itu kembali datang. Padahal dia ingin berubah meski dia masih terjebak lebih jauh dalam lingkaran setan. Hidupnya tak sedamai dulu dan dia juga jarang beribadah tapi kenapa setiap melakukan kesalahan dia selalu ingat Tuhan dan melaknat dirinya sendiri. Lelah dan juga sengsara sepertinya belum cukup untuk menghukumnya demikian.
Yoongi rasa sahabatnya ini membutuhkan istirahat setelah lelah bersetubuh dan menghukum dirinya sendiri karena kejahatannya. Dia juga tak punya hak untuk melarang Seokjin diam di tengah celotehnya, dia juga tak tahu harus apa dan bagaimana. Mungkin benar jika karma selalu datang pada orang yang berbuat kesalahan. Akan tetapi, Seokjin termasuk bagian dalam kelompok yang mana sementara di satu sisi dia dulu juga korban penyimpangan yang sempat di kucilkan keluarga dan masayarakat. Di satu sisi dia juga tersangka keonaran dan juga orang yang suka melakukan hal laknat yang dia anggap sebagai kesukaan majemuk.
Nafsu, dan juga egois dosa terbesar manusia yang selalu melekat pada diri mereka, Yoongi juga merasa dia mempunyai meskipun dia tak pernah menunjukannya di depan publik. Dia juga enggan dan tak mau membuat kericuhan yang berpotensi akan membawa putusnya hubungan persahabatan yang sudah sedikit lama terjalin. Tak ada orang sedekat dia di sisi Seokjin yang sedang menggantung dirinya dalam kehidupan dan dunia gelap.
"Kau sangat parah istirahatlah, aku akan menendang jalang itu untukmu. Memangnya kau ingin jika Jungkook dan Taehyung melihat kau seperti ini, kau sangat kacau." Dia memberikan bantal itu pada yang tua dan dengan sigap Seokjin memeluknya seperti memeluk seorang kekasih bahkan tanpa sadar mencium bantal itu mesra. Yoongi hanya meringis jijik dengan mabuknya, dia juga tak tahu lagi. mungkin benar jika Seokjin tak akan sadar diri jika berdekatan dengan minuman laknat itu, akan tetapi dia juga menyukai sensasi pahit itu. meskipun sebenarnya dia bukan pecandu. Sialan memang jika setan akan tertawa senang karena bertambahnya kaum mereka.
Seokjin terjatuh miring dengan bantal yang menopang kepala dan lehernya, dia memejamkan matanya dengan nyenyak dan mengoceh asal. Yoongi sendiri juga bisa bernafas lega dan dapat melanjutkan permainannya dengan tenang, bukan berarti dia tak peduli akan tetapi dia butuh udara segar. Dia juga menoleh ke belakang dan memperhatikan wanita telanjang itu nyenyak, sangat menjijikan dan siluet dengan manik mengusir itu terjadi.
Lagi-lagi dia menghela nafas sabar.
.
.
Namja dengan segala godaan yang pernah dia tunjukan pada para pengunjung disana itu nampak malas, dia memilih memainkan gelas kosong dan mengabaikan beberapa pelanggan yang mencoba mendekatinya. sebagian besar para wanita nakal yang mencoba untuk duduk bersamanya atau diatas pangkuannya, demi apapun dia malas dan memutuskan untuk mengabaikan mereka dan meninggalkan jejak kekecewaan di wajah mereka.
"Hei V kau mengabaikan pelangganmu, tak seperti biasa." itu bosnya datang dengan membawa sekaleng soda yang dia sodorkan pada salah satu pekerjanya itu. Dia bukan pembisnis yang kejam dan memaksa karyawan atau menuntut mereka sesuai keinginananya, karena yang datang padanya adalah orang yang benar-benar membutuhkan uang dan tak ada paksaan dari pihak manapun. Dia pembisnis dunia gelap yang mementingkan kemanusiaan dan hak asasi manusia. Mungkin saja ada kebaikan disetiap keburukan dan ada kejahatan di balik kebaikan.
V mengambilnya dengan cepat dan meminum soda kaleng yang sudah di buka kutupnya, dia sangat haus dan dia tak ingin meminum vodka dengan kadar memabukan yang tinggi itu. Tak ada semangat untuk melakukan hal mabuk ataupun melakukan pekerjaan laknatnya dia ingin mendengar musik diskotik dengan keadaannya yang duduk santai.
"Jika kau sedang tidak enak badan kau bisa pulang V, aku tak memaksamu bekerja kau kenal aku bukan?"
Dia mengatakannya dengan nada santai, dan tentu saja anggukan dengan senyum manis itu semangat bergerak. Menyenangkan bisa akrab dengan bosnya dia tidak perlu menutupi rasa keluh kesah seorang pegawai seperti orang di luar sana.
"Aku ingin pulang atau berjalan mencari hiburan, bos jangan potong gajiku huh." Dia berdiri dengan mengambil dompetnya yang terletak disana tak sengaja dan memberikan sedikit candaan yang dibalas wajah pura-pura marah bosnya. Mereka seperti seorang paman kepada keponakan ketimbang sebagai bos dan karyawan.
V bukan memiliki rasa bosan yang dirasakan oleh orang lain akan tetapi dia jenuh menunggu seseorang yang membuat segala pertanyaan di dalam otaknya selama ini. pemikirannya terasa rumit dan akan semakin rumit saja saat melihat dia, seseorang yang telah menjebaknya dalam pertanyaan yang besar. Bersyukur dia tak bertemu dengan pria aneh itu dan memilih untuk mengeluarkan energinya di alam, dia akan menyukai kegiatan malamnya karena untuk apa mencari uang malam ini jika dia punya banyak tabungan dan kaya karenanya.
Toh, ayahnya bukan seorang penuntut dan dia bukan anak yang dipaksa untuk bekerja sejak usia di bawah tujuh belas tahun. Sadar atau tidak kedua kakinya sudah melangkah dengan bebas di jalan setapak, dia memakai kemeja yang netral dengan celana jeans yang nampak kecil di kakinya karena memiliki kaki yang ramping bagi seorang pria. Dia juga bersenandung riang dengan mengamati sekitar, dia melewati taman yang dimana banyak orang pacaran sampai dia sendiri menggelengkan kepala saat melihat dua pasangan bercumbu di tengah seperti ini.
Berdecak sebal dan melakukan keusilan dengan melempar sebuah batu kecil ke tengah pasangan yang sedang mesra itu, bersembunyi dalam semak akan tetapi dia juga belum sempat lantaran kekasih wanita itu justru melihat gerak-geriknya.
"HEI SIALAN AKU AKAN MENGHAJARMU!"
BUAAGHHH!!!
Namja muda itu tentu saja jatuh tersungkur ke belakang dengan dada yang nyeri dan tenggorokan yang terbatuk karena nafas keluar paksa dari mulutnya. Dia mengaduh dengan sedikit meringis sakit, dia juga tak menyangka jika dia salah sasaran mengganggu pria yang tak ada bedanya dengan para preman di luar sana.
Beberapa orang tentu saja menyaksikan apa yang terjadi, meski tak ada niat sedikitpun membantunya karena V yang melakukan kesalahan itu. Sepertinya egoisnya enggan meminta maaf karena dia melakukan hal benar, untuk apa melakukan hal itu karena banyak sekali anak kecil yang bisa saja lewat dan memperhatikan mereka. Suara serak dan sedikit tertahannya V mengatakan hal tersebut dan menatap tak suka pria kasar itu. Jujur dia juga tak ingin membuat masalah sebenarnya.
"Dasar bajingan kecil kau mengganggu pacaranku aku akan menghancurkan wajahmu. Kau karyawan di bar menyimpang itu bukan? Dasar sampah! Tak ayal jika kau melempariku dan kekasihku batu karena kau seorang pria menyimpang, cih!"
Ini di luar hak asasi, pria itu bahkan menghina habis V yang menatap tak percaya dengan setiap kata yang di dengar pria keparat itu. Punya harga diri, memang benar dan dia melakukan itu untuk hidupnya yang pernah kesulitan. Tak mudah bekerja disana sementara dirinya dibiarkan menjadi penyimpang dan aib, demi sang ayah dan juga menopang kehidupannya dia melakukan hal itu dan dia juga bersekolah karena pekerjaannya itu.
Demi apapun ini kedua kalinya dia merasa tak terima dengan ucapan yang membuat dia merasakan apa itu namanya sakit hati, seperti bacotan setan yang mengandung racun kobra. Hatinya bukan baja akan tetapi daging tipis yang terbalut dan menopang darah, tentu saja V yang tak terima justru meludahi pria itu dengan tepat di wajahnya.
Pada akhirnya dia terbanting lantaran pria itu mendorongnya hingga dia meringis sakit lagi. kesekian kalinya dia merasakan kesialan setelah agenda belanjanya tadi siang, dia juga ingin pergi meninggalkan si brengsek itu akan tetapi tangannya di tahan dan sebuah bogeman keras mengenai dirinya hingga dia merasa nyeri pada hidungnya. Teriakan beberapa orang disana seakan menjadi sorakan di telinga pria itu tapi tidak dengan Taehyung dan seorang wanita yang notabene kekasih pria itu berusaha menghentikan tindakan kekerasan kekasihnya.
V merasa jika hidungnya mati rasa dengan tulang hidung yang terasa ngilu luar biasa. menyentuh dimana bagian atas bibirnya berdarah, cairan kental merah dan bau amis itu ada saat dia menyentuhnya. Ini masih pukul sebelas malam akan tetapi dia sudah mendapat bogeman keras seseorang. Tak manusiawi memang karena nyatanya dia juga ditendang hingga ambruk dengan posisi miring. Matanya juga memburam dengan sedikit berkunang, melihat orang itu ingin menghajarnya lagi dengan beberapa orang yang datang untuk menghalanginya. Dia merasa bahwa, segitu hinakah dia? Sampai dia belum cukup mendapatkan satu bogeman keras itu lagi, V merasa bahwa... dunia memutarinya dan dia juga mendengar suara seseorang.
Ah, sangat ramai dan matanya juga memburam, akan tetapi dia mencium bau yang tak asing di penciumannya juga tangan yang mengguncang tubuhnya itu tak terasa asing. Cengkraman kuat itu seakan mengingatkan dia akan sesuatu tapi apa? sementara pandangannya sudah sedikit mulai menggelap dengan pandangan mengabur dan hendak hilang kesadaran.
"Kim Taehyung."
Seperti nama yang tak asing dan seperti nama yang pernah dia tahu. Secara harfiah V merasa bahwa dia itu...
"Kim Taehyung!"
Terdengar lagi...
......................
Manusia macam apa dia yang mempertunjukan kekerasan nyata di depan mata. Habis menghajar dengan membabi buta dan memukulnya dengan keras hingga darah berada dimana-mana. wanita terisak dengan ucapan memohon dan meminta belas kasihan dia merasa bahwa sudah terlalu kelewatan baginya membalas perlakuan buruk kekasihnya itu dengan mencoba membunuhnya.
"Kau menghajar adikku satu kali dan aku akan membalasnya sepuluh kali huh, kau apakan Taehyung adikku hah!!" dia menghajar dengan satu bogeman keras itu lagi membuat manusia itu ambruk dengan pingsan seketika, tak ada jawaban dan hanya tangisan kekasihnya yang meminta ampun.
Itu Seokjin dengan segara kewarasan yang kembali saat melihat tubuh ambruk adiknya yang dihajar hingga mimisan. Dia memang sudah pulih dari mabuknya sejak pukul sepuluh malam, membeli beberapa persediaan minuman keras untuk esoknya akan tetapi dia teralihkan dengan dengan massa yang berkumpul.
Biadab memang saat dia menyaksikan bagaimana adiknya itu dihina dan dihajar hanya karena melempar batu yang tak melukai pria itu. Jotos dibalas jotos dan tentu saja dia melaukan hal itu dengan epic, hingga di sekitar orang yang melihatnya bergidik ngeri. Beruntung Jin membiarkan pria itu hidup dan melemparkannya sekantung makanan yang baru dia beli, dia jijik dengan plastik yang dia bawa terdapat bercak darah manusia jahanam itu. memilih kembali dalam mobil yang dimana ada sang adik yang dijaga oleh sahabatnya.
Tanpa ampun bahkan dia menunjukan jari tengahnya dengan kode menghina. Membuat beberapa orang disana menatap takut, khawatir dan menganggapnya sebagai setan berwujud manusia. Akan tetapi mereka menghina Seokjin dengan ucapan lirih dan tak bisa dibalas dengan gamblang. Hanya berani di balik punggung, seperti itulah tanda seorang pengecut.
"Yoongi kita bawa Tae pulang."
Yoongi terdiam dia memperhatikan namja pingsan itu seksama, dia memang mirip dengan namja itu akan tetapi apakah benar. Sementara dalam segi sisi dia melihat ada perbedaan dari penambilan yang lebih kesan seperti dandan dengan menggoda. Yoongi ingat dengan cerita sahabatnya mengenai namja ini yang dia tebak sebagai V. Salah seorang karyawan di bar sana dan dia tak bodoh karena cerita sahabatnya itu membuat dia mencoba mencari tahu.
"Yoongi apa kau dengar aku!"
Seokjin kesal saat Yoongi yang membawa setir itu malah terdiam melamun memperhatikan V yang belum menunjukan kesadarannya, dia langsung memacu mesin dan menancapkan gas. Sungguh ini sangat kebetulan atau memang takdir berusaha menenggelamkan atau menyelamatkan. Sementara yang dia tahu bahwa....
Perginya Jungkook karena Taehyung datang, bahkan Seokjin belum menyadarinya.
Sementara dari kaca spion atas, dia melihat Seokjin yang menangis dengan memanggil kata 'adik' dan juga memanggil namja itu dengan nama 'Taehyung'. Sebenarnya siapa yang tak waras? Yoongi... Seokjin atau namja dengan sebutan V itu. entah merasa yakin atau tidak yang jelas dia memilih bungkam.
Samar dan buram belum menemukan jawaban, sungguh masuk akal memang.
Seperti bermain di jebakan setan saja, ataukah takdir yang membingungkan.
"Aku pikir Taehyung sudah mati hyung." ucapan Yoongi dalam diamnya, terucap dalam hati dengan maksud begitu ambigu. Beruntung Seokjin tak mendengarnya, dia juga tidak mau dihajar habis seperti pria itu. Salah atau benar entahlah... belum menemukan jawaban dan belum menemukan arah yang tepat.
Tuhan, dia tahu penjelasannya.....
You're a little late, Kim Seokjin.
...........................
Tbc...
Bagaimana menurut kalian dengan chapter baru ini, apakah sesuai ekspetasi kalian ataukah merupakan sebuah kejutan tak kalian duga? Semoga saja ada hal yang membuat kalian semakin tertarik dan penasaran dengan fanfic ini hehehe.
Kuharap dukungan kalian bisa membantuku agar bisa membuat diriku membangun semangat. Bukannya apa, hanya saja mungkin karena aku terlalu banyak imajinasi hingga membayangkan cerita ini akan jadi seperti apa. ini rahasia... hehehe.
Semoga kalian menikmati rangkaian kata yang belum indah ini, semoga rasa bosan kalian hilang dengan kedatangan chapter ini. dukungan kalian adalah semangatku, tetap sehat dan jangan sampai sakit. Semoga indonesia segera membaik.
Save your heathly...
Saranghae and gomawo...
12/06/2020
#ell
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro