Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4

Aileen juga melambaikan tangannya kepada Iva sambil tersenyum.
 
Setelah memastikan mereka berdua pergi dan ‘ekor’ yang mengawasi Aileen menghilang, barulah Aileen masuk kembali ke dalam vilanya.
 
Aurelia sudah mendudukkan badannya di atas sofa dan dengan santai menyalakan TV sambil meminum jus jeruknya.
 
“Jadi? Apa alasanmu jauh-jauh datang ke sini?” tanya Aileen sambil mendudukkan diri di samping Aurelia.
 
“Hei, apa salahnya bagi seorang sahabat mengecek sahabatnya yang baru pindahan dan hidup sendiri? Huh?” balas Aurelia.
 
“Aku baru saja pindah kemarin, dan kau langsung mengunjungiku keesokan harinya,” jawab Aileen.
 
“Ya, ya. Terserahmu,” ucap Aurelia.
 
Aileen tentu saja kesal dengan jawaban Aurelia. Tapi dia menahan kalimat yang akan keluar dari mulutnya ketika melihat ubur-ubur satu ini sedang kesal.
 
“Aku sangat terkejut tadi, kukira Iva benar-benar anak rahasiamu dengan Edwin,” ucap Aurelia sambil meminum jus jeruknya.
 
“Kau sadar kan bahwa aku ini jantan? Bahwa aku tidak punya rahim dan uterus? Kau sadar kan?” tanya Aileen yang mulai mempertanyakan dari mana sahabatnya bisa mencapai kesimpulannya.
 
“Dengan sihir, apa saja bisa terjadi,” jawab Aurelia dengan nada serius.
 
“Ah... benar juga,” ucap Aileen setuju.
 
Hening lalu menyapa mereka. Aurelia meminum jus jeruknya sambil memikirkan sesuatu, sementara Aileen mengalihkan fokusnya ke program yang ada di TV.
 
“Hei,” panggil Aurelia setelah dia meletakkan cangkirnya di atas meja di depan mereka.
 
“Hm?” jawab Aileen. Dia masih fokus ke TV di depannya.
 
“Jika aku menikah, bagaimana menurutmu?” tanya Aurelia.
 
“Hm,” jawab Aileen, matanya masih berfokus ke layar di depannya. Dia kemudian terlonjak, “Hah?!” ujarnya.
 
Aileen langsung mengalihkan pandangannya dari layar TV ke Aurelia yang sedang menatapnya dengan serius. Tidak ada sedikit pun niat bercanda di matanya.
 
“Menikah? Kenapa? Sudah lelah sendirian?” tanya Aileen bertubi-tubi.
 
“Sialan kau, aku sedang serius,” jawab Aurelia dengan kesal.
 
“Oke. Oke. Maaf. Tapi, serius?” tanya Aileen lagi.
 
“Hm. Kemarin, ibuku menanyaiku soal ini,” jelas Aurelia. Dia kemudian memeluk bantal yang tadinya berada di punggungnya.
 
“Dan?”
 
“Dan aku menolak.”
 
Aileen terdiam. Tidak tahu dengan apa yang harus dia ucapkan di situasi seperti ini.
 
“Apa kau jangan-jangan... lari dari rumah?” tanya Aileen.
 
“Tidak mungkin, tidak mungkin. Memangnya apa aku? Remaja di masa memberontak? Aku tidak seperti seseorang disini,” jawab Aurelia dengan sarkastis.
 
“Kalau begitu...”
 
“Bukankah sudah kubilang bahwa aku hanya ingin mengunjungimu?” ucap Aurelia, memotong pertanyaan yang akan keluar dari mulut Aileen.
 
“...baiklah... tapi jika bibi menelepon, akan kukatakan bahwa ubur-ubur ciliknya sedang ada di sini,” ujar Aileen. Dia lalu kembali mengalihkan fokusnya ke TV di depannya.
 
“Hm. Bagus,” ucap Aurelia.
 
 
 

🏡🏝🏡

Edwin menutup pintu kamar milik keponakannya setelah dia selesai menidurkannya. Hari ini dia bercerita tentang tetangga mereka, Aileen, dari mereka pulang dari rumah pria itu sampai dia ingin menutup matanya. Sepertinya keponakannya menyukainya.
 
Dan sepertinya, menurut laporan anak buahnya yang menjaga Iva secara sembunyi-sembunyi, Aileen bisa merasakan keberadaan mereka. Edwin menganggap fakta ini sebagai menarik, karena anak buahnya yang ditugaskan untuk menjaga Iva secara sembunyi-sembunyi seharusnya tidak bisa dideteksi oleh penyihir biasa. Hanya orang selevel dia yang bisa merasakan mereka.
 
Dia lalu duduk di atas meja kerjanya dan menghubungi salah satu bawahannya yang Handal dalam menggali informasi.
 
Ya, bos? Ada keperluan apa?” jawab bawahannya.
 
“Cari tahu soal informasi tetanggaku di Unit nomor 31,” ucap Edwin tanpa basa-basi. Wajah tersenyumnya ketika berada di vila milik Aileen tadi siang hilang tergantikan dengan wajah tanpa ekspresi.
 
Tunggu sebentar, bos,” ucap bawahannya.
 
Edwin menunggu sambil menggetok-getok kan jarinya di atas meja, berpikir tentang di mana dia pernah bertemu Aileen sebelum dia pindah ke vila di sampingnya.
 
Kalau tidak salah... ketika aku menolong seorang nenek minggu lalu?
 
Bos, sudah selesai. Aileen Garcia, pewaris kedua Klan Rattan, umur 25 tahun, seorang penulis, serta peneliti sihir. Dia bersahabat dengan Aurelia Aurita, putri dari Perdana Menteri Aurita. Dan seperti yang anda ketahui, dia baru-baru ini pindah ke unit 31. Sepertinya dia sedang bertengkar dengan keluarganya gara-gara dia menolak untuk bergabung dengan Klan Rattan, mengikuti jejak kakak laki-lakinya. Dan juga... um... dia mengaku tertarik kepada sesama lelaki...” jelas anak buahnya secara detail.
 
“Dia tertarik kepada laki-laki?” tanya Edwin.
 
Um, ya,” jawab anak buahnya.
 
“Hm. Kalau begitu aku juga tertarik dengan laki-laki mulai hari ini,” ucap Edwin tiba-tiba. Benar-benar sadar dengan apa yang dia ucapkan.
 
Maaf? Bos? Bagaimana dengan gadis kecil yang bos bawa minggu lalu?” tanya anak buahnya, entah kenapa dia panik.
 
“Dia keponakanku,” jawab Edwin singkat. “Baiklah, kerja bagus,” ucapnya. Dia lalu mengakhiri panggilan mereka tanpa memberi kesempatan kepada anak buahnya untuk membuka mulut.
 
Edwin kemudian duduk terdiam di atas kursinya. Dia berpikir, kenapa dia berucap bahwa dia juga akan tertarik kepada laki-laki? Bahkan dia sendiri tidak mengerti dengan dirinya.
 
Tapi dia tiba-tiba mengingat wajah Aileen tadi siang, ketika Aileen menunggu mereka bertiga menghabiskan makan siang mereka, ketika Aileen menatap segala pergerakan mereka. Dan... wajah Aileen ketika dia melihatnya pertama kali.
 
Hm. Ehem ehem.
 
Entah kenapa dia terbatuk di pikirannya.
 
 
 

🏡🏝🏡

Aileen dibangunkan oleh Aurelia yang menceramahinya soal “bangun pagi membuatmu sehat blablabla” bagaikan seorang ibu.
 
Dan sekarang, setelah dibangunkan dari tidurnya yang berharga, dia dipaksa membuatkan sarapan untuk nona muda Aurita.
 
“Aileen, kulihat kebunmu masih gersang,” ucap Aurelia sambil menggigit roti panggangnya.
 
Aileen menatapnya dengan pandangan setengah sadar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah balkon. “Ah...” ujarnya.
 
“Gawat, sahabatku jadi bodoh setelah aku membangunkannya dengan paksa dari tidurnya,” ucap Aurelia.
 
Aurelia lalu menggebrak meja makan demi menyadarkan Aileen.
 
Bang!
 
Aileen terlonjak, dia kemudian menatap Aurelia dengan tajam. “Apa yang kau lakukan pagi-pagi begini?” tanyanya.
 
“Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, apa yang kau lakukan melamun pagi-pagi seperti ini?” balas Aurelia.
 
Aileen hanya diam sambil mengerutkan dahinya, menunjukkan bahwa dia kesal.
 
“Hei, hei. Setidaknya pasang wajah bahagia ketika kau mengucapkan selamat tinggal kepada sahabatmu ini. Apa kau benar-benar sedih mengetahui aku akan pulang?” tanya Aurelia ketika Aileen mengantarnya ke pintu depan.
 
Plak!
 
Aileen mendorong telapak tangannya di dahi Aurelia dan berucap, “Pulang sana.”
 
“Ah! Kakak Ailin!” panggil suara yang terdengar familier bagi Aileen selama 2 hari ini.
 
Aileen dan Aurelia berpaling menuju arah suara dan melihat Iva yang sedang digendong oleh Edwin. Mereka sepertinya akan pergi ke suatu tempat hari ini. Mengingat hari ini akhir pekan.

.
.
.
.
.
.

Hai!
Terima kasih telah membaca, silahkan vote dan komen jika ada kesalahan! ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro