Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

book 8; orfeo and geffie friendship

b o o k 8
orfeo and geffie friendship

—"ini jelas la notte più bella della mia vita."—
Love & Gelato (Jenna Evans Welch)

.
.
.

pukul satu kurang delapan menit.

ini sudah hari esok. dan, arabel, sepanjang, hari, hanya, melamun, saja. bingung apa ia harus menyesali perbuatannya atau memang itu sudah tepat.

gue gak mau jadi cewek murahan.

bisa aja kan dia boong?

lagian kalau dia beneran suka gue, dia bakal perjuangin gue banget.

meski telah berpikiran begitu sebanyak sekian kali, tetap saja arabel tidak langsung merasa tenang. hatinya dilanda kebimbangan. alhasil, di salah satu hari liburnya itu, arabel cuma bisa overthinking saja.

"ah, kacau banget." seperti biasa kalau lagi ngelamun, arabel lagi baring di kasur, dengan posisi yang sama kayak waktu itu. "masa sih, dia suka ke gue. langsung nyatain gitu aja pula. keliatan banget sih buayanya. ya walau dia gak ada tampang buayanya sama sekali."

telah ditembak sedemikian rupa (enggak ngajak pacaran juga, sih. cuman gelagatnya hampir sama aja), arabel entah kenapa tidak lantas merasa luar biasa senang gitu aja. ada banyak hal kurang penting yang ia pikirkan.

"duh, gue belum tau siapa namanya lagi. gak bisa dibiarin." di sini arabel mulai berpikir liar. "dia bakal nyerah gak, ya? masa gue digantungin gini, sih. bikin penasaran aja ...."

hatinya semakin tidak tenang saja. tidak ada jalan keluar jika ia terus berpikir.

ke perpustakaan aja gitu? kali aja nanti datengnya barengan.

arabel sering menanyakan soal cowok itu ke abang-abang penjaga perpus. sengaja arabel gak nanya siapa namanya, biar ia sendiri saja yang mencari tahu.

eh iya, ngomong-ngomong ....

apa cowok keren versi arabel yang ia lihat di toko donat itu beneran cowok takdirnya? ia salah mengenali orang?

gue cari tahu sendiri aja.

arabel beneran pergi ke perpus. tapi kayaknya di dalem gak ada pengunjung yang dateng. jadi ia cuma minjem novel yang judulnya orfeo and geffie friendship. persahabatan antara dua orang si miskin dan si kaya. saat salah satunya meninggal, orang yang satunya berusaha mewujudkan wasiat temannya yang meninggal. sungguh cerita yang mengharukan berdasarkan salah satu pendapat pembaca yang tertera di bagian blurb.

arabel duduk di anak tangga luar perpustakaan, menunggu seseorang yang ingin ditemuinya. ia sampai tertidur dan dibangunkan oleh ... abang-abang penjaga.

"itu, ada yang nungguin lo di dalem."

dalam keadaan setengah sadarnya, kening arabel mengkerut. "cowok—" terhenti oleh anggukan si abang. "serius?"

"lo beneran suka sama dia gak, sih?"

arabel diem, gak sepenuhnya ngerti. jadi ia cuma ngangguk dengan lemah. matanya masih sipit.

si abang berjongkok. "kalau misal dia ... nyerah, lo marah gak?"

"enggak."

terdiam beberapa lama, hingga akhirnya bertanya kembali. "kalau misal dia ... pengen nembak lo lagi, gapapa?"

"halunya gue lo tau?" arabel menjeda, bersiap mengakhiri percakapan untuk tidur kembali. "gue pengen dia jadi alasan gue buat ngerasa bahagia. gak perlu ngapa-ngapain, sampe pacaran segala. gak perlu bales suka ke gue, yang penting dia ada dan gue ngeliat dia aja, oh ya, dan dianya gak ada yang punya, gue pikir itu udah kemasuk halu."

sepertinya itu paragraf igauannya. tanpa sadar telah berkata dengan sangat jujur dan sepenuh hati.

"jatuh cinta emang hobi gue. tapi gue gak sampe punya keinginan buat, 'milikin gue, ya?'."

.
.
.

pukul dua kurang dua puluh delapan menit.

viktor tidak merasa bersalah sama sekali (kepribadiannya telah berubah, ya). ia tahu kebiasaan arabel (kini ia tahu namanya, aha!), tidak akan mengenali orang ketika sedang stres, posisi gelap, atau mengantuk (yang ini sebenarnya percobaan). viktor berpura-pura menjadi abang penjaga perpus, dan bener aja, arabel langsung percaya gitu aja.

dan kini viktor tahu kebenarannya.

lo gak pengen dimilikin sama siapa-siapa?

haha, sori, gak bisa.

sayangnya ada satu cowok yang pengen perjuangin elo.

setelah membiarkan arabel lumayan lama jongkok tertidur di teras perpus yang dingin, viktor mengikutinya lagi, kali ini ikutan jongkok di sebelahnya.

"lo bego banget sih jadi cewek. udah gue tembak juga, masih gak percaya." dilihatnya arabel yang kedua matanya tertutup dan napasnya berembus teratur. "sori aja, gue gak jago ngebucin. tapi kalau sama lo, gue kayaknya mau coba."

bulan bersinar terang di atas langit sana.

"gimana caranya, ya ...."

bintang juga tidak mau kalah bersinarnya.

"hm, gue harap, lo beneran takdir gue."

dan saat itu, pelupuk mata arabel seketika terbuka keduanya, cepat sekali, sampai viktor tidak sempat bergeser posisi. arabel nengok ke samping, langsung bertatap temu dengan viktor yang terkejut setengah mati. "eh?"

"hai, arabel." ternyata sesenang ini, ia bisa menyebut nama cewek itu langsung.

dan arabel menghindar, sangat jauh ke samping. "l-lo kok di situ?" 

"ya pengen aja."

arabel bingung kayaknya, bertahan dengan posisi jauhnya dari viktor. "oh iya, gue pengen ngomong."

dan viktor mendekat, tapi sama arabel disuruh buat di situ aja.

"gue ngomongnya kenceng kok." sambil kedua tangannya direntangkan ke depan. "gue mau tanya, dan gue butuh kepastian. gue gak mau overthinking lagi."

"soal apa?"

"bilang boong dong soal apa yang lo omongin kemaren," katanya, viktor sampai terheran-heran. "sumpah, gue gak mau kegeeran, gue gak mau ngarep. gue berusaha mertahanin prinsip gue soal gue yang pengen jatuh cinta aja, gak mau pacaran. jadi lo ... jangan gitu ke gue, ya?"

"gitu gimana?" nadanya datar.

"jangan suka ke gue."

terdiam viktor, kedia tangannya menyentuh lutut.

"biarin, biarin cuma gue aja yang liatin lo dari jauh, yang nikmatin segimana gue bahagianya jatuh cinta sama lo."

gak masuk akal.

"gue ... cuma gak pengen pacaran."

"ya udah." viktor berdiri, melirik ke sembarang arah. "lo gak pengen pacaran, kan? sama. gue juga kok. bagi gue, lo itu cuma si sadgirl yang nunggu satu cowok buat  bahagian lo. dan gue mau, gue mau jadi cowok itu. jadi diem, jangan atur gue, jangan atur perasaan gue. biarin gue bertindak sesuai yang gue pengen sendiri."

dengan gemetar, arabel membalas, "lo mau ngapain?" resah juga.

viktor berbalik, ketawa gak jelas, tampak bahagia dibuatnya. "nikmatin aja, oke? kalau cuma dengan suka ke gue aja udah bikin lo bahagia, gue juga mau bahagia dengan cuma suka ke lo."

siap-siap aja, mulai sekarang lo gak bakal tenang.

viktor jalan menuju arabel, membuat dirinya jadi lebih percaya diri lagi. "lo pengen tau nama gue, gak?" mulutnya terangkat sebelah, menantang.

muka arabel merah. "apa, sih."

viktor menahan tawa. "sori, rahasia."

bener, ya. jatuh cinta doang, udah bikin bahagia.

.
.
.

9 chapter menuju ending

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro