Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

book 10; why does a clock rotate to the right?

b o o k 10
why does a clock rotate to the right?

-"inilah jalanan taman yang saya jelaskan kepada anda, mr. holmes. saya bersumpah tak ada jejak kaki di situ kemarin."-
The Return of Sherlock Holmes (Sir Arthur Conan Doyle)

.
.
.

pukul setengah sebelas malam.

beneran jodoh?

cepat-cepat arabel beralih pandang, menutupi rasa gugup tak terduga yang berkumpul di dada. a-apa ini? ke-kenapa bisa seperti ini? kalau pun mereka sama-sama akan nongkrong di suatu kafe yang sama dan di jam yang sama, kenapa tempat duduknya juga harus percis bersebelahan?

"heh, liat tuh, meja sebelah." aksi bisik-berbisik pertanda ada cowok keren yang lewat, dimulai. tapi sepertinya yang ini tidak lewat, melainkan menetap.

"empat-empatan, ya, pas." yang lain ikut memelankan suara ke tengah meja, tempat tiga buah kepala berkumpul. arabel masih tidak ikut, sibuk dengan segala sesuatunya yang tampak mustahil karena terlalu kebetulan.

"jadi gak TOD-nya?" masih berbisik.

dengan sedikit obrolan basa-basi, permainan pertanyaan dan tantangan pun dimulai. arabel mendapat pertanyaan, ceritain secara detail sedetail-detailnya tentang cowok yang sekarang lagi lo taksir.

deg. jantungnya berdetak cepat sekali sampai membuat arabel susah berpikir. masalahnya masalahnya masalahnya, orang itu ada di sebelah, woy! arabel ingin menghilang saat ini juga, agak menyesal telah pergi ke tempat ini (memang sih ia senang soal pertemuan kebetulannya dengan si cowok, tapi tidak begini juga dong efek sampingnya).

tiga teman arabel menatapnya penuh penasaran sekaligus tidak sabar. bagaimana mungkin dalam keadaan super bikin tegang ini, dengan sang target berada dekat sekali di tempat kejadian perkara, arabel bisa lancar berbicara? duh, ia sampai tidak berani menengok ke samping lagi, takut si cowok juga sedang memperhatikan.

"eng ...," suaranya perlahan keluar. "dia ... dia ... keren." jeda lumayan lama, mengambil napas sebanyak mungkin. "tingginya lumayan, gue seleher dia pokoknya. kurus, suka pake kaos polos gelap kebesaran, celana jeans panjang, sneakers, jarang pake tas, jarang kedinginan, pake jam tangan warna biru dongker. terus wajahnya cuek, kadang datar, kayak orang yang gak bisa bercanda. lumayan mancung, dan pokoknya dia cakep banget. tipe gue banget, awas jangan ada yang rebut."

sepertinya tidak perlu disuruh detail pun, arabel tetap akan menyebutkan semua detail yang terlampau detail itu. semua pendengar di meja itu termasuk ia sendiri sampe speechless. hampir satu minggu sejak pertemuannya dengan si cowok, arabel ternyata sudah memperhatikan sampai sejauh itu. padahal ia sering kecolongan identitas pas lagi gelap.

reaksi pertama yang mengudara adalah, "arabel, lo stalker, ya?" yang lainnya menahan tawa, dan setelah beberapa lama, mereka semua pun tertawa (kecuali arabel tentunya).

muka arabel memerah, jelas sekali, sangking malunya. agak marah juga. "ketawain aja terus, ya. nyangka-nyangka stalker padahal tiap ketemu aja suka kebetulan."

sambil masih tertawa, nikel menyadari ada yang aneh dari ucapan arabel. "heh? lo udah berapa kali emang ketemu dia, sampe hapal bener dah tuh ciri-cirinya."

"tiap hari." dan benar-benar secara kebetulan, bukan karena telah janjian. arabel ingin berbicara itu untuk menyombongkan diri.

"siapa namanya? udah tukeran nomor hp? udah pernah ngedate? udah pernah dianterin pulang?"

"ragu sih gue."

ngejek lagi?

lho, bukannya si cowok yang arabel ceritain tadi juga suka sama arabel? yakin arabel mau bilang gitu ke temen-temennya? arabel aja masih gak percaya, gimana mereka. entar dibilangnya halu lagi halu lagi.

tau, ah. baca novel memang yang terbaik, daripada harus berkumpul bersama teman yang hanya akan mengejekmu saja. perasaan mudah tersinggungnya tidak bisa ditolerir. nyatanya arabel yang sekarang jadi lebih sensitif.

ah .... why does a clock rotate to the right?

kenapa jam dinding berputar ke arah kanan? yah, pertanyaan-pertanyaan sederhana, nyata, namun tak terpikirkan itu menjadi topik utama dan konflik bagi para tokoh di dalamnya.

kenapa ia harus berteman dengan pengejek-pengejek itu? jawabannya adalah sama dengan kenapa arabel dan cowok itu selalu bertemu.

karena, takdir.

.
.
.

pukul sebelas kurang.

panas, panas, panas. hawa di sekitar situ sangat bikin panas. bukan panas karena ada yang berkelahi, atau karena udara dingin yang menghilang sehingga suhunya meninggi. pasti hanya viktor saja yang merasakannya.

tahu tidak siapa yang lebih speechless lagi dibanding arabel dan teman-temannya. ya VIKTOR sendirilah!

gila, gila, gila, gila.

ia menunduk dalam-dalam, menutupi wajahnya, menutupi wajahnya, menutupi wajahnya (namun ya bukan dengan cara yang memalukan juga). pokoknya tutupi saja mukanya hingga tidak terlihat barang satu inchi pun.

jelas sekali ini sangat memalukan. bukan malu yang bikin kamu pengen nonjok dia, tapi sebaliknya. viktor sangat merasakan suhu tubuhnya memanas, kayak lagi ada di sauna.

sumpah, ya. diceritain panjang lebar, sampai ke detail terkecil, kecil banget sampai viktor saja tidak sadar ia kayak gitu. di sebelah posisimu sendiri, sangat lancar dan bersemangat, bahkan oleh orang yang tidak kamu suka misalnya, pasti tetap akan bikin malu, sekaligus deg-degan. lha, ini.

"dia cakep banget. tipe gue banget, awas jangan ada yang rebut."

cakep banget? tipe gue banget?

sambil nunduk, kening disangga, keringetan pula, viktor senyum-senyum aja terus. ia tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. ampun, padahal cuma gegara cewek. tapi sumpah, belum pernah seumur hidup viktor, ia merasa sangat dicintai seperti ini, bukan dengan cara yang bucin.

gila ....

viktor masih senyum gak jelas, ketika temannya yang duduk di depan bertanya, "lo kenapa, tor? merah banget tuh muka."

"he, iya. demam lo?"

lalu oleh temannya yang di samping, ia memeriksa kening viktor. "beneran panas."

"bisa gila gue," masih senyum itu cowok.

keanehan mulai menjalari raut-raut wajah ketiga temannya itu, saling pandang dengan sedikit aroma jahil. "lagi kasmaran kayaknya."

"hah? si viktor?"

"permisi."

menoleh secara bebarengan, diikuti viktor di akhir, dan ia yang paling kaget, saat menemukan, yang bilang permisi itu adalah arabel!

fokus arabel tertuju ke teman viktor yang duduk tepat di depannya, bukan ke dia. lho, what's wrong?

viktor memperhatikan arabel dari tempatnya duduk, melihatnya untuk pertama kali setelah pernyataannya yang luar biasa itu. dan saat itu pula, viktor langsung merasa ada sesuatu yang beda dari diri arabel.

memang, sudah dari kemaren-kemaren viktor menyukai arabel. namun rasanya belum, hm. di saat ia tahu ada satu orang cewek yang sangat menyukainya, sangat menyukainya, viktor berpikir untuk ... lebih menyukainya?

masih memperhatikan arabel, tanpa sadar tidak bisa melepaskan pandangan saat-

"lo mau jadi pacar gue gak?"

.
.
.

7 chapter menuju ending

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro