• Happy •
🍬 *•-•* 🍬
Sosok gadis cantik berambut pirang itu kini duduk di depan seekor kucing biru bersayap yang bisa bicara. Iris caramelnya menatap antusias---mengintimidasi bagi kucing biru itu.
"Jadi," gadis itu berdeham pelan sebelum melanjutkan, "bisa jelaskan semuanya padaku, kucing aneh?"
Kucing itu speechless mendengar panggilan aneh yang diucapkan gadis di depan nya ini. "Aku Happy, Exceed yang mengabulkan permohonanmu. Aku datang karena utusan tuhan."
Gadis itu memiringkan kepalanya, matanya menatap tidak mengerti mendengar ungkapan dari kucing bernama Happy itu. "Exceed?" beonya.
Happy mengangguk mengiyakan, senyuman bangga terlukis di wajahnya. "Secara ringkas dan mudah kau mengerti, aku ini utusan tuhan." jawabnya.
Gadis bersurai pirang itu mengangguk paham seraya ber-'oh' ria. Matanya mengedip beberapa kali. "Oh ya, jika aku jadi manusia seperti ini, apa namaku masih tetap seperti saat aku masih sebuah boneka?" tanyanya seraya menunjuk dirinya sendiri. Ya, gadis berambut pirang berparas cantik ini adalah sebuah boneka yang memiliki keinginan besar yang akhirnya terwujud.
Happy mengangguk mengiyakan lagi. "Tentu saja."
"Kalau begitu perkenalkan aku Lucy Heartfillia." ujar gadis itu dengan senang hagi memperkenalkan dirinya.
Happy menghela nafas pelan, entah karena apa. "Saa, Lucy harus tau satu hal penting menyangkut dirimu yang berubah jadi manusia ini."
"Hal penting apa?"
Tatapan Happy berubah menjadi serius. "Lucy menjadi manusia bukan berarti tidak akan menjadi boneka lagi." ujar Happy membuka penjelasannya. Ia lalu terbang dan berdiri di jendela yang menghadap ke taman depan rumah besar itu yang dipenuhi oleh tanaman mawar merah yang bunganya tengah menguncup.
Lucy bangkit dan mengikuti Happy. Tetap diam menunggu lanjutan ucapa kucing itu.
"Semua bunga mawar itu adalah nyawamu. Satu persatu bunga itu akan gugur tiap harinya, itu berarti waktumu juga ikut habis bersamaan dengan gugurnya bunga itu. Hidupmu sebagai manusia tergantung pada bunga-bunga mawar yang mekar di taman rumah ini." Happy berucap lagi melanjutkan penjelasannya.
"Jadi kalau bunganya gugur semua ... maka hidupku sebagai manusia juga akan berakhir, begitu?" tanya Lucy yang dijawab dengan anggukan oleh Happy.
"Tapi ada satu cara agar kau bisa menjadi manusia seutuhnya. Yaitu dengan menemukan cinta sejati mu sebelum bunga mawar di tamanmu habis."
Lucy terdiam beberapa detik sebelum akhirnya tersenyum dan melompat semangat. "Kalau begitu ayo cari cinta sejati ku!!" Lucy berseru dengan semangat dan segera berbalik, bersiap untuk pergi.
"Ini masih malam!!" Happy berseru menghentikan, mengingatkan gadis itu bahwa sekarang masih malam. Tidak baik jika gadis itu berkeliaran diluar selarut ini.
Lucy langsung menghentikan langkahnya, menghela nafas kecewa. "Yah..."
"Lebih baik kau tidur sana."
"Baik, kucing bijak."
"Mengejekku?"
"Menurutmu?"
"Aku akan membatalkan untuk---"
"Aku akan makan kau duluan.."
"...aye."
***
"Hoam~" Lucy menguap, mengucek matanya yang masih menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya. Ia bangkit berdiri menatap isi ruangan yang memang terlihat berdebu karena baru beberapa bulan yang lalu pemilik rumah ini sekaligus pemiliknya meninggal dunia. Pantas saja rumah itu jadi tak terurus. Tapi ia tau, setidaknya pasti ada orang yang akan sukarela membersihkan rumah ini walau bukan keluarga pemilik rumah ini. Karena pemilik rumah itu dan pemiliknya adalah orang yang sangat ramah dan dihormati oleh masyarakat sekitar sana. Ia ingat ada orang baik yang datang dan membersihkan rumah ini akhir bulan lalu.
Senyuman terukir di wajah cantiknya. "Yokatta na... Jadi aku tidak perlu susah membersihkan rumah ini." gumam Lucy senang.
"Ara, kau sudah bangun." suara kucing semalam terdengar mengusik Lucy agar menoleh ke sumber suara. Dan benar saja, disana kucing biru itu terbang.
"Semalam kau juga tidur?" Lucy melontarkan sebuah pertanyaan konyol. Sepertinya dirinya masih belum sadar sepenuhnya.
"Sana mandi! Kau tau sekarang harus apa bukan?" Happy balik bertanya, berkacak pinggang menatap Lucy.
"Tentu saja! Hari ini kita cari cinta sejati ku!" Lucy berseru semangat sambil segera beranjak ke kamar mandi.
"Sebentar, dia kan boneka... Apa dia mengerti?" Happy bergumam setelah teringat sesuatu. "...lupakan saja."
***
Disinilah mereka sekarang, berjalan tanpa tujuan dengan Lucy yang tanpa henti terus tersenyum disepanjang perjalanan. Happy kini tidak menggunakan sayapnya, ia berada di atas kepala Lucy. Beruntung bagi manusia Happy hanya seekor anak kucing biasa.
Lucy menghentikan langkahnya, berhenti di depan sebuah toko bunga. Matanya menangkap sesuatu yang menarik perhatiannya, bunga mawar. "Boleh tidak kalau nyawaku diganti dengan semua bunga mawar di dunia ini?" ia bertanya pada Happy yang ada di atas kepalanya.
Happy sweetdrop, "Jangan bodoh, Lucy. Kau mau nyawa mu berakhir sekarang juga jika diganti?"
Lucy nyengir lalu terkekeh pelan. "Bercanda."
Ia kembali melanjutkan perjalanannya. Tanpa sadar tengah berjalan melintasi jalanan ramai padahal lampu masih hijau.
"Lucy, kau salah jalan! Kau bisa mati duluan jika tertabrak!" Happy berseru panik pada Lucy, menyakar rambut pirang halus dan lembut milik gadis itu.
"Ho?"
"Hei, kau! Menyingkirlah dari sana!"
***TBC***
7 Maret 2019
A/N
Konnichiwa, Reader-chan-tachi~!!! (≧∇≦)/
Ada yang kangen Shina gak?!! //gak.
Ha'i ha'i ... Arigatou na minna yang baca -3-. Shina seneng dapet respon bagus dari kalian di prolog kemarin (。・ω・。) Jadi Shina semangat lanjutin cerita ini desu!!
Dan sepertinya Shina fokus ke cerita yang ini dulu baru ke TDaTP yang lumutan itu. Because, Shina udah nabung banyak chapter ceritanya sampai akhir. Mweehehehe~ Shina berusaha rajin update lho~
Sampai jumpa di chapter selanjutnya~
Sayang kalian semua~
👑 ShinaHeartfilia 👑
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro