Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29


"Sudah dengar kabar?"

"Katanya Pak Taehyung menikahi Sohyun kemarin!"

"Apa? Lo nggak bohong kan?"

"Sudah gue duga. Sohyun pasti hamil, makanya dinikahin tuh sama Pak Taehyung."

"Dasar cewek licik!"

Hanbin berhenti dan menatap nyalang pada sekumpulan gadis penggosip itu. Beraninya mereka menjelek-jelekkan Sohyun yang ia kenal sebagai gadis polos dan baik hati?

"Tutup mulut kalian atau aku akan merobeknya!" ancam Hanbin yang membuyarkan acara menghujat para gadis, membuat mereka ketakutan dan lari tunggang langgang.

"Menikah? Apa benar?" gumam lelaki itu kemudian.

.

.

.

.

"Berhenti!"

Taehyung yang menenteng buku-bukunya mendadak dihalangi oleh kehadiran Hanbin dari arah berlawanan.

"Kau? Ada perlu apa?"

"Dimana Sohyun?"

"Apa urusanmu? Kuharap kau menjauhinya mulai sekarang," pinta Taehyung yang membangunkan sisi lain Hanbin.

"Berani sekali kau!"

Bugh.

Hantaman keras dari kepalan tangan Hanbin mendarat mulus di pipi Taehyung. Buku-buku lelaki itu jatuh berserakan. Kekacauan yang Hanbin buat, mendatangkan kehebohan dan mengundang perhatian para mahasiswa lain.

Taehyung tidak melawan. Ia dengan terpaksa menjaga image-nya kali ini. Ia sudah berjanji bahwa ia tidak akan mengotori tangannya dengan memusuhi mahasiwanya sendiri. Apalagi, sekarang semua orang tahu kalau ia telah menikahi Kim Sohyun.

Taehyung tidak mau Sohyun mendapat perlakuan buruk atau masalah hanya gara-gara pernikahanya menyebabkan permusuhan antara suami dan sahabat baiknya sendiri.

"Kau menikahinya? Apa kau gila! Apa keluarganya tahu bahwa sekarang putri yang mereka kirim ke kota untuk belajar telah menikahi lelaki brengsek sepertimu?"

Hanbin melupakan soal kesopanan. Masa bodoh dengan jabatan pria yang barusan ia pukuli. Tiba-tiba saja emosinya meluap, mendengar kabar berita tentang Kim Sohyun yang sudah tidak single lagi.

"Brengsek!" umpat Hanbin sekali lagi dengan pukulan di sisi tubuh Taehyung yang lain.

Kemudian, ia pergi tanpa rasa berdosa sedikit pun.

Orang tua?

Bagaimana aku bisa melupakan ibu dan keluarga Sohyun?

***

"Apa? Menemui Ibu?" Sohyun memekik ketika Taehyung menyinggung soal keluarganya.

"Iya, Sayang. Kita menikah, tetapi mereka sama sekali tidak mengetahui kabar ini. Aku merasa bersalah. Bagaimana kalau kita pulang ke kampung halamanmu? Sekalian aku mau meminta restu ibumu tentang hubungan kita."

"Ta-tapi,"

"Tidak ada tapi-tapian. Besok pagi, kita akan berangkat ke Boryeong."

Malapetaka bagi perempuan itu. Kecemasan melanda, bagaimana jika orang tua Sohyun dapat mengendus kebohongannya?

Ia bukan Sohyun. Tentu saja firasat seorang ibu lebih kuat jika menyangkut putri kandungnya sendiri.

Namun sayang sekali. Wanita itu tak dapat berbuat banyak. Yang harus ia lakukan adalah bertingkah bodoh seperti yang Sohyun sering lakukan.

.

.

.

"Kau sudah siap?"

Sohyun mengangguk.

"Kenapa pucat begitu? Apa kau sakit?"

Taehyung menyentuh dahi istrinya, mengecek apakah gadis itu baik-baik saja.

"Aku sehat. Lebih baik, kita segera berangkat."

"Ah, baiklah."

Selama perjalanan, keduanya tak banyak bicara. Baik Taehyung maupun Sohyun 'palsu', mereka sama-sama larut dalam pikirannya masing-masing.

Hingga tak terasa, mobil yang dikemudikan Taehyung telah tiba di depan halaman sebuah rumah. Alamatnya persis seperti yang tertera di dokumen berisi identitas Sohyun yang pernah ia buka dahulu.

"Ayo, turun." Ajak Taehyung setelah membukakan pintu.

Sohyun mengikuti langkah pria itu. Bibirnya semakin pucat, dan sayangnya Taehyung menganggap itu sebagai gejala kecapaian.

"Kau pasti kelelahan karena perjalanan panjang kita hari ini."

Tok... Tok... Tok...

Taehyung mengetuk pintu rumah itu dan seorang wanita paruh baya pun datang untuk membukakannya.

"Iya?"

"Ya Tuhan, Sohyun?!"

Kaget wanita itu, ia mengulurkan kedua tangannya dan berusaha meraih wajah Sohyun.

"Kau disini?"

Kemudian, pandangannya beranjak pada sosok Taehyung yang berdiri dengan senyuman kaku.

Wanita itu mempersilakan mereka masuk.

Di dalam, suasana cukup menegangkan. Taehyung gugup dan terus memainkan jari-jarinya, sementara dua orang perempuan ditambah satu, yaitu istrinya, menatapnya dengan serius dan penuh penasaran.

"Begini, Ibu..  Nenek..."

"Kami sudah menikah."

"Apa?!"

Keduanya terkejut, ibu dan nenek Sohyun. Mereka tidak percaya pada fakta ini. Sohyun yang hadir hanya bisa menunduk lesu, seolah-olah takut dimarahi.

Benar, gadis itu mulai berakting menjadi Sohyun yang sesungguhnya.

"Sohyun? Apa itu benar?"

"Kenapa tidak bilang pada Ibu?"

"Bagaimana dengan Hanbin?"

Tanya ibunya bertubi-tubi.

"Cukup, Nak. Kau membuat cucuku ketakutan."

"Sudahlah, ini larut malam. Sebaiknya, kau antar putri dan menantumu menuju ke kamar. Mereka harus beristirahat. Sisanya, bisa kita bicarakan besok pagi."

"Baik, Bu."

.

.

.

.

"Sohyun, tidurlah. Jangan banyak bergerak." Ujar Taehyung menyikapi istrinya yang tidak bisa tidur dengan nyaman.

"Kau pikir aku bisa tidur di atas kasur yang keras seperti ini? Punggungku bisa sakit!" keluhnya.

"Bukankah kau dulu tidur di kamar ini? Aneh mendengarmu mengeluhkan kamar yang telah kau tiduri selama masa-masa remaja."

Sohyun tertohok dengan kalimat yang Taehyung lontarkan. Jujur, Taehyung sendiri merasa kesal. Sejak pernikahannya berlangsung, Sohyun berubah menjadi sangat manja.

Dan Taehyung paling tidak suka dengan gadis manja seperti ini.

"Sayang, bagaimana kalau cari hotel yang dekat sini saja? Aku takut tidak bisa tidur semalaman. Di sini juga banyak nyamuk."

Taehyung terbangun dari posisi berbaringnya. Ia berdiri memunggungi Sohyun, merasa sangat jengkel.

"Diam dan jangan banyak protes, Sohyun! Malam ini, kita akan tidur di sini. Titik."

"Aku keluar sebentar, mau cari angin!"

Taehyung pun memutuskan pergi untuk meredam emosinya, meninggalkan Sohyun yang masih merengek di belakang.

***

Taehyung duduk di halaman belakang rumah keluarga Sohyun. Udara yang dingin hampir-hampir merobek kulitnya yang membeku. Taehyung beberapa kali menggosok lengannya, berusaha mendapat rasa hangat sampai rasa marahnya betul-betul enyah.

Ia tidak mengenal Sohyun-nya yang sekarang. Bagaimana gadisnya bisa berubah drastis hanya dalam tempo yang singkat?

Meskipun begitu, tak ada sedikit pun rasa curiga yang singgah di hati Taehyung. Padahal, logikanya telah menunjukkan sebuah kebenaran tentang gadis penipu itu. Tetap saja, perasaan cinta Taehyung jauh lebih besar hingga mampu menutupi rasa kecurigaan yang perlahan mulai timbul.

"Pakai ini,"

Taehyung menoleh ke belakang.

"Apa yang kau lakukan di sini? Sebaiknya kau tidur. Aku ingin sendiri." Responnya datar.

"Maaf, jika aku membuatmu kesal. Aku hanya khawatir saja kalau Ibu tak merestui kita."

Taehyung luluh. Kedua tangannya ia gunakan untuk menggenggam tangan gadis itu.

"Sohyun, yakinlah. Ibumu pasti mau menerima hubungan kita. Lagipula, kita saling mencintai kan? Aku mencintaimu dan kau mencintaiku?"

Sohyun ragu menjawab pertanyaan Taehyung.

"Katakan bahwa kau mencintaiku, Sohyun. Supaya aku tak menganggap main-main perihal persetujuanmu saat aku memintamu untuk menjadi istriku."

Aku ragu, apakah ini cinta?

Aku datang karena tidak ingin perempuan itu mendapatkan duniaku.

Tetapi, Pak Taehyung... Ini aku. Sohyun. Bukan gadis yang kau nikahi hari kemarin.

Aku Sohyun, gadis malang yang hampir terbunuh karena kehadirannya dianggap mengacaukan pernikahanmu dengan Nayeon.

Ini aku, Sohyun yang berperang batin dengan terus mempertanyakan, 'apa aku mencintaimu?'

"Ya... aku mencintai, Bapak."

Kemudian, Taehyung meraih tubuh Sohyun. Menyalurkan kehangatannya dan menunjukan betapa besar rasa cinta yang ia miliki untuk gadis itu.

"Sohyun... Aku tak pernah ragu memilihmu. Ingat itu."

Taehyung menundukkan wajahnya, menatap manik Sohyun yang agak berkaca-kaca. Napasnya yang hangat berhembus menembus bibir pucat gadisnya.

"Aku mencintaimu dan akan selamanya begitu. Jika Tuhan menadirkan kita bersama, maka ia akan menundukkan hati Ibumu."

"Aku yakin, beliau akan menerimaku sebagai menantunya. Sebagai laki-laki yang akan melindungi putrinya meskipun itu nyawa yang harus dipertaruhkan."

"Sayang, jangan khawatir..." ucap Taehyung menenangkan. Lalu, bibirnya yang hangat memberikan sapuan lembut ke bibir kemerahan Sohyun yang sedikit pucat.

Sohyun ingat ciuman itu. Ciuman yang pertama kali ia dapat. Senyuman dari pria yang memanggilnya 'Seoyun'.

Apakah Taehyung sadar, bahwa sekarang ini bukanlah istrinya, melainkan sosok Sohyun yang sebenarnya telah hadir di hadapannya untuk meluruskan segalanya?

Tidak secepat ini. Sohyun harus mengurus beberapa hal sebelum ia muncul menggunakan identitasnya yang telah direbut.

Ia akan membongkar kedok wanita itu, dan mendapatkan kembali kasih sayang orang-orang tercintanya.

Ciuman singkat itu berhasil menaikkan durasi detak jantung Sohyun. Gadis itu tertegun, dia menatap kaku pada seorang laki-laki yang berdiri dari balik semak. Lelaki yang menahan senyumnya ketika baru saja kedua matanya menangkap kemesraan Taehyung dan Sohyun.

Kau akan mendapatkan kekasihmu lagi, Sohyun. Tunggu sampai waktunya tiba, maka semua akan kembali lagi menjadi milikmu.

Batin pemuda itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Jeon Jungkook. Kekasih dari gadis penipu yang menikah dengan Taehyung.


























To be Continued.

Sudah bingung?

Mungkin alurnya agak sedikit rumit ke depan. Tapi, semoga kalian suka.

Silakan berteori sendiri-sendiri, hehe.

Good Night.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro